Perempuan Berdaya, Indonesia Maju

Oleh :
Ani Sri Rahayu
Dosen Civic Hukum Universitas Muhammadiyah Malang

Bagi para Ibu di Indonesia, bisa dibilang setiap bulan Desember menjadi salah satu bulan yang diistimewakan. Pasalnya, di bulan ini diperingati Hari Ibu. Tahun ini peringatan Hari Ibu jatuh pada hari Selasa, 22 Desember yang merupakan peringatan yang ke-92. Terhitung dari pergerakan perempuan Indonesia yang mengadakan Kongres Perempuan Pertama pada 22 Desember 1928 di Yogyakarta. Selebihnya, peringatan tersebut didasari Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 316 Tahun 1959.

Adapun, Peringatan Hari Ibu (PHI) ke-92 kali ini mengusung tema “Perempuan Berdaya Indonesia Maju”. Sejatinya, jika kita mampu bijak menilik rentetan sejarah dari Hari Ibu, momentum peringatan 22 Desember bukan sekadar dikenang sebagai Hari Ibu sebagai bentuk penghargaan terhadap peran ibu khususnya ke keluarga. Tetapi, juga harus dimaknai sebagai Hari Kebangkitan Perempuan. Lantas, setelah 92 tahun berlalu dari titik awal keinginan memajukan kaum perempuan, seperti apa potret perempuan Indonesia saat ini?

Peran dan eksistensi perempuan

Berbicara soal eksistensi atau keberadaan peran perempuan seakan tidak ada habisnya, sosok perempuan ini selalu menjadi daya tarik bagi pemikir untuk menjadi bahan kajian yang dalam mengenai histori dan keberadaan sosok perempuan disemua belahan dunia, terlebih di negeri tercinta Indonesia. Bahkan, tidak jarak di negeri ini perempuan kerap menjadi tumpuan harapan bangsa.

Realitas itupun, sekiranya selaras dengan tema Hari Ibu tahun ini, yakni “Perempuan Berdaya Indonesia Mau”. Tema tersebut, jika kita mampu menterjemahkan sejatinya tidak sekedar tema. Tetapi, suatu tema yang syarat makna dengan kalkulasi jumlah populasi perempuan di negeri ini.

Adapun berdasarkan UU Nomor 24 Tahun 2013 tentang Perubahan UU Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan (UU Adminduk) Direktorat Jenderal Dukcapil Kemendagri menerbitkan data kependudukan nasional per semester. Merujuk data Kementerian Dalam Negeri melalui Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil ( Dukcapil), Data Penduduk Indonesia Semester I 2020 tercatat total penduduk Indonesia per 30 Juni sebanyak 268.583.016 jiwa. Dari jumlah itu sebanyak 135.821.768 orang adalah penduduk laki-laki. Jumlah ini mengalami kenaikan sebesar 0,71 persen dibandingkan 2019, yaitu 134.858.411 jiwa. Kemudian, dari data yang sama, tercatat ada 132.761.248 penduduk perempuan. Jumlah ini juga mengalami kenaikan 0,82 persen dibandingkan 2019, yaitu 131.676.425 jiwa. Sedangkan, merujuk dari populasi perempuan Indonesia tercatat sebanyak 49,7 persen dari total 268 juta penduduk.

Merujuk dari data tersebut diatas, bisa diartikan, bahwa dari sisi prosentase keberadaan perempuan separuh dari kehidupan negara ini. Melihat populasi perempuan yang jumlahnya hampir setara dengan populasi laki-laki, kaum perempuan juga menjadi tumpuan kemajuan bangsa. Perempuan Indonesia banyak mengisi ragam profesi dan pekerjaan di masyarakat, seperti dokter, peneliti, atlet, TNI-Polri, hingga terjun ke dunia politik dengan menjadi menteri hingga anggota legislatif.

Keterlibatan perempuan yang semakin besar pada sektor publik, tentu saja merupakan kemajuan. John Naisbitt dan Patricia Aburdune dalam buku Megatrends 2000 yang diterbitkan pada tahun 1982 meramalkan: “Bahwa perempuan akan mengambil semua peran dalam berbagai lini kehidupan”. Karenanya perbincangan tentang perempuan menjadi menarik, mengingat ramalan itu kini menjadi nyata. Era digital saat ini menunjukkan adanya peningkatan kemajuan dibidang telekomunikasi, elektronika, dan bioteknologi. Kemajuan ini memberi dampak pula pada keterlibatan perempuan di sektor ekonomi, politik, dan bidang sosial lainnya (Mazdalifah, 2012).

Tantangan masa depan perempuan

Perjuangan kaum perempuan Indonesia telah menempuh jalan panjang dalam mewujudkan peranan dan kedudukan perempuan Indonesia dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Hari Ibu yang selalu diperingati setiap tahun membuktikan bahwa telah ada perhatian dan pengakuan akan pentingnya eksistensi perempuan dalam berbagai sektor kehidupan, artinya apabila perempuan diberi peluang dan kesempatan, maka mereka akan mampu meningkatkan kualitas hidupnya secara mandiri. Perempuan dalam berbagai dimensi kehidupan berbangsa dan bernegara juga mampu menjadi motor penggerak dan motor perubahan (agent of change). Perempuan dan laki-laki mempunyai kesempatan, akses, serta peluang yang sama untuk berpartisipasi dalam pembangunan

Logis adanya, jika keseimbangan kerja perempuan dan laki-laki menjadi hal penting pada saat ini. Hasil penelitian Bank Dunia menyebut, tingkat kesejahteraan secara global dapat meningkat 21,7%, jika kesetaraan gender diimplementasikan. Sebaliknya, kerugian pada human capital wealth secara global diperkirakan mencapai US$ 160,2 triliun akibat dari ketidaksetaraan gender. Saat ini mempertahankan kesetaraan gender adalah suatu perjuangan panjang.

Banyak tantangan yang masih membentang, mulai dari keluarga hingga norma budaya. Padahal jika dilihat dari sisi ekonomi, perempuan mampu meningkatkan produktivitas perekonomian. Bahkan, merujuk riset McKinsey menyebutkan, jika partisipasi kerja perempuan naik hingga 56% di 2025, produk domestik bruto (PDB) dapat bertambah hingga USD135 miliar. Banyak studi lain yang juga menunjukkan apabila sektor-sektor ekonomi memberikan kesempatan yang sama kepada perempuan dan laki-laki, perekonomian akan mendapatkan keuntungan dalam produktivitas yang lebih tinggi dan kualitas yang lebih baik.

Realitas tersebut, setidaknya terbuktikan dari Riset Global Gender Gap Index 2020 oleh Forum Ekonomi Dunia (WEF), Indonesia menempati posisi ke-85 dari 154 negara. Indonesia dinilai telah membuat kemajuan yang cukup signifikan dalam melibatkan perempuan dalam perekonomian dan kesempatan berusaha. WEF memberikan rekomendasi agar Indonesia mengatasi isu kesenjangan distribusi pendapatan karena pendapatan perempuan pekerja hanya setengah dari yang diperoleh laki-laki.

Oleh sebab itu, dengan diperingatinya Hari Ibu sesungguhnya adalah penghargaan bagi semua perempuan Indonesia, atas peran dan kontribusinya bagi keluarga, masyarakat, dan negaranya. Sehingga, segenap capaian dan tantangan menghadirkan kualitas perempuan menjadi refleksi peringatan Hari Ibu yang ke-92. Momen ini sekaligus juga dapat dimanfaatkan untuk melihat kembali perjuangan perempuan Indonesia untuk menyetarakan diri dengan kaum laki-laki. Selebihnya, mari warnai Peringatan Hari Ibu dengan peran, kerja, dan karya nyata dari Anda semua, untuk Indonesia tercinta. Selamat Hari Ibu. Perempuan berdaya, Indonesia maju!

——— *** ———

Rate this article!
Tags: