Rencana Relokasi Pasar Gembong Surabaya ‘Macet’

2-poto kakiSurabaya, Bhirawa
Rencana Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya merelokasi para pedagang di Pasar Gembong bakal sia-sia. Selain penolakan pedagang barang bekas, lokasi yang telah diincar Pemkot untuk menampung pedagang  di Gembong Asih seluas 4.000 meter persegi ternyata   telah dijual oleh pemiliknya.
Kepala Bidang Fisik Sarana Prasarana Bappeko kota Surabaya, Dwijaya Wardhana saat dikonfirmasi Bhirawa membenarkan lahan seluas 4.000 meter persegi  tersebut sudah terjual. “Iya betul, sudah terjual lahan yang ada di Gembong Asih. lahan tersebut sebenarnya untuk menampung pedagang yang ada di Pasar Gembong,” terangnya, Senin(11/1).
Dwijaya menjelaskan bahwa pihaknya akan mencarikan lokasi lagi untuk para pedagang. Ini dilakukan karena keberadaan para Pedagang Kaki Lima (PKL) kerap mengganggu pengguna jalan sehingga mengakibatkan kemacetan. Rencana relokasi ini diambil karena fungsi utama Jalan Kapasari sebagai jalur lalu lintas yang lancar, tidak berjalan optimal.
“Secepatnya akan dicarikan lokasi yang tepat. Karena fungsinya pejalan kaki bukan untuk berjualan. Pihak Kecamatan juga sudah mendatanya,” jelasnya.
Menurutnya di sisi lain yaitu potensi perekonomian juga harus dibina supaya ada manfaatnya. Terlebih, pada akhir tahun 2015 kemarin Indonesia memasuki era perdagangan bebas atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).
Dwija menambahkan, dirinya memiliki konsep nantinya lokasi yang baru akan lebih tertata dengan parkir yang baik. Menurutnya, mekanisme pembebasan lahan yang harus dipenuhi, UU No. 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum.
Seperti diketahui, keberadaan PKL di wilayah Gembong belum bisa dipindahkan. Untuk sementara, Pemkot Surabaya hanya menata pedagang yang berjualan di pinggir jalan itu. Dengan menempatkan petugas Satpol PP Kota Surabaya di sekitar Pasar Gembong yang terbagi di tiga lokasi yakni Kapasari, Ngaglik, dan tebasan.
Jika memang ada relokasi, salah satu pedagang pakaian bekas, Mat Naim yang ada di Jalan Tebasan ini khawatir terhadap biaya sewa stan selain tempat jualan tersebut sudah berdiri puluhan tahun. Dirinya mengutarakan hanya meneruskan usaha yang telah dirintis oleh orang tuanya.
“Kalau harus di pindahkan, maka saya harus menanggung biaya lagi untuk sewa stand dan ongkos berangkat ke tempat jualan. Sedangkan di tempat ini yang merupakan rumah peninggalan almarhum kakek saya,” katanya. (geh)

Tags: