Pemuda dan Tata Kelola Pemerintahan

Oleh:
Muhammad Aufal Fresky
Mahasiswa Program Studi Magister Administrasi Bisnis Universitas Brawijaya, Penulis buku ‘Empat Titik Lima Dimensi”

Jika ditelusuri lebih jauh, setiap revolusi politik di negeri ini tidak pernah luput dari peran pemuda di dalamnya. Aksi-aksi nyata kaum muda terbukti ampuh dalam menggalang persatuan nasional. Terutama di masa-masa awal pergerakan merebut kemerdekaan. Betapa banyak kaum muda yang rela menceburkan dirinya di tengah gelombang revolusi untuk kepentingan bangsanya.

Tak terhitung jumlahnya pemuda yang aktif melakukan perlawanan terhadap segala bentuk penjajahan. Mereka menolak dengan keras imprealisme dan kolonialisme di negeri ini. Sebagian merupakan kaum terdidik yang mengenyam pendidikan tinggi. Terbukti, strategi dan taktik politik kaum muda saat itu berhasil mengusir penjajah.

Bahkan, mendesak para seniornya (kaum tua) untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia saat itu (tahun 1945). Mereka tidak ingin kehilangan kesempatan emas untuk mendirikan sebuah negara yang berdaulat. Meskipun kemerdekaan sendiri bukanlah akhir dari segalanya. Sebab. Kemerdekaan hanyalah jembatan emas mewujudkan cita-cita nasional yang didambakan seluruh rakyat Indonesia. Artinya, meskipun sudah puluhan tahun mengenyam kemerdekaan, perjuangan belumlah usai.

Demikian juga dengan runtuhnya Orde Lama dan Orde Baru tak lepas dari kontribusi para pemuda. Munculnya Era Reformasi, juga tak lepas dari peran pemuda. Saya rasa, kaum muda tidak bisa dipandang sebelah mata dalam proses panjang perjalanan bangsa ini. Terutama untuk pemuda hari ini, sudah saatnya belajar dari sejarah. Jas Merah, kata Bung Karno, artinya jangan sekali kali melupakan sejarah.

Kita bisa meneropong apa yang telah terjadi di masa lampau. Apa yang telah dilakukan oleh para ksatria muda saat itu untuk bangsa dan negera ini. Bukankah mereka juga punya kesempatan yang sama dengan kita untuk bersikap acuh tak acuh dengan keadaan masyarakat? Namun, nyatanya mereka tidak memilih pilihan kedua tersebut. Mereka memilih untuk peka dan proaktif memperjuangkan keadilan dan melawan segala bentuk kesewenang-wenangan para penjajah ataupun penyelenggara negara yang tak amanah.

Pemuda semacam itulah yang diharapkan oleh bangsa ini di era sekarang.

Sebab, tantangan yang dialami oleh bangsa ini semakin beragam. Kita tidak bisa membiarkan begitu saja negara ini diurus atau dikelola. Kita tidak boleh mau begitu saja dikesampingkan dalam proses pembangunan nasional. Karena, pemegang kedaulatan tertinggi adalah kita. Para penguasa yang sedang menjabat itu berkuasa sebab kitalah yang mempercainya. Tanpa adanya kepercayaan dari kita, mana mungkin terpilih sebagai bupati/gubernur/presiden. Dalam hal ini, aspirasi, kritik, dan saran dari kaum muda sangat dinantikan dalam mewujudkan tata kelola pemerintahan yang adil dan makmur. Kekuasaan yang tidak diimbangi dengan pengawasan langsung dari rakyat, sangat berpotensi untuk disalahgunakan. Pemuda sebagai bagian dari rakyat memiliki tanggung jawab untuk turut andil menyuarakan suara hati rakyat.

Sudah saatnya kaum muda sadar dan mengerti betul terkait tanggung jawab moralnya dalam membangun bangsa ini. Memiliki kemauan dan spirit yang menyala-nyala dalam batinnya untuk mempersembahkan yang terbaik untuk bangsa dan negaranya. Kesadaran semacam itulah yang nantinya mendorong kita untuk tetap berjuang dalam segala situasi dan kondisi. Jangan muda diadu domba hanya untuk kepentingan politik sesaat. Idealisme yang kita miliki tak boleh digadaikan hanya untuk memenhu syahwat perut dan jabatan. Sebab, jika idealisme tersebut digadaikan, semua hal yang kita perjuangkan tidak ada artinya. Pejuangan hanya sebatas di lisan. Tidak meresap dalam jiwa. Kita berjuang sendiri-sendiri untuk kepentingan kita sendiri. Jangan kaget jika nanti kita gampang dikompor-kompori, mudah diprovasi dan dipecah-belah. Perjuangan yang sebenarnya adalah perjuangan untuk mewujudkan kehidupan yang adil, makmur, dan beradab. Berjuang untuk mengangkat harkat dan martabat manusia Indonesia. Berjuang untuk melawan korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) yang masih menjadi penyakit akut sebagian pejabat publik. Baik di legislatif, eksekutif, maupun yudikatif. Dari level daerah hingga level pusat, hampir semuanya pernah terjangkit kasus korupsi.

Dalam hal ini, kejujuran menjadi hal langka di negeri ini. Terutama kejujuran dalam pengelolaan negara ini. Saya yakin, jika semua pejabat publik di negeri ini jujur dan amanah, rakyat pula yang akan diuntungkan. Sebab, alokasi anggaran untuk pembangunan di bidang pendidikan, ekonomi, sosial, dan semacamnya, tidak dipangkas. Bantuan sosial untuk rakyat miskin akan tetap sasaran. Sayang seribu sayang, pemberitaan di pelbagai media massa, baik cetak maupun online, seolah tidak berhenti menyiarkan kasus-kasus korupsi. Mulai dari proyek kecil hingga mega proyek yang merugikan negara hinga trilunan rupiah. Melihat kenyataan semacam itu, pemuda tak boleh menutup mata. Harus tegas mengambil sikap. Sebab, pemuda kini adalah calon pemimpin masa depan bangsa ini. Jika pemuda hari ini melanjutkan warisan ketidakjujuran para penyelenggara negara, maka jangan harap perubahan ke arah lebih baik akan terjadi.

Pemuda hari ini hidup di era digital di mana akses teknologi komunikasi dan informasi dibuka seluas-luasnya. Artinya, kita bisa ikut berkontribusi dalam mengawasi jalannya pemerintahan dengan cara aktif menyuarakan nilai-nilai kejujuran dan kebenaran di lewat saluran media sosial (medsos) yang ada (Facebook, Instagram, TikTok, dan semacamnya). Kita bisa menyuarakan gagasan kritis dan konstruktif untuk pembangunan nasional lewat medsos. Bisa mengkritik pemerintah dengan satire atau jokes-jokes kekinian lewat medsos. Kita juga bisa menuangkan pemikiran kita terkait amburadulnya tata kelola pemerintahan lewat medsos. Bisa juga menawarkan alternatif solusi untuk pemberantasan korupsi lewat medsos.

Itu hanya sebagian kecil cara yang bisa digunakan untuk ikut berperan dalam pengelolaan negara. Sebab, negara ini adalah negara demokratis. Semua orang memiliki kesempatan yang sama untuk beraspirasi. Dan untuk pemuda yang kebetulan jadi pejabat publik, jangan gentar dan takut untuk menjadi berbeda dalam kebaikan dan kejujuran. Artinya, tetap berpegang teguh pada kebenaran apapun resikonya. Besar harapan saya agar kita berpegangan tangan alias bersatu padu untuk memantau jalannya pemerintahan lewat saluran medsos. Pemuda yang ada di dalam pemerintahan maupun di luar pemerintahan harus kompak dalam menegakkan nilai-nilai kejujuran. Sebab, rakyat Indonesia membutuhkan tata kelola pemerintahan yang bersih dan jujur.

———- *** ———–

Rate this article!
Tags: