Penggunaan Antibiotik Sembarangan, 40 Persen Pasien Masuk RS Kebal Obat

penggunaan-antibiotik-yang-rasional-dan-benarSurabaya, Bhirawa
Pemakaian antibiotik tanpa resep dokter menyebabkan bakteri menjadi resisten terhadap antibiotik. Bahkan Dinkes Jatim menduga sekitar 30-40 persen bakteri yang ada di dalam tubuh pasien di rumah sakit RS telah kebal atau resisten.
Kepala Dinkes Jatim Harsono mengaku, penggunaan antibiotik secara sembarangan akan memperburuk kondisi tubuh. Menurutnya, efek negatif penggunaan antiboitik secara sembarangan akan menjadikan penderita menjadi kebal, karena membuat bakteri yang ada mempertahankan diri.
Dalam hal ini, Harsono menyerukan akan pemakaian antibiotik secara bijaksana. Dokter maupun tenaga medis harus menyesuaikan dengan kebutuhan. Selain itu kesadaran pasien juga dibutuhkan, ketika seseorang diberi antibiotik, maka pemakaiannya tidak boleh setengah-setengah, harus sampai habis, meski gejalan-gejala penyakit sudah hilang.
”Resistensi antibiotik merupakan masalah kesehatan masyarakat utama di seluruh dunia. Ketika seseorang terinfeksi bakteri yang resisten antibiotik, pengobatannya akanĀ  menjadi lebih sulit dan harus menggunakan obat yang lebih kuat dan lebih mahal dengan lebih banyak efek samping” katanya.
Lebih lanjut Harsono mengatakan sebagai salah bagian dari tenaga kesehatan, Apoteker turut memegang peranan dalam upaya mengurangi angka kejadian resistensi antibiotik di masyarakat.
Salah satunya memberikan layanan penggunaan obat rasional seperti meresepkan antibiotik hanya saat diperlukan atau anjuran dokter.
Salah satu pengguna antibiotik Joko mengaku, sampai saat ini masih ada masyarakat yang menggunakan antibiotik tanpa resep dokter. Selain itu masih ditemukan apotik yang menjual antibiotik secara sembarangan.
”Saya pernah menjumpi ada seseorang membeli antibiotik tanpa resep dokter. Jika ini dibiarkan maka kesehatan masyarakat akan menjadi taruhannya,” ucapnya.
Dokter Spesialis Penyakit Dalam di RSUD Dr Soetomo dr Bramantono SpPD KPTI mengaku, saat ini kasus resistensi antibiotik ini kian hari jumlahnya semakin banyak. Kebiasaan seseorang yang minum obat sembarangan tanpa memeriksakan diri terlebih dahulu ke dokter.
Dalam kasus resisten antibiotik contohnya, orang selalu beranggapan perlu meminum antibiotik jika badannya panas atau suhu badannya meningkat, juga saat menderita batuk atau sakit tenggorokan. Padahal badan panas atau batuk belum tentu diakibatkan oleh bakteri, bisa karena virus atau kondisi cuaca.
“Sebenarnya yang memerlukan konsumsi antibiotik adalah dalam kondisi sakit yang diakibatkan oleh bakteri, karena fungsi antibiotik membunuh bakteri. Namun jika sakit karena virus atau hanya karena cuaca tidak perlu minum antibiotik,” jelas dokter di bagian SMF/Departemen Penyakit Tropik dan Infeksi RSUD Dr Soetomo ini. [dna]

Tags: