Pengrajin Batik Tie Dye Surabaya Audensi dengan Wali Kota Risma

Puluhan pengrajin batik celup se-Surabaya saat bertemu dengan Wali Kota Tri Rismaharini di Ruang Sidang Balaikota, Selasa (7/8). [trie diana/bhirawa]

Pemkot Surabaya, Bhirawa
Pemkot Surabaya mengumpulkan seluruh pelaku UKM Batik Tie Dye (batik celup) se-Surabaya sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas dan mengembangkan produk pengrajin batik celup Surabaya agar lebih variatif. Pertemuan ini, merupakan tindak lanjut dari hasil kunjungan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini ke Liverpool Inggris.
Di hadapan puluhan pengrajin batik Tie Dye Surabaya, Wali Kota Risma menyampaikan hal terkait hasil pertemuannya dengan Wakil Wali Kota Liverpool Gary Millar. Menurut Gary yang disampaikan Wali Kota Risma, bahwa tahun depan yang akan jadi trending fashion adalah Batik Tie Dye.
“Maka dari itu, saya mengadakan pertemuan hari ini (Selasa kemarin, red) untuk menyampaikan hal tersebut kepada panjenengan (anda),” kata Wali Kota Risma di hadapan puluhan pengrajin batik celup, bertempat di Ruang Sidang Balaikota, Selasa (7/8).
Kendati demikian, Wali Kota Risma berharap agar para pengrajin batik celup Surabaya bisa lebih variatif dalam memproduksi kerajinannya. Selain itu, ia juga berpesan agar pengrijin batik celup tidak hanya fokus membuat kain. Namun, bisa dikembangkan dengan membuat produk lain, seperti baju, dompet dan tas.
“Kita tidak boleh sekarang ini hanya membuat batik celup saja. Kita teknisnya juga harus ditingkatkan. Selain itu, desain juga harus ditingkatkan. Jadi bukan hanya sekadar membuat batik celup saja,” pesannya.
Menurut dia, pengrajin batik celup Surabaya ke depan harus bisa menyasar pangsa pasar kalangan menengah ke atas, agar omzet penghasilannya juga lebih meningkat. Maka dari itu, ia berharap agar pengrajin batik celup Surabaya perlu untuk lebih mengeksplorasi produk kerajinannya.
“Aku berharap ayo semua masuk ke yang lain, dengan teknologi yang sama, desainnya harus beda jadi nanti harganya bisa lebih tinggi,” imbuhnya.
Wali Kota Risma menuturkan, perlunya desain yang kreatif dan pemilihan warna yang tepat juga menjadi daya tarik sendiri bagi para pembeli. Ia menyarankan kepada para pengrajin batik agar perlu memperhatikan hal tersebut, seperti warna dan desain sekarang yang lagi tren. “Liat tren sekarang ini, yang ramai warna apa. Terus desain bajunya seperti apa, coba itu ikuti,” katanya.
Dari hasil pertemuan ini, rencananya Wali Kota Risma bakal memberikan pelatihan khusus bagi para pengrajin batik celup Surabaya. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk mengembangkan produk batik celup Surabaya. Selain itu, bertujuan agar pengrajin batik Surabaya bisa lebih mengembangkan produknya.
“Tahun depan, saya berharap ibu-ibu bisa masuk wilayah menengah atas. Saya tidak mau harga jualnya cuma Rp 250 ribu. Jadi artinya, ada desain khusus, kalau ada pemesanan murah ndak apa-apa dilayani, tapi juga ada harga dengan baju yang kualitas khusus,” tuturnya.
Sementara itu, salah satu pengrajin batik celup dari Kutisari Selatan Surabaya, Theresia Yusufiani Rahayu mengaku senang bisa bertemu langsung dengan Wali Kota Risma. Menurutnya, dari hasil pertemuan itu, banyak sekali masukan dan saran yang bermanfaat untuk meningkatkan dan mengembangkan produk kerajinannya.
“Kami diberi beberapa masukan dan saran, agar ke depan desain produk bisa lebih bagus, supaya bisa masuk ke kalangan menegah atas,” ungkap pemilik usaha batik celup Yayu Thres ini. [dre]

 

Tags: