Perluas Akses Layanan Psikologi untuk Mahasiswa dan Masyarakat

Rektor Untag Dr Mulyanto Nugroho bersama Ketua Yayasan Perguruan 17 Agustus Mangapu Silalahi menunjukkan ruangan Pusat Layanan Psikologi (PLP).

Surabaya, Bhirawa
Pengembangan ilmu pengetahuan dan pengabdian masyarakat menjadi bagian tak terpisahkan dari perguruan tinggi. Seperti yang dilakukan Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya dengan membuka Pusat Layanan Psikologi (PLP) yang dapat diakses civitas akademika hingga masyarakat umum.
Rektor Untag Surabaya Dr Mulyanto Nugroho menuturkan, PLP akan menjadi ruang baru bagi mahasiswa dan dosen Fakultas Psikologi untuk mengembangkan keilmuannya. Selain itu, PLP juga menjadi bagian dari upaya perguruan tinggi memberi manfaat kepada masyarakat umum. “Di sisi lain, ini akan menjadi unit usaha bagi perguruan tinggi sehingga lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan operasional pendidikan,” tutur Mulyanto.
Mulyanto mengaku, sebelumnya adanya PLP, Fakultas Psikologi telah memiliki pusat konsultasi psikologi sebagai laboratorium bagi mahasiswa. Hingga saat ini, keberadaan pusat konsultasi itu tetap dipertahankan untuk kegiatan pembelajaran. “Jadi dengan adanya PLP, ruang bagi mahasiswa untuk belajar semakin besar,” tutur Mulyanto.
Kepala PLP Untag Amanda Pascarini menambahkan, dalam unit yang dipimpinnya terdapat tiga layanan utama. Di antaranya pusat konsultasi karir, asessmen, dan konsultasi psikologi. Semua unit akan melibatkan dosen serta mahasiswa fakultas psikologi. “Untuk konsultasi karir lebih utama pada bimbingan kepada mahasiswa dalam merancang karirnya pasca kuliah,” terang Amanda.
Kepala Counseling & Career Center Karolin Rista Rumandjo menambahkan, merancang karir menjadi salah satu masalah yang kerap dihadapi mahasiswa. Khususnya dalam hal penempatan kerja. “Karena pemahaman mahasiswa sering keliru bahwa karir itu baru dimulai setelah dia diwisuda,” terang Karolina.
Padahal, lanjut dia, sejak menjadi mahasiswa karir sudah harus dipersiapkan. Salah satunya melalui soft skill dan karakter personal. Sebab pekerjaan, menurutnya tidak sekadar soal tawar menawar gaji. “Mahasiswa seringkali telat sadar dengan ini. Makanya kita sering jemput bola untuk memberi mereka pemahaman,” tutur Karolina.
Prinsip dalam penempatan kerja menurut Karolina ialah passion masing-masing mahasiswa. Akan lebih baik jika passion itu akhirnya selaras dengan jurusan di perkuliahan. “Karena terus terang, mahasiswa memilih jurusan saat kuliah tidak selalu karena kemauannya sendiri. Ada yang karena terpaksa karena permintaan orangtua,” pungkas dia. [tam]

Tags: