Petugas Jebur Sungai Gedangan Ambil Sampah Kotor dan Bau Busuk

Sebelum menggunakan alat Bego, petugas hanya secara manual saja mengambil sampah yang busuk mengendap di sungai Ds Gedangan. [alikus/bhirawa
]

Sidoarjo, Bhirawa
Petugas dari Dinas PU Bina Marga dan Sumber Daya Air (SDA) Kab Sidoarjo dibantu 30 personil petugas dari Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kab Sidoarjo, Senin (5/8) pagi kemarin, harus bekerja keras membersihkan sampah yang dibuang dan telah mengendap di sungai, di Desa Gedangan Kec Gedangan.
Meski sampah itu berbau busuk, petugas awalnya mengambil sampah di sungai yang lebarnya 5 meter itu secara manual. Mereka mengambil sampah dari sungai dengan alat seadanya dan menaruhnya ke dalam truk.
Tidak berapa lama, alat Bego dari Dinas PUBM dan SDA Kab Sidoarjo datang ke lokasi. Tenaga manual diganti oleh tenaga mesin tersebut. Sehingga proses pengambilan sampah lebih cepat selesai. Petugas menyediakan empat unit truk untuk mengangkut sampah dari sungai yang dekat dengan pemukiman padat penduduk itu.
Proses pengambilan sampah di tempat itu sempat membuat kendaraan yang melintas di jalan raya Jenggolo Ds Gedangan, sedikit merambat. Baik roda dua, roda empat dan kendaraan kontainer. Karena di wilayah itu lalu lintasnya padat. Karena disana banyak berdiri pabrik, ada Pasar Kec Gedangan, ada Perumahan, ada pergudangan dan sekolahan.
Menurut Marjuki, salah satu warga yang tinggal di dekat sungai tersebut, bau busuk dari sampah di sungai itu sebenarnya sampai masuk ke rumah. Namun penduduk yang tinggal di sekitar sungai itu sudah terbiasa.
“Kondisi sungai ini lebih tinggi dari pemukiman dan jalan, saat airnya meluber, ya kadang airnya sempat menggenangi jalan, ya otomatis jalan raya disini juga sering rusak tergenang air,” ujar saat melihat proses pengambilan sampah di sungai itu, Senin (5/8) kemarin.
Dirinya bersama warga desa lainnya saat ditemui di lokasi mengatakan, sampah di sungai tersebut berasal dari hulu atau arah barat. Bukan buangan dari warga mereka. Berbagai jenis macam sampah dibuang ke sungai itu. Termasuk sampah kasur juga dibuang ke sungai itu.
“Kondisi seperti ini sudah lama terjadi, namun tidak ada solusi, bagaimana mengatasinya,” katanya.
Komentar lain juga sempat diutarakan oleh Ariani, guru yang mengajar di SDN Ketajen 2 Gedangan. Sekolahan ini juga dekat dengan sungai tersebut.
Beberapa waktu lalu, katanya, pihak Marinir pernah berpartisipasi membersihkan sampah yang mengendap di sungai itu. Tapi setelah itu, sampah masih ada lagi.
“Membersihkan sungai saja tidak bisa mengatasi masalah, harus ada solusi lain,” pendapatnya.
Sebagai pendidik dirinya sudah memberikan nasehat kepada siswanya sejak dini, dengan melarang mereka membuang sampah apapun ke dalam sungai. Menurut dirinya membangun bangsa dan daerah kadang tidak harus secara fisik saja, tapi juga bisa dilakukan dengan membangun mindset atau pola pikirnya.
Sementara itu, Wabup Sidoarjo, Nur Ahmad Syaifudin, yang datang hari itu juga ke lokasi, karena menerima laporan kegiatan pengambilan sampah di sungai tersebut, mengaku sempat sangat prihatin dengan rendahnya kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan sungai.
Menurut orang nomor dua di Pemkab Sidoarjo itu, sungai yang kotor tidak cukup hanya dengan membersihkannya saja. Karena bisa saja setelah dibersihkan, besok akan kotor lagi. Namun harus ada solusi lain.
“Kami menawarkan salah satu solusi, misalnya desa yang ada sungainya supaya membuat jaring sampah, tujuannya untuk mengambil sampah di sungai supaya tak terlalu banyak,” katanya.
Dirinya juga menawarkan solusi agar tiap desa supaya membuat Perdes. Bagi warga yang membuang sampah di sungai akan diberikan sanksi dengan tegas. (kus)

Tags: