Pintu Maut Tragedi Stadion Kanjuruhan Jadi Tempat Tabur Bunga dan Doa Bersama

Masyarakat melakukan tabur bunga dan doa untuk arwah suporter Aremania yang menjadi korban meninggal dunia akibat Tragedi Stadion Kanjuruhan, di Gate 13 Stadion Kanjuruhan Kepanjen, Kab Malang. [cahyono]

Kab Malang, Bhirawa
Aetensi masyarakat terus mengalir untuk memberikan doa dan tabur bunga kepada arwah korban tragedi Stadion Kanjuruhan Kepanjen, Kabupaten Malang, yang ada di Gate 13 atau pintu keluar stadion, kini masyarakat menyebutnya sebagai pintu maut. Karena pintu keluar ini tempat berebut penonton untuk keluar menyelamatkan diri dari asap gas air mata yang ditembakan aparat kepolisian di tribun penonton.
Di Gate 13, saat itu banyak korban yang mereggang nyawa di pintu karena masih dikunci saat gas air mata ditembakkan aparat kepolisian. Dengan kejadian ini maka masyarakat dari beberada daerah di Jatim datang ke Stadion Kanjuruhan hanya untuk mendoakan arwah korban Tragedi Stadion Kanjuruhan atau malam kelam 1 Oktober 2022. Sebab, ada sebanyak 131 orang meninggal dunia, mulai dari anak – anak, remaja maupun orang dewasa, bahkan para wanita.
Salah satu Pedagang di Ruko Sadion Kanjuruhan, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang, Awang, Kamis (6/10), kepada wartawan mengatakan, pasca Tragedi Stadion Kanjuruhan yang terjadi, pada Sabtu (1/10/) malam, banyak masyarakat yang berdatangan untuk mendatangi Stadion Kanjuruhan, terutama di Gate 13. Karena di pintu keluar 13 ini banyak penonton yang merenggang nyawa saat kejadian yang mengerikan itu.
“Masyarakat pasca tragedi Stadion Kanjuruhan itu banyak yang berdatangan untuk berdoa dan tabur bunga di Gate 13,” terang Awang.
Awang menjelaskan, selain tabur bunga di Gate 13, masyarakat juga melakukan tabur bunga di patung Singa Tegar Jawara yang berada di area Stadion Kanjuruhan luar, atau berada di pintu masuk stadion. Pasca tragedi yang cukup mengerikan itu, setiap hari banyak berdatangan masyarakat untuk tabur bunga dan kirim doa di depan Gate 13, baik dilakukan pada pagi, sore, dan malang, mereka membaca doa yasin dan tahlil. Dan doa bersama dan tahlil itu dilaksanakan sampai tujuh hari pasca tragedi itu.
“Kami berharap, agar Tragedi Stadion Kanjuruhan tidak terulang lagi, di Indonesia, cukup di Kabupaten Malang saja. Karena saat melihat kejadian itu, suasana ketika itu sangat mencekam, yang mana para suporter berjatuhan dan merenggang nyawa, yang tidak hanya laki – laki, tapi juga perempuan,” ungkap Awang.
Secara terpisah, seorang warga asal Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Malang, Rozi Ilham menyampaikan, dirinya ikut berbelasungkawa atas Tragedi Stadion Kanjuruhan, sebab korban meninggal dunia mencapai ratusan orang, dan juga ratusan korban luka. Dengan kejadian itu, maka dirinya bersama keluarganya dan teman – teman ikut merasakan kedukaan, yakni menabur bunga dan berdoa di Gate 13, yang mana banyak korban yang berjatuhan di pintu ini. Selain itu, dalam kejadian itu, ada teman saya yang menjadi korban meninggal dunia akibat Tragedi Stadion Kanjuruhan.
Rozi berharap, agar peristiwa itu dapat diusut tuntas, dan mengadili aparat keamanan yang melakukan represif dengan menembakan gas air mata di tribun penonton. Dan aparat keamanan dalam mengamankan insiden kepada suporter sepak bola lebih mengedenkan rasa kemanusian. Karena yang dihadapi bukan musuh perang, tapi masyarakatnya sendiri. Karena melihat dari beberapa video yang beredar, bahwa aparat keamanan menembakan gas air mata di tribun penonton, yang menyebabkan kepanikan untuk menyelamatkan dirinya.
“Padahal dalam kejadian itu tidak ada kerusuhan antar suporter,” tuturnya. [cyn.fen]

Tags: