Perankan Karakter Nobita, Tampilkan Teater Bareng Robot Doraemon

M Mirza Islami Alhusain (membawa piala) bersama para pemenang IISRO dari Jatim saat diterima Kepala Dindik Jatim Dr Harun, Selasa (30/12).

M Mirza Islami Alhusain (membawa piala) bersama para pemenang IISRO dari Jatim saat diterima Kepala Dindik Jatim Dr Harun, Selasa (30/12).

Kota Surabaya, Bhirawa
Doraemon, robot kucing ini masih begitu akrab dengan anak-anak dari dulu hingga kini. Kemampuannya mengeluarkan alat-alat untuk menolong Nobita menjadi karakter cerita film asal Jepang itu. Begitulah M Mirza Islami Al Husin, Kirana Anisa Sholichah, Nikmatun Naschikah dari SD Plus Muhammadiyah Brawijaya Kota Mojokerto mengenal tokoh Doraeman dan mengambilnya menjadi sebuah teater di Johor, Malaysia sepekan lalu.
Mirza dan kedua temannya terlihat bangga ketika namanya dipanggil sebagai pemenang teater robot yunior di hadapan Kepala Dinas Pendidikan (Dindik) Jatim Dr Harun, Selasa (30/12). Mereka bertiga sukses di ajang International Islamic School Robotic Olympiad (IISRO) 2014 di Johor, Malaysia sebagai juara satu. Berbeda dengan kategori lain yang mengandalkan kecepatan dan operasional robotnya, kategori ini menggabungkan antara gerakan robot dengan  kemampuan akting Kirana, Nikma dan Mirza dalam sebuah teater berbahasa Inggris.
Ada dua robot yang diikutkan di teater ini yakni robot Doraemon dan  robot Kibo yang berbentuk tanaman. Mirza menceritakan alur teater yang bertajuk menjaga lingkungan. Awal ceritanya dari peristiwa pengrusakan lingkungan yang dilakukan salah satu pemainnya. Lalu Doraemon datang dengan kantong ajaibnya memberi pesan untuk tidak merusak alam. Begitu juga Kido, sang tanaman yang meminta untuk tidak dilukai.  “Kami butuh waktu satu bulan untuk menyiapkan lomba ini di sekolah,” kata Mirza.
Persiapan di sekolah saja tidak cukup, Mirza mengaku harus menambah latihan ketika di rumah dengan melibatkan orangtua. “Yang paling sulit itu menyesuaikan karakternya,” tutur Mirza yang berperan sebagai Nobita.
Sedangkan Kirana yang berperan sebagai Shizuka, juga mengakui yang paling sulit dalam teater adalah penjiwaan yang kuat. Meskipun saat penampilannya di teater timnya hanya berakting selama 4,5 menit. “Aku juga latihan sama mama. Papanya kerja,” tuturnya lucu.
Kirana mengaku, robot Doraemon yang berakting bersamanya, merupakan robot yang lucu. Dia mampu berjoget dan mengeluarkan alat layaknya Doraemon sungguhan. Saat itu, alat yang dikeluarkan bernama alat pembaca suasana yang berfungsi untuk mengetahui suasana hati pohon yang dirusak.
Selain berlatih peran, waktu sebulan itu juga dipakai untuk merangkai robot Doraemon dan Kido. Proses perakitan robot dilakukan siswa bersama gurunya, sementara boneka robot Doraemon dan Kido dijahit para guru. “Kami harus hunting kain dan benang untuk jahitannya sendiri,” tutur Juli Kepala SD Plus Muhammadiyah Brawijaya, Kota Mojokerto Indra Wati saat menemani ketiga siswanya.
Juli sempat tegang ketika lomba, program robot Kido nya melenceng dari skenario. Seharusnya robot ini bergerak serong dari belakang karena setting tanaman. Ternyata robot ini gerakannya lurus. “Beruntung akting anak bisa menutupi kesalahan itu sehingga ceritanya tetap berjalan normal,”katanya.
Gelar juara ini kali kedua diraih sekolah ini. Di ajang serupa yang digelar di Bandung 2013, sekolah berbasis Islam ini juga juara.
Koordinator Muhammadiyah Youth Robotic Community Dhadhang SBW mengungkapkan kunci kemenangan timnya karena kerjasama tim yang solid mulai dari siswa, guru, sekolah hingga orangtuanya. “Selain itu robot yang digunakan juga memiliki teknologi yang luar biasa,”kata Dhadhang yang juga Direktur Sekolah Robot Indonesia.
Selain memenangkan masing-masing kategori, beberapa peserta juga meraih penghargaan spesial (Special Award). Penghargaan ini diberikan bagi robot dengan desain menarik dan memiliki strategi khusus. Diakui Dhadhang, ajang IISRO yang diselenggarakan International Muslim Association for Robotic (IMARO) ini timnya kerap juara. Hal itu tidak terlepas dari proses pengkaderan yang dilakukan masing-masing sekolah.
Sementara itu, Kepala Dindik Jatim Dr Harun memberikan apresiasi atas prestasi-prestasi yang diraih oleh siswa sekolah-sekolah Islam di Jatim, khususnya Muhammadiyah ini. Jumlah siswa yang menjadi wakil Jatim dan mendapatkan prestasi terhitung cukup banyak. Dari 800 peserta, 62 peserta Jatim memperoleh juara satu, dua, tiga dan special award.
Selain SD Plus Muhammadiyah Brawijaya, prestasi juara juga diterima dari perwakilan SD Muhammadiyah 1 dan 2 Sidoarjo, SD Muhammadiyah 4 Pucang Surabaya dan SD Muhammadiyah 1 Manyar, Gresik. Selain itu gelar juara juga diraih perwakilan SMP Muhammadiyah 5 Surabaya, SMP Muhammadiyah 1 Sidoarjo, SMP Muhammadiyah 12 Paciran, Lamongan, SMK Muhammadiyah 7 Gondanglegi, Malang dan SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo. “Kalian beruntung dapat belajar dan mengembangkan diri di Jatim. Karena selama ini prestasi pendidikan di Jatim selalu mengalir setiap tahunnya,” kata Harun.
Menurutnya, kompetisi-kompetisi di bidang pendidikan ini sangat penting untuk mengembangkan potensi mereka. Harun yakin, semakin banyak-prestasi yang dihasilkan siswa, semakin jelas pula hasil dan kualitas pendidikan di Jatim. “Bagaimana mengukur keberhasilan pendidikan? ya prestasi ini salah satu jawabannya,” pungkas Harun. [tam]