Petani Harus Jeli Pilih Benih Padi

Wabup Pungkasiadi (tengah) melakukan panen padi perdana benih padi unggulan di Desa Sadar Tengah, Kec Mojoanyar. [kariyadi/bhirawa]

Wabup Pungkasiadi (tengah) melakukan panen padi perdana benih padi unggulan di Desa Sadar Tengah, Kec Mojoanyar. [kariyadi/bhirawa]

(Kualitas Baik 1 Hektar Hasilkan Panen 14.4 Ton)
Kab Mojokerto, Bhirawa
Wakil Bupati Mojokerto, Pungkasiadi, menekankan kepada petani untuk berhati-hati dalam memilih bibit dan mencocokkannya dengan kondisi tanah demi hasil pertanian maksimal. Karena benih yang berkualitas baik mampu menghasilkan panen padi seberat 14.4 ton untik setiap hektat lahan sawh.
Pesan ini dilontarkan Wabup ketika menghadiri acara panen raya padi Jajar Legowo (Jarwo) Super, hasil karya Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pertanian (Litbang Kementan), di Desa Sadar Tengah, Kec Mojoanyar.
”Target besar pertanian tahun 2017 adalah pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan, untuk mengurangi impor pangan,” kata Wabup Pungkasiadi.
Panen bibit Jarwo Super menjadi angin segar bagi para petani, dengan optimisme target hasil panen mampu menyentuh 14,4 ton per hektar. Ini seperti yang sudah diuji cobakan pada penelitian tanam di Indramayu, dengan menggunakan beberapa varietas padi dengan hasil berbeda-beda. Varietas inpari HBD menunjukkan hasil panen tertinggi 14,4 ton per hektar. Sedangkan varietas inpari 30 Ciherang Sub-1 sebanyak 13,9 ton per hektar, dan Inpari 33 sebanyak 12,47 ton per hekar.
”Saya harap BPTP Provinsi Jatim terus melakukan penelitian untuk pengembangan teknologi tepat guna dari hulu sampai hilir, salah satunya dengan metode Jarwo Super ini,” tambah Pungkasiadi.
Kepala Dinas Pertanian Kab Mojokerto, Sulistyawati menambahkan, beberapa hal teknis terkait panen Jarwo Super kemarin. ”Hari ini kita memanen padi jenis Inpari 32 menggunakan metode Jarwo Super. Hasil panen selanjutnya akan kita gunakan sebagai benih unggul,” tambah Sulistyowati.
Sementara itu Kepala BPTP (Balai Pengkajian, Teknologi, Pertanian) Provinsi Jatim, Chendy Tafakresnanto, membedah hal-hal teknis lengkap terkait metode ini dalam sambutannya. Chendy menerangkan garis besar metode Jarwo maupun Jarwo Super.
Menurutnya, metode Jarwo terletak pada rekayasa jarak tanamnya. Dalam budidaya padi, biasanya tanaman yang ada di pinggir sawah menghasilkan lebih banyak dibanding tengah. Metode Jarwo dibuat seolah-oleh semua tanaman ada di pinggir sawah.
”Bedanya dengan Jarwo super adalah variabel yang dibuat lebih optimal, setidaknya ada empat hal yang harus diterapkan. Penggunaan benih unggul, penerapan biodekomposer, penggunaan pupuk hayati, pengendalian hama serta penyakit tanaman terpadu, dan mekanisasi pertanian,” urai Chendy.
Data yang dihimpun dari Dinas Pertanian Kab Mojokerto jumlah alat mesin pertanian (alsintan) yang sudah dibagikan kepada petani di tahun 2016 ini adalah 257 unit traktor roda dua, sembilan unit traktor roda empat, 127 pompa air, 42 unit mesin tanam padi, 10 unit mesin panen padi, satu unit mesin panen jagung, 29 unit alat pemipil jagung, 27 alat perontok padi, dan 32 alat perontok; padi, dan perontok kedelai. [kar]

Rate this article!
Tags: