Pemprov Jatim Dorong Pemanfaatan EBT

Wakil Gubernur Jatim Emil Elestianto Dardak bersama Rektor ITS Prof Joni Hermana di sela-sela talkshow instrumentasi di Gedung Rektorat ITS, Minggu (24/03).

Optimalkan untuk Wilayah Terisolir
Pemprov, Bhirawa
Pemanfaatan Energi Baru dan Terbarukan (EBT) atau yang biasa disebut renewable energy terus didorong untuk dikembangkan. Tak terkecuali di Jatim, provinsi dengan 38 kabupaten/kota yang membutuhkan dukungan energi cukup besar. Sementara energi berbasis fossil memiliki keterbatasan dan berdampak pada lingkungan.
Wakil Gubernur Jatim Emil Elestianto Dardak menuturkan, pengembangan EBT penting dilakukan untuk membangun daya saing bangsa. Karena jika tidak segera dilakukan maka biaya teknologinya bisa semakin tinggi di kemudian hari. Menurutnya, tantangan yang dihadapai saat ini adalah listrik yang lebih murah untuk dibangkitkan namun berbasis pada fossil fuel seperti minyak bumi dan batu bara. Akan tetapi, dalam jangka panjang penggunaan fossil fuel akan berdampak buruk pada lingkungan.
“Indonesia termasuk Jatim memiliki sumber energi terbarukan yang cukup kaya dan beragam, baik berasal dari air, tenaga surya, panas bumi, mikro hidro, dan angin,” tutur Emil saat menjadi pembicara dalam talkshow instrumentasi bertajuk ‘Pengembangan Teknologi Energi Tebarukan dalam rangka Menjaga Ketahanan Nasional Nasional (Making Indonesia 4.0), di Gedung Rektorat ITS, Minggu (24/3).
Emil menjelaskan, profil energi terbarukan di Jatim sendiri antara lain yakni panas bumi mencapai 1.175 Megawatt/MW, air mencapai 525 MW, angin 7.907 MW, bioenergi 3.420 MW, dan surya mencapai 10.335 MW. Dari beberapa potensi energi terbarukan tersebut, optimalisasi energi surya dan panas bumi akan terus dilakukan. “Geothermal merupakan salah satu yang potensial dan perspekstif, apalagi Jatim juga termasuk dalam kawasan ring of fire,” imbuhnya.
Hal itu memiliki arti bahwa negara ini banyak sekali gunung berapi aktif yang menyimpan panas di dalamnya. Bahkan Emil berani menyebutkan bahwa potensi energi panas bumi di Indonesia adalah yang terbesar di seluruh dunia. Tetapi, hal itu tidak sebanding dengan pemanfaatan energi panas bumi yang digunakan. Sebab, saat ini Indonesia masih kurang dalam pemanfaatan energi panas bumi. Salah satu hambatan yang paling umum adalah mengenai kerusakan lingkungan.
Prinsip pengembangan EBT di Jatim, lanjut Wagub Emil, salah satunya yakni dengan menyentuh kawasan terisolir menggunakan enegi terbarukan, dimana pembangkit listrik bebasis diesel masih sangat mahal. Dicontohkan, untuk daerah kepulauan bisa memanfaatkan tenaga surya ataupun air sebagai pembangkit listriknya.
“Inilah area-area yang akan kita sentuh lebih dulu, yang mana kesesuaiannya dengan kondisi realmasih ada,” terang Wagub Emil sembari menambahkan harapannya dalam pemanfaatan EBT tidak lagi terpaku pada perbandinan harga fossil fuel.
Selain itu, dari pemanfaatan energi yang ada pembangunan keunggulan energi efisiensi juga menjadi sangat penting. Apalagi, masih banyak potensi energi efisiensi di Jatim yang belum dimaksimalkan baik di sektor publik maupun swasta. Dalam pengembangannya, instrumentasi akan menjadi penting dan ITS bisa ikut ambil peran di dalamnya.
“Kita akan terus mendorong energi efisiensi. Yang kita tekankan yakni bagaimana mengoptimalkan energi yang ada,” terang Wagub Emil sembari mengimbuhkan bahwa hal ini sudah ditunjang oleh Raperda tentang Rencana Umum Energi Daerah Provinsi (RUED-P) Jatim Tahun 2019-2050.
Turut hadir dalam kegiata ini, antara lain Rektor ITS Prof. Dr. Mochamad Ashari, Direktur PT. GMN Energy Chayun Budiono, akademisi dari ITS, perwakilan kepala sekolah SMA/SMK di Jatim, serta mahasiswa-mahasiswi ITS. [tam]

Rate this article!
Tags: