Pemerintah Segera Bangun 69 Unit SPBG

3-bbg.jpg (1)Jakarta, Bhirawa
Pemerintah melalui PT Pertamina (persero) dan PT Perusahaan Gas Negara (PGN) akan menambah puluhan stasiun pengisian bahan bakar gas (SPBG) di seluruh Indonesia.
Menurut Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Hatta Rajasa yang dikutip di laman Kementrian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia (ekon.go,id), saat ini SPBG hanya ada sekitar 20 unit yang tersebar di seluruh Indonesia.  Untuk  mempelancar program konversi BBM ke gas ini maka pemerintah akan menambah kembali SPBG sekitar 69 unit.
“Diperkirakan sampai akhir tahun 2014 akan ada 69 SPBG yang akan beroperasi dari yang sekarang ini sekitar 20  unit,” ujarnya Minggu (2/3).
Dari jumlah tersebut, akan dibangun 20 unit SPBG untuk kota Jakarta. Dimana saat ini hanya ada 8 unit SPBG yang beroperasi di Jakarta. “Oleh sebab itu kita akan mendorong swasta untuk ikut membagun, hal ini supaya mempercepat pembagunan konversi BBM ke Gas ini,” ujarnya.
Sampai akhir tahun ini akan ada 1500 busway yang beroperasi dan tentu memerlukan ketersediaan gas yang cukup. Oleh karena itu, Pertamina dan PGN akan membagun SPBG, serta mendorong swasta untuk turut serta membangun.
Sementara itu  PT Perusahaan Gas Negara (PGN) akan meluncurkan Mobile Refueling Unit (MRU) diSurabaya. MRU akan melengkapi pembangunan dua Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG) sebagai fasilitas pengisian bahan bakar gas transportasi di wilayah Surabaya. MRU adalah SBPG berjalan yang bisa bergerak kemanapun ketika dibutuhkan.
“Akan ada satu unit MRU dan dua SPBG yang akan kami bangun di Surabaya. Sementara di Jakarta, sudah ada dua unit MRU yang salah satunya kami tempatkan di Monas. Langkah ini sebagai wujud komitmen PGN mendorong program konversi BBM ke BBG oleh pemerintah,” ujar General Manager PGN SBU Wilayah Distribusi II, Wahyudi Anas, Surabaya.
Wahyudi menyampaikan, berhasilnya program konversi BBM ke gas harus ditunjang oleh adanya infrastruktur pendukung dan kesiapan pasar dan pasokan. Karena tanpa ketiganya, program tersebut tidak akan jalan. Hal ini terbukti ketika pada beberapa tahun lalu, pemerintah telah membagikan alat converterkid di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek). Karena fasilitas pendukung, yaitu stasiun pengisian gas masih belum ada, akhirnya program tidak jalan, bahkan alat yang dibagikan tersebut banyak yang dijual.
“Ini merupakan solusi jangka pendek untuk membuka pasar. Besarnya potensi pasar harus didorong melalui penyediaan MRU agar mereka tidak kesulitan ketika akan melakukan pengisian BBG. Karena sebenarnya potensi pasar gas transportasi di Indonesia cukup besar,” jelasnya
Saat ini, jumlah kendaraan di Indonesia sangat besar. Untuk speda motor misalnya mencapai 55,313 juta unit motor, sementara mobil pribadi mencapai 11,338 juta unit, truk 5,867 unit dan bus mencapai 3,215 unit. Sementara angkot dan taksi mencapai 208.778 unit. Sementara jumlah kendaraan yang sudah terkonversi mencapai 2.550 unit. Padahal cadangan gas di Indonesia mencapai 2.659 miliar.
“Indonesia adalah negara dengan cadangan gas terbesar di Asia, tetapi jumlah kendaraan yang sudah menggunakan gas sangat kecil, terkecil di Asia. Di Pakistan misalnya, jumlah pasokan atau cadangan gas mencapai 792 juta meter kubik. Sementara jumlah kendaraan yang menggunakan BBG mencapai 2,3 juta unit,” tambah Distribusi Gas Transportasi PT Gagas, Andre Lubis.
Saat ini, baik pembangunan SPBG maupun penempatan MRU masih dalam proses ijin, sehingga kejelasan tempat masih belum bisa diungkapkan. Sementara investasi untuk pembangunan MRU mencapai Rp9 miliar per unit. “Kami masih melakukan negosiasi dengan semua pihak yang terkait. Harapan kami bisa mendapatkan lokasi yang strategis,” ungakapnya dengan optimis.
Lebih lanjut ia mengungkapkan, bahwa konversi BBM ke BBG sebenarnya sangat menguntungkan. Selain bisa mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap konsumsi BBM, juga akan menguntungkan kepada konsumen. Karena dengan menggunakan gas, efisiensi cukup besar. Jika dibanding menggunakan Pertamax misalnya, efisiensi mencapai 70%. Sementara jika dibandingkan dengan menggunakan premium, efisiensinya mencapai 52 %. “Dalam perhitungan kami, konsumsi premium untuk 10 liter mencapai Rp 65.000, Pertamax mencapai Rp74.000. Sedangkan untuk gas hanya mencapai Rp31.000,” tutupnya. [wil]

Rate this article!
Tags: