Pendidikan Kota Batu Kunci Tingkatkan Kesejahteraan

Wali Kota Batu Eddy Rumpoko memberi minum seorang anak yang ikut menjadi peserta pawai di kelurahan Sisir beberapa waktu lalu (supriyanto/bhirawa)

Wali Kota Batu Eddy Rumpoko memberi minum seorang anak yang ikut menjadi peserta pawai di kelurahan Sisir beberapa waktu lalu (supriyanto/bhirawa)

Kota Batu, Bhirawa
Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya, Wali Kota Batu Eddy Rumpoko memilih strategi melalui peningkatan pendidikan. Sehingga sejak tahun 2007 di masa pertama periode kepemimpinannya, Eddy Rumpoko mencanangkan pendidikan gratis 12 tahun.
Strategi tersebut didasari pertimbangan bahwa tingkat pendidikan dan kualitas Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kota Batu masih rendah.
“Saat berkunjung ke desa-desa, saya masih menemui anak-anak yang tidak sekolah, padahal mereka masih usia sekolah. Akibatnya banyak diantara anak-anak muda kota Batu yang kawin muda karena sudah tidak sekolah,” ungkap Eddy Rumpoko.
Kondisi ini tentu membuat Eddy prihatin, sehingga beberapa gebrakan di bidang pendidikan pun dicanangkan. Di antaranya yaitu pendirian sekolah satu atap di dusun Brau desa Gunungsari kecamatan Bumiaji Kota Batu. Kemudian pendirian sejumlah SMP yaitu SMP di desa Giripurno dan desa Sumberbrantas, serta terakhir Sekolah Luar Biasa (SLB) di desa Bumiaji, semuanya terletak di desa Bumiaji.
Bahkan Pemkot Batu juga sedang memproses pemberian hibah tanah kepada Kemenag untuk pendirian sekolah terpadu MIN, MTsN dan MAN di kelurahan Dadaprejo.
“Semua anak Indonesia, termasuk anak-anak di kota Batu wajib sekolah biar mereka pintar, punya ketrampilan sehingga bisa bersaing di dunia kerja. Tanpa pendidikan, generasi penerus ini masa depannya akan suram. Mereka akan kalah bersaing dalam dunia kerja, mereka tak akan berinovasi dalam mengelola pertanian dan pariwisata. Pendidikan mereka harus terjamin agar bisa memajukan kotanya dan memperoleh kesejahteraan yang lebih baik lagi,” tutur Eddy Rumpoko. Selain membenahi kebutuhan sarana prasarana sekolah, Eddy Rumpoko juga membebaskan biaya pendidikan mulai tingkat SD hingga SMA/SMK, baik negeri maupun swasta melalui program sekolah gratis.
“Kita benahi fisik sekolah, kita penuh sarana prasarana pembelajaran anak didik, agar mereka nyaman dalam kegiatan proses belajar mengajar. Untuk tahap pertama memang baru sekolah negeri, ke depan juga akan kita bantu pembenahan fisik bagi sekolah swasta. Pemkot dan DPRD Kota Batu masih membahas Perda Pendidikan Gratis sebagai regulasi atas pelaksanaan pendidikan di Kota Batu,” terang putra mantan Walikota Malang (alm) Brigjend Sugiyono tersebut.
Sekolah-sekolah di Kota Batu juga diminta untuk mengoptimalkan kegiatan ekstrakurikuler, baik itu kegiatan olah raga, seni, teknologi maupun pertanian organik. Kegiatan tersebut penting agar anak didik memiliki wawasan dan ketrampilan yang cukup selepas SMA/SMK.
Oleh karena itu, Kades, Camat dan Dinas Pendidikan diminta untuk selalu mendata anak-anak yang tidak sekolah ataupun putus sekolah, sehingga ke depan seluruh generasi muda Kota Batu berpendidikan minimal SMA atau sederajat.
“Dengan berpendidikan minimal SMA atau sederajat, maka dia akan menjadi petani yang cerdas dan berwawasan, melek teknologi dan punya keinginan maju. Demikian juga ketika pilihannya menjadi wiraswastawan, pelaku wisata dan lainnya,” tegas Eddy Rumpoko.
Dikatakan, Pemkot Batu memang tidak ingin generasi mudanya tertinggal dari daerah lainnya, namun juga tidak ingin ikut-ikutan daerah lainnya. Pendidikan tidak harus mencetak anak-anak muda yang sekedar menjadi pencari kerja di sektor industri, mereka justru diharapkan dapat memajukan usaha pertanian yang digeluti oleh orang tuanya. Sehingga Pemkot Batu memproteksi areal petaniannya agar tidak ada alih lahan secara besar-besaran, khususnya di wilayah kecamatan Bumiaji.
Eddy Rumpoko selalu berpesan jangan malu sebagai ‘orang ndeso tapi rejekine kutho’. Dengan mengelola pertanian secara profesional, maka pendapatan sebagai petani bisa lebih tinggi dibanding sebagai pekerja industri, pelayan toko atau pegawai swasta lainnya.
Untuk menumbuhkan minat untuk menjadi petani, berbagai program telah digulirkan, seperti pertanian organik, insentif bagi petani, kandang komunial, bantuan pupuk, bantuan bibit, bahkan hingga pembukaan sekolah Diploma satu Pertanian bekerja sama dengan Unibraw Malang dan beasiswa untuk kuliah di Fakultas Pertanian, baik dalam maupun luar negeri.
“Dengan pertanian modern, kita butuh hasil pertanian dijual ke pasar tradisional dan modern. Terbukti hasil pertanian sudah diminati pasar.
Sehingga kota ini akan semakin tumbuh sebagai kota wisata dengan kehidupan masyarakatnya yang kental dengan budaya ndeso, budaya tradisional dan memegang teguh ajaran agamanya. Biar ndeso tapi hidup makmur koyo wong kutho,” tandas Eddy.  [sup]

Tags: