Pertumbuhan Produksi Industri Mikro dan Kecil Lambat di Jatim

Pemprov Jatim, Bhirawa
Pertumbuhan produksi industri manufaktur mikro dan kecil di Jawa Timur pada kuartal keempat 2018 melambat dibanding pertumbuhan produksi di kuartal yang sama 2017. Pada kuartal IV 2018, aktivitas produksi industri manufaktur dengan aset di bawah Rp200 juta dan omzet tidak lebih dari Rp1 miliar di Jawa Timur mengalami pertumbuhan 4,11 persen.
Berdasarkan perbandingan data survei Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jatim, pertumbuhan aktivitas produksi itu melambat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. “Kalau dibandingkan tahun sebelumnya (pertumbuhan produksi,red) 2016 ke 2017, kecepatannya lebih rendah. Pada 2017 pertumbuhannya mencapai 6,40 persen,” ujar Teguh, Rabu (6/1) kemarin.
Ada beberapa kelompok jenis industri manufaktur mikro dan kecil yang mengalami pertumbuhan signifikan, ada pula yang terkontraksi (pertumbuhan negatif). Pertumbuhan produksi industri mikro dan kecil pada jenis pencetakan dan reproduksi media rekaman mengalami pertumbuhan paling tinggi, yakni 27,39 persen hingga kuartal keempat 2018. “Sedangkan industri mikro dan kecil pada jenis Industri pengolahan tembakau mengalami kontraksi paling tinggi sepanjang 2018, mencapai -45,45 persen,” paparnya.
Teguh mengatakan, Industri Manufaktur Mikro dan Kecil yang lebih banyak di bidang makanan memang kurang mampu melakukan ekspansi usaha. Salah satunya karena keterbatasan tenaga kerja. “(Industri) Mikro itu tenaga kerjanya antara 1-4 orang, kecil itu antara 5-9 orang. Dengan tenaga segitu, ekspansinya mungkin tidak terlalu besar, ya. Meskipun mereka terus beroperasi, karena permintaannya tetap ada,” katanya.
Beberapa faktor lain, yang menurutnya, berkontribusi menjadikan industri mikro dan kecil berat untuk melakukan ekspansi di antaranya keterbatasan permodalan, mesin, skill, dan pola distribusi. Namun, dia menaruh ekspektasi besar atas upaya pemerintah daerah, dalam hal ini Pemprov Jatim yang membuka peluang bagi para pelaku usaha berekspansi ke e-commerce. “Peran pemerintah, salah satunya dengan menggandeng bukalapak, ya, saya kira akan memberikan harapan untuk industri mikro dan kecil ini untuk berkembang dan produksinya meningkat,” ujarnya.
Kerja sama yang diinisiasi Gubernur Jawa Timur, Dr H Soekarwo, yang diharapkan bisa membuat pelaku industri mikro kecil bisa mengembangkan distribusi ke luar tempat tinggalnya. “Keripik nangka misalnya, itu kan khas Jawa Timur, ya. Dengan adanya itu, mungkin nanti bisa dirasakan oleh masyarakat tidak hanya di sekitar tempat tinggalnya. Di Bali, atau di luar pulau lainnya,” katanya.
Di sisi lain, pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan sedang pada kuartal keempat 2018 tercatat menunjukkan pertumbuhan yang positif. Dibandingkan dengan kuartal sebelumnya, beberapa jenis industri yang menjadi primadona adalah barang galian bukan logam yang tumbuh sebesar 9,84 persen.Selain itu, ada industri logam dasar yang tumbuh 7,28 persen, diikuti industri pengolahan tembakau yang tumbuh mencapai 6,96 persen. [rac]

Tags: