Petrokimia Gresik dan Bank Sumitomo Teken MoU Kredit

Petrokimia Gresik dan Bank Sumitpmo Teken MoU KreditGresik, Bhirawa
PT Petrokimia Gresik (PKG) dan PT Bank Sumitomo Mitsui Indonesia menandatangani perjanjian kredit terkait pendanaan proyek Amoniak Urea II di Jakarta, Selasaa (23/12). Dari total investasi sebesar USD 661 juta atau sekitar Rp8,1 triliun (dengan asumsi kurs dolar AS terhadap rupiah sebesar Rp12.200), bank asal Jepang ini bersedia memberikan pinjaman sebesar Rp1,5 triliun.
Menurut Wahyudi, Sekretaris Perusahaan PT PKG, sumber pendanaan proyek Amoniak Urea II, sebesar 70% atau sekitar Rp5,6 triliun, berasal dari pinjaman perbankan dan 30% atau sekitar Rp2,5 triliunĀ  berasal dari dana internal PKG. Selain dengan Bank Sumitomo Mitsui Indonesia porsi 70% pendanaan eksternal juga didapat dari perbankan nasional lainnya.
Sebelumnya, lanjut Wahyudi, PKG bersama konsorsium Wuhuan Engineering dan PT Adhi Karya (Persero) Tbk telah menandatangani kontrak pembangunan pabrik Amoniak Urea II, beberapa hari lalu. ”Proyek Amoniak Urea II merupakan salah satu proyek strategis bagi PKG karena pabrik baru ini akan mengurangi ketergantungan impor PKG terhadap bahan baku produksi pupuk,” Jelas Wahyudi.
Saat ini, tambah Wahyudi, PKG setidaknya membutuhkan amoniak sebesar 850 ribu ton per tahun. Amoniak merupakan bahan baku untuk memproduksi pupuk bersubsidi jenis Urea, NPK, dan ZA. Sementara itu, pabrik amoniak eksisting milik PKG hanya mampu memproduksi 445 ribu ton per tahun. ”Sehingga PKG mengimpor sekitar 400 ribu ton per tahun,” kata Wahyudi.
Sedangkan untuk pabrik pupuk Urea, kapasitas produksi eksisting hanya 460 ribu ton per tahun, sementara kebutuhan pupuk Urea di Jatim mencapai sekitar 1 juta ton per tahun. Sehingga, untuk memenuhi kebutuhan diperlukan impor sebesar 540 ribu ton per tahun.
Maka, lanjut Wahyudi, keberadaan pabrik Amoniak Urea II ini akan menghemat devisa negara dengan mengurangi ketergantungan impor. Dampak positifnya adalah memperkuat struktur bisnis perusahaan, terutama kaitannya dalam keberlanjutan pemenuhan kebutuhan bahan baku pupuk, atau intermediate product.
Selain menghemat biaya impor, pabrik baru ini juga akan menghemat biaya transportasi. Estimasi biaya transportasi impor amoniak dan pupuk Urea masing-masing sekitar Rp160 miliar per tahun dan Rp170 miliar per tahun atau ditotal mencapai Rp330 miliar per tahun. [eri]

Tags: