Pemkab Bojonegoro, Siapkan 500 Embung Hadapi Musim Kemarau

Salah satu embung di Bojonegoro yang selama ini dimanfaatkan warga untuk keperluan sehari-sehari (Achmad basir/bhirawa)

Salah satu embung di Bojonegoro yang selama ini dimanfaatkan warga untuk keperluan sehari-sehari (Achmad basir/bhirawa)

(Di Sampang, Embung Ambruk, Diperbaiki Tunggu Waktu Tepat )
Bojonegoro, Bhirawa
Menghadapi musim kemarau yang kerap melanda hampir sebagian besar wilayah di Bojonegoro, yang mengakibatkan dampak begitu besar akan segera teratasi. Pemkab Bojonegoro akan menyiapkan 500 embung di seluruh wilayah Bojonegoro. Embung tersebut akan menjawab kegelisahan masyakat yang kesulitan mencari sumber mata air disaat musim kemarau datang.
Kepala Dinas Pengairan Kabupaten Bojonegoro, Edi Susanto menyebutkan, sebanyak 500 embung yang sudah terbangun hampir tersebar di 28 kecamatan yang ada di Kabupaten Bojonegoro diantaranya di Kecamatan Kedungadem, Kanor, Trucuk, Kasiman, Sugihwaras, Kepohabaru, Dander, Kapas, Sukosewu dan Kecamatan Ngasem.
“Rata-rata embung yang sudah terbangun mampu menampung air hujan sekitar 5 ribu meter kubik. Jumlah embung tersebut sudah terisi air setelah adanya musim hujan tiba,” kata Edi Susanto, kepada Bhirawa, Senin (11/4) kemarin.
Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi kekeringan. ” Upaya ini merupakan antisipasi Pemkab dalam menghadapi bencana kekeringan yang dapat terjadi pada saat musim kemarau karena berkurangnya sumber air,” paparnya.
Menurutnya, embung tersebut memiliki daya tampung air sebanyak 5 ribu meter kubik. Selain menampung air ketika  musim hujan, keberadaan embung juga untuk menampung air dari daerah-daerah resapan. “Keberadaan embung tersebut untuk mengatasi kesulitan masyarakat tekait kebutuhan air bersih. Karena setiap musim kemarau dan kekeringan melanda, sejumlah masyarakat harus bersusah payah mendapatkan air bersih,” tegasnya.
Selain itu fungsi embung ini nantinya juga diharapkan dapat memberikan kontribusi para petani setempat, terutama untuk mengairi sawah dan penyiraman tanaman pala wijo yang biasanya ditanam pada musim kemarau tersebut. “Makanya ada juga warga yang mengibahkan tanahnya untuk dibangun embung, biasanya dia mengajuka ke kami, kita usulkan dan kita bangun karena embung ini menjadi kebutuhan utama bagi masyarakat setampat,” imbuhnya.
Edi menambahkan, pembangunan embung yang berjalan selama ini memanfaatkan tanah kas desa (TKD) dan tanah solo vallei werken.Embung tersebut nantinya akan dimanfaatkan sebagai persediaan air di daerah, yang biasa mengalami kekeringan di musim kemarau. “Selain itu pemanfaatannya untuk geomembran, pengairan irigasi tanah solo vale dan tadah hujan,” pungkasnya.
Ambruk
Sementara itu, belum genap satu tahun penyelesaian proyek embung TA 2015 di Desa Daleman, Kecamatan Kedungdung Sampang, anggaran ratusan juta rupiah sudah mulai terlihat ambruk di sisi tebing embung yang telah selesai pekerjaanknya seratus persen.
Namun perbaikan proyek tersebut masih menunggu waktu yang tepat mengingat saat ini masih musim hujan. Kondisi ambruknya tebing embung tersebut tepat berada dipinggir jalan raya Kecamatan Kedungdung Kabupaten Sampang, namun disekitar lokasi tidak terlihat ada papan nama kegiatan proyek embung.
Irawan, kabid operasi dan pemeliharaan PU Pengairan Kabupaten Sampang, Senin (11/4) menjelaskan pekerjaan tebing embung TA 2015 dengan nilai Rp 400 juta merupakan lanjutan pekerjaan tahun 2014 lalu. “Memang berdasarkan pantauan kami, dari sisi kualitas pekerjaan tidak terlalu bagus. Oleh sebab itu, kami sudah memerintahkan pada rekanan selaku pelaksana proyek untuk memperbaikinya mengingat saat ini masih dalam
waktu pemeliharaan. Perbaikan tersebut masih menunggu waktu yang tepat mengingat saat ini masih musim hujan, sehingga secara teknis menjadi salah satu factor ditundanya perbaikan karena tanah terlalu jenuh,” jelas dia. [bas,lis]

Tags: