Perekonomian Jatim Triwulan I, Tumbuh 3,04 Persen

Pemprov Jatim, Bhirawa
Perekonomian Provinsi Jawa Timur pada Triwulan I – 2020 mengalami pertumbuhan sebesar 3,04 persen. Sebelumnya, Perekonomian Jawa Timur Triwulan I-2020 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp 585,55 triliun, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan mencapai Rp 408,69 triliun.
Kepala BPS Jatim, Dadang Hardiwan mengatakan, Ekonomi Jawa Timur Triwulan I-2020 bila dibandingkan Triwulan I-2019 (y-on-y) tumbuh sebesar 3,04 persen, melambat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 5,55 persen. Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi terjadi pada Lapangan Usaha Informasi dan Komunikasi sebesar 9,77 persen, diikuti Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial sebesar 9,12 persen dan Jasa Pendidikan sebesar 6,07 persen.
Sedangkan dari sisi pengeluaran, pertumbuhan tertinggi Komponen Ekspor Luar Negeri sebesar 5,15 persen, diikuti Pengeluaran Konsumsi Pemerintah sebesar 5,11 persen, dan Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga sebesar 4,47 persen. “Namun jika dilihat dari Sumber Pertumbuhan PDRB Triwulanan Menurut Lapangan Usaha (y-on-y) maka Industri Pengolahan adalah sumber pertumbuhan tertinggi yakni sebesar 1,17 persen,” ujarnya, Selasa (5/5).
Di sisi lain, Dadang juga memaparkan beberapa catatan ekonomi Jatim yang terjadi pada Triwulan I – 2020. Dari sisi tanaman pangan, terkontraksi karena faktor serangan hama dan mengalami pergeseran panen raya dari bulan maret ke April di tahun ini. “Sedangkan beberapa tanaman hortikultura semusim mengalami peningkatan produksi dibanding triwulan yang sama tahun lalu, antara lain bawang daun, kentang dan semangka,” katanya.
Dari sisi Pertambangan Minyak dan Gas, juga mengalami kontraksi secara q-to-q akibat menurunnya harga minyak mentah.Sementara Industri Pengolahan tumbuh positif meski mengalami perlambatan dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya. “Hal ini dipicu kenaikan produksi makanan & minuman ,permintaan masker industri rumahan serta industri kimia akibat banyaknya permintaan antiseptik maupun desinfektan,” ujarnya.
Pada triwulan I juga terjadi peningkatan konsumsi listrik rumahtangga akibat diberlakukannya Work From Home (WFH) bulan Maret. Begitu juga, terjadi pengurangan dan pembatalan beberapa perjalanan di moda transportasi untuk menekan penyebaran virus Covid-19. “DAOPS VIII Surabaya melakukan pembatalan operasional 3 perjalanan KA terhitung 26 Maret s/d 30 April 2020. Jumlah penumpang bandara Juanda mengalami penurunan baik domestik maupun internasional,” katanya.
Selanjutnya, Dadang juga mengatakan, ada terjadi penurunan tingkat hunian di bulan Maret 2020 sejak adanya himbuan untuk tetap stay at home. Restoran dan penyediaan makan minum dilarang menyediakan fasilitas makan di tempat, hanya melayani order take away atau delivery saja.
Di sisi lain, untuk kinerja kategori infokom terdongkrak sejak pemberlakuan Work From Home dan School From Home yang memicu meningkatnya traffic data. Sebaliknya bioskop ditutup untuk mengantisipasi persebaran Virus Corona.
Dari sisi jasa pendidikan melambat akibat lembaga bimbingan belajar dan kursus (off-line) tutup karena dibatalkannya UN untuk mencegah meluasnya pandemi covid-19. Persebaran Virus Corona berdampak pada sebagian besar aktivitas jasa perusahaan terutama agen perjalanan dan EO menurun dibanding triwulan sebelumnya. “Begitupula terjadi peningkatan pendapatan rumah sakit dan klinik akibat pandemi covid-19,” tutupnya.[rac]

Tags: