Polemik Vaksin Nusantara, Sultan Najamudin: Tak Dukung Karya Anak Bangsa

Wakil Ketua DPD RI Sultan Najamudin

Jakarta, Bhirawa.
Vaksin Nusantara karya anak bangsa yang jadi polemik publik saat ini, sebenarnya adalah perbedaan sudut pandang secara ilmiah saja. Timbulnya dua kubu pendukung Badan POM kontra dokter Terawan, tidak ada urgensinya. Bahkan dukungan sejumlah tokoh kepada Badan POM, lebih kepada nuansa politis dalam membangun opini publik. Seperti halnya dulu, ketika dr Terawan menemukan “cuci otak” untuk penyembuhan pasien stroke.

“Justru saat ini seharusnya yang dibutuhkan adalah dukungan para scientist. Agar kemudian ada diskusi argumentatif yng bisa dipertanggung jawabkan secara keilmuan,” ujar Wakil Ketua DPD RI Sultan Najamudin, akhir pekan di Jakarta.

Senator muda asal Bengkulu ini minta pemerintah memberi fasilitas riset secara maksmal. Untuk mengkaji lebih jauh dan secara presisi dalam poengembangan vaksin Nusantara ini. Kondisi terhadap olemik ini, menunjukkan, betapa lemahnya bangsa Indonesia terhadap pemahaman dan apresiasi pada iulmu pengetahuan, pengembangan serta metode ilmiah yang dipelopori oleh anak bangsa.

“Kita bisa membandingkan pengeluaran R&D Indonesia, sebaga persentase dari GDP. Yang dilaporkan sebesar 0,226% pada tahun 2018. Sedang Malaysia pengeluaran R&D pada tahun yang sama mencapai 1,44% dari GDP nya. Data ini menunjukkan bahwa Indonesia masih sangat lemah dalam hal meningkatkan kemampuan ilmiah- nya,” tutur Sultan.

Disebutkan, walaupun sebuah kebijakan adlah produk politik,namun pandemi Covid-19 harus dilawan dengan kekuatan ilmu pengetahuan. Vaksin Nusantara adalah tentang bagaimana sikap dukungan terhadap bentuk sebuah penelitian. Yang diharapkan mampu memberikan kontribusi terhadap kehidupan.

“Ketia virus Corona merebak, setiap orang sudah berpikir bagaimana dapat menghadirkan vaksin dalam membangkitkan kekebalan kawanan (herd immunity). Lalu negara-negara dunia berlomba untuk yang jenis harian vaksin yang dapat digunakan dengan mengkapanyekn keunggulan masing-masing,” tandas Sultan. 

Vaksin Nusantara, lanjut Sultan, adalah milik anak bangsa. Lalu dikembangkan oleh dokter Terawan yang mengklaim: sebagai satu-satu nya vaksin yang dapat memberi kekebalan seumur hidup (permanem). Harusnya, kita bangga dan mendukung dr Terawan yang cara berpikirnya out of the box ini.

Menurut Sultan, dokter Terawan memang dikenal selalu kontroversi. Namun kontraversi nya, menjadi sebuah tanda tanya besar. Seperti ” cuci otak” untuk menyembuhkan pasien stroke yang telah berhasil dilakukan nya. Banyak pihak yang mempertanyakan metode nya, yang dianggap belum memenuhi metode ilmiah. Tapi justru meode yng ditolak beberapa pihak di Indonesia, telah menyembuhkan puluhan ribu orang. Bahkan metode pengobatan cuci otak ini telah diterapkan di Jerman. 

“Jadi hendaknya BPOM memberikan ruang kesempatan sebesar besar nya pada penelitian vaksin Nusantara ini,” pinta Sultan.

Diharapkan, kedaulatan dan kemandirian Indonesia dapat terjamin dalam bidang kesehatan dan poengobatan. Sehingga ada kesiapan dalam negeri jika ada embargo atau situasi lainnya yang memotong rantai pasok vaksin Corona kedalam negeri.

“Kita tidak boleh sangat tergantung pada negara lain terhadap vaksin Corona.Kita harus mandiri dan berdaulat dalam bidang kesehatan, khususnya. Jika vaksin telah berhasil, justru akan membawa nama baik Indonesia dihadapkan bangsa bangsa lain. Maka setiap pihak wajib mendukung poengembangan vaksin didalam negeri. tanpa berhitung untung rugi secara bisnis,” tandas Sultan. [ira]

Tags: