Perluas Layanan, Stem Cell Perlu Tercover BPJS

Tiga guru besar Unair saat memaparkan inovasi seputar stem cell di Aula Kahuripan Kampus C UNAIR.

Tiga guru besar Unair saat memaparkan inovasi seputar stem cell di Aula Kahuripan Kampus C UNAIR.

Unair, Bhirawa
Metode pengobatan stem cell yang telah dikembangkan Universitas Airlangga (Unair) selama empat tahun terakhir ternyata masih sebatas penelitian. Ini merupakan tantangan bagi para peneliti untuk menjadikannya sebagai sebuah layanan medis sehingga dapat dimanfaatkan masyarakat lebih luas.
Hal tersebut diungkapkan Prof Bambang Tjahjadi dalam gelar inovasi guru besar Unair yang mengangkat topic seputar stem cell, Rabu (31/8). Menurut Bambang, perkembangan penelitian tentang stem cell sudah cukup pesat. Namun, metode ini baru bisa dirasakan oleh segelintir orang lantaran biayanya yang mahal. Karena itu, Prof Bambang berharap stem cell seharusnya juga bisa tercover dalam layanan BPJS.
“Kalau dilihat dari skala industri stem cell ini bisa membangkitkan investasi-investasi. Unair haruslah ambil peran terlebih dahulu,” terang guru besar yang gemar menggenakan batik ini. Untuk mencapai hasil yang maksimal itu, para peneliti seharusnya juga menyiapkan standar operasional prosedur (SOP) agar stem cell bisa diakui sebagai layanan.
Dalam kesempatan itu, Prof Fedik Abdul Rantam mengulas secara detail mengenai penelitian stem cell yang dikembangkannya. Menurutnya, temuan stem cell merupakan bagian dari proses regenerasi sel saraf.Tujuannya untuk memperbaiki atau mengganti jaringan dan fungsi organ yang hilang karena usia, penyakit, kerusakan, atau cacat bawaan.
Sementara itu, Prof Nasron yang juga Direktur Utama Airlangga Health Science Instiuite (AHSI) menambahkan, temuan stem cell merupakan bagian dari terapi bidang kesehatan di era globalisasi. Potensi demografi di Indonesia yang sangat besar menjadi landasan tersendiri untuk terus melakukan inovasi di bidang dunia kesehatan.
“Ini merupakan perkembangan dalam dunia medis. Seharusnya ini tidak disambut dengan pro dan kontra kerena belum memiliki regulasi. Namun, kita harus yakin bahwa ini ada keuntungan dan efek positifnya,” terangnya.
Nasron mengungkapkan, regenerasi sel yang dilakukan efektif untuk mengembalikan fungsi organ yang hilang. Misalnya untuk menangani pasien stroke, pasien diambil sampel darahnya untuk dipelihara sekitar satu-dua minggu. Selama proses itu, sel saraf akan berkembang biak hingga berjuta-juta.
“Kemudian sel itu disuntikan kembali ke pasien untuk mengganti jaringan sel saraf yang tidak berfungsi,” kata dia. Hingga saat ini, pengobatan stem cell telah dilakukan untuk 306 pasien. Diantara itu, yang paling banyak ialah bagi pasien diabetes sebanyak 130 orang.
Nasron yang juga Direktur Rumah Sakit UNAIR tersebut juga menegaskan, penelitian stem cell masih sangat bisa dikembangkan di Surabaya. Lembaga Penyakit Tropik UNAIR, dan Bank Jaringan Rumah Sakit Dr. Soetomo sudah melakukan langkah bersama mulai penelitian hingga aplikasi klinik di lapangan. “Di Surabaya, stem cell yang kita kembangkan secara bersama ini, sudah berjalan  mulai riset hingga produk dan sudah diaplikasikan pada lebih 306 pasien,” pungkasnya. [tam]

Tags: