Polrestabes Surabaya Fokuskan Zero Accident Lalin Generasi Milenial

Polrestabes Surabaya, Bhirawa
Satlantas Polrestabes Surabaya terus menekan angka kecelakaan lalu lintas (laka lantas) yang sering didominasi generasi milenial. Terutama dalam hal zero accident (kecelakaan nol), Satlantas Polrestabes Surabaya sering menyosialisasikan tentang tata tertib lalu lintas yang benar dan baik.
“Data pada 2018 menyebutkan jumlah laka sebanyak 45% disebabkan oleh anak usia milenial. Kami, dalam hal ini Satlantas Polrestabes Surabaya lebih mendekatkan diri kepada adik-adik pelajar, dan mahasiswa guna menyosialisasikan tata tertib lalu lintas yang benar dan baik,” kata Kasatlantas Polrestabes Surabaya AKBP Eva Guna Pandia kemarin.
Pandia menjelaskan, rata-rata pelanggaran yang disebabkan oleh anak usia pelajar, yakni belum mempunyai SIM (Surat Izin Mengemudi). Selanjutnya, pelanggaran seperti melawan arus, tidak memakai helm dan berboncengan lebih dari dua orang.
“Kita terus memberikan imbauan kepada mereka agar tertib berlalulintas. Dan juga memberikan sosialisasi serta pelatihan mengenai tata cara mengemudi baik dan benar,” jelasnya.
Tak hanya menyasar usia milenial, Pandi mengaku, sosialisasi juga dilakukan kepada seluruh lapisan masyarakat Kota Surabaya. Mulai dari kelompok sopir dan karyawan, semua mendapat sosialisasi mengenai tata tertib lalu lintas. Bahkan, pihaknya juga memberikan sosialisasi terhadap pemandu lagu atau lady companion (LC) di tempat hiburan malam.
“Karena mereka (LC, red) rentan akan pengaruh minuman beralkohol. Makanya kita imbau agar tidak mengemudikan kendaraan dengan keadaan mabuk. Apalagi sampai membahayakan diri sendiri dan juga orang lain,” beber Pandia.
Intinya, sambung Pandia, sosialisasi keselamatan berlalulintas oleh Polrestabes Surabaya sudah merata ke seluruh lapisan masyarakat. Tinggal kemauan dari setiap idnividu, mau atau tidak menaati tata tertib lalu lintas yang ada.
Masih kata Pandia, pada 2018 data usia milenial yang meninggal dunia ada sekitar sembilan orang. Tapi, jika dibandingkan dengan data pada 2017 memang ada penurunan. Pada 2017 ada sekitar 13 korban meninggal dunia, rentan usia milenial. “Selama menjabat di sini, angka kecelakaan lalu lintas menurun. Ini semua tidak lepas dari kesadaran dari masyarakat,” ungkapnya.
Pandia mengaku, sebenarnya kesadaran masyarakat juga cukup tinggi. Namun perlu dipahami bahwa pertambahan kendaraan bermotor di Surabaya cukup cepat sekali. Tak hanya Surabaya, kota-kota lain seperti Mojokerto, Sidoarjo ataupun Gresik juga banyak.
“Jadi pertambahan kendaraan bermotor ini bisa mencapai 10 sampai 14 ribu setiap bulannya. Dapat dibayangkan jumlah pengemudi dan jumlah kemacetan yang terjadi di Surabaya. Tetapi hal itu merupakan tantangan bagi kita untuk mengajak masyarakat tertib lalu lintas,” pungkasnya. [bed]

Tags: