PJT I Jelaskan Penyebab Banjir Kali Surabaya

Banjir Kali SurabayaSurabaya,Bhirawa
Banjir besar terjadi akibat luapan Kali Surabaya sempat merendam wilayah Kecamatan Driyorejo Gresik dan Karangpilang Surabaya. Banjir tersebut tercatat sebagai banjir terbesar di Kali Surabaya akibat tingginya curah hujan sehingga debit air menjadi cukup besar.
“Banjir yang kemarin di Kali Surabaya karena debit air tinggi mencapai 253 meter kubik per detik. Ini tertinggi dalam sejarah dan masuk zona merah,” kata Kepala Sub Divisi Jasa ASA II/2 Perum Jasa Tirta (PJT) I, Didik Ardianto saat ditemui, Senin (15/2).
Ia mengatakan, saat banjir di Kali Surabaya terjadi pintu air Mlirip Mojokerto telah ditutup sesuai SOP (standar operasiona prosedur). “Kalau hujan deras, DAM Mlirip pasti ditutup. Jadi debit di Kali Surabaya tidak terlau tinggi,” tuturnya.
Untuk itu, debit air yang cukup tinggi dari Kali Brantas dialihkan semua di Kali Porong. “Debit ke Kali Porong mencapai 1.500 meter kubik per detik. Jadi debit di Kali Surabaya yang meyebabkan banjir ini berasal dari dua anak sungai, yakni Kali Marmoyo dan Kali Watudakon,” jelasnya.
Banjir di Kali Surabaya yang masuk zona merah tersebut, terjadi selama 40 jam akibat curah hujan tinggi di wilayah Jombang dan Mojokerto. “Kami harus berusaha keras mempercepat pengaliran air di Kali Surabaya ke Kali Wonokromo. Total debit airnya selama 40 jam mencapai 40 juta meter kubik,” katanya.
Kapasitas 40 juta meter kubik tersebut, lanjut dia cukup besar dan tertinggi dalam sejarah. “Kalau diumpakaman debit Kali Surabaya selama banjir 40 jam itu kapasitasnya dua kali air di Waduk Sengguruh Malang,” ungkapnya.
Menurutnya, debit 253 meter kubik masih bisa dipercepat pengalirannya. Pasalnya, tingkat kapasitas Kali Wonokromo menuju laut bisa mencapai 400 meter kubik. Namun langkah tersebut tidak bisa dilakukan karena ada bantaran sungai di wilayah Medokan Semampir yang ditinggali warga.
Saat ini, debit di Kali Surabaya sudah berangsur normal yakni 60-70 meter kubik per detik.  Namun, dari info BMKG curah hujan tinggi masih terjadi sampai akhir Februari. Untuk itu, ia mengimbau agar warga di bantaran Kali Surabaya tetap waspada.
“Kalau curah hujan masih tinggi tidak menutup kemungkinan banjir bakal kembali terjadi. Namun kalau dari teori siklus 50 tahunan, maka setiap tahun bisa ada peluang terjadi banjir serupa sebesar 1/50. Yang terpenting warga yang tinggal di bantaran harus tetap waspada,” tegasnya.
Ia mengimbau agar warga tidak menggunakan tanah bantaran sungai untuk tempat tinggal. Faktanya, kini masih banyak warga yang tinggal di lahan bantaran. “Ini penting karena jika terjadi banjir seperti beberapa hari lalu yang paling terdampak pertama adalah mereka yang tinggal di bantaran sungai,” tukasnya. [rac]

Tags: