Pertanian di Kota Batu Terancam Punah

Jika tidak ada generasi muda yang berminat lagi menjadi petani akan menjadi ancaman punahnya dunia pertanian di Kota Batu.

Jika tidak ada generasi muda yang berminat lagi menjadi petani akan menjadi ancaman punahnya dunia pertanian di Kota Batu.

Kota Batu,Bhirawa
Pengembangan masalah pertanian menjadi tantangan berat bagi Pemkot Batu. Meskipun berstatus sebagai Kota Wisata dan Kota Pertanian, namun pertanian di Batu terancam punah. Hal ini akibat minimnya minat generasi muda yang tertarik menekuni bidang pertanian.  Kondisi ini diperparah dengan semakin tergesernya lahan pertanian oleh permukiman penduduk, hotel dan sarana prasana wisata.
Dinas Pertanian dan Kehutanan (Distanhut) memperkirakan jumlah anak muda yang tertarik untuk menjadi petani kurang dari 1 persen. Padahal saat ini 70-80 persen orang tua mereka berstatus sebagai petani yang memiliki lahan pertanian. Masalah inilah yang perlu mendapatkan perhatian khusus dari Dinas Pertanian dan Kehutanan. Jika tidak tertangani dengan baik, maka akan memunahkan dunia pertanian di Kota Batu. Apalagi kota ini juga telah memproklamirkan diri sebagai kota penghasil pertanian organik.
“Kita mulai kehilangan generasi muda yang minat kepada pertanian, tidak ada anak-anak muda yang tertarik untuk berkecimpung di dunia pertanian. Padahal untuk program pertanian berkelanjutan, kita harus memiliki bibit bibit petani muda yang handal,” ujar Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan, Budi Santoso, Senin (11/1).
Pantauan Distanhut, salah satu hal yang membuat generasi muda enggan untuk terjun mendalami dunia pertanian adalah adanya anggapan menjadi petani itu sengsara. Tidak hanya harus melakukan pekerjaan yang berat, namun mereka juga harus menghadapi harga jual produk pertanian yang murah, tidak menguntungkan bagi masa depan mereka.
“Pemikiran tersebut tidak sepenuhnya benar. Kita akan merubah mindset anak-anak muda, kita tawarkan pertanian modern dengan sistem pemasaran yang modern pula. Dengan cara ini diharapkan generasi muda ini kembali tertarik untuk menggeluti dunia pertanian,”tambah Tossi, panggilan akrab Budi Santoso.
Petani di era modern ini, kata Tosi, tidak lagi harus bingung dengan tengkulak, dan tidak lagi meributkan keberadaan pasar sayur yang ada pasar tradisional. Namun dalam pengembangan pertanian modern di Kota Batu, pemasaran hasil panen sudah melakukan kontrak dengan toko-toko modern, seperti Hypermarket atau menggunakan pasar online.
Dan untuk merealisasikan tetap terjaganya generasi muda dalam bertani, di tahun 2016 ini Dinas Pertanian akan membentuk Taruna Tani, Kelompok ini akan menghimpun anak-anak muda yang konsen di dunia pertanian.
Dinas Pertanian akan mendorong anak-anak muda ini untuk bergabung didalam wadah ini, kemudian akan dibantu permodalan, hingga dilatih menjadi petani modern.
Selain itu, Dinas Pertanian tahun 2016 ini akan tetap mengedepan pertanian organik, sekaligus membuat program pertanian di Kota Batu menghadapi MEA, serta memberdayakan peran kelompok tani dan gapoktan menjadi kekuatan bisnis. “Tahun 2016 ini kita juga akan menstabilkan harga sayur, sekaligus melindungi lahan pertanian yang ada dari gerusan permukiman penduduk,” ujar Tosi.
Terpisah, Direktur CV Arjuna Flora, Luki Budiarti mengatakan, di tengah berkembangnya jaman, dunia pertanian justru menjadi dunia yang paling bersinar. Karena itulah, ia mengatakan bahwa rugi kalau anak-anak muda enggan untuk menjadi petani. “Dunia pertanian menyimpan banyak peluang yang besar serta pangsa pasar yang luas, hanya saja hal itu banyak belum petani sadari,” ujar Luki.
Dari pengamatan wanita berjilbab ini, pengusaha luar negeri sampai ngiler melihat potensi alam Indonesia yang sangat luar biasa. Tinggal bagaimana petani memanfaatkan potensi alam itu dengan baik, karena itu ia mengajak seluruh elemen pertanian agar bahu membahu demi meningkatkan kesejahteraan petani. [nas]

Rate this article!
Tags: