Potensi Bunga Lokal Sebagai Sumber Pangan Alternatif

Oleh :
Elfi Anis Saati
Guru Besar Teknologi Hasil Pangan Fakultas Pertanian Peternakan (THP- FPP) Universitas Muhammadiyah Malang

Populasi penduduk dunia diprediksi akan mengalami kenaikan hingga 9,8 miliar pada tahu 2050. Pertambahan populasi tersebut akan mendorong peningkatan kebutuhan yang besar terhadap pangan, air, dan energi.

andemi Covid-19 yang masih berlangsung hingga saat ini menyadarkan umat manusia untuk menyiapkan berbagai upaya dan terobosan menghadapi berbagai ancaman krisis, terutama krisis pangan.

Dibarengi dengan permasalahan ekosistem akibat perubahan iklim global, bahkan cenderung mengkhawatirkan, dengan terjadinya banjir akhir-akhir ini, merupakan akibat harapan reboisasi di beberapa wilayah di Jawa belum berjalan secara baik, diselingi peralihan fungsi lahan (hutan) yang tidak tepat.

Tiga issue penting yang dihadapi dunia yaitu Climate change, Krisis pangan dan energi serta kerusakan lingkungan hidup, perlu solusi untuk implementasikan program intregrated farming dengan konsep pertanian ramah lingkungan, menggunakan teknologi hijau/green technology berbasis pemberdayaan ekonomi keluarga dan desa.

Dalam pertemuan Musim Semi Dana Moneter Internasional-Kelompok Bank Dunia Tahun 2021 (2021 IMF-WBG Spring Meetings) 5-11 April 2021 (secara virtual), pemulihan ekonomi melalui transisi ekonomi hijau, upaya menuju pertanian berkelanjutan menjadi issue penting.

Potensi tanaman hortikultura di Indonesia (tanaman buah, sayuran, bunga dan obat) sungguh luar biasa. Menurut SK mentri Pertanian Nomor 511/Kpts/PD310/9/2006, komoditas binaaan Dirjen Hortikultura mencakup 323 jenis komoditas, yg terdiri dari 60 jenis buah-buahan, 80 jenis sayuran, 66 jenis tanaman obat dan 117 jenis florikultura.

Komoditas tersebut, merupakan bagian dari 6000 spesies tumbuhan, 1000 sp hewan dan 100 sp jasad renik yg telah diketahui potensi dan dimanafaatkan Indonesia, menurut LIPI Rosichon Ubaidillah, 10% total spesies tumbuhan dunia, dan menjadi satu Pusat Agro biodiversitas.

Ketahanan pangan dan energi menjadi kunci untuk menghadapi ancaman krisis semua bangsa di dunia, pangan merupakan isu strategis di masa sekarang dan masa yang akan datang . Berbagai upaya telah dilakukan Indonesia untuk meningkatkan ketahanan pangan, seperti penyediaan pupuk bersubsidi, pembangunan infrastruktur irigasi, penyediaan bibit, benih, kredit, dan berbagai input lainnya. Apalagi di masa pandemi demikian, transportasi dan logistik turut menjadi pemicu program mendahulukan produksi dalam negri, menggunakan, mengkonsumsi prioritas produk lokal. Sebab, pangan, baik dari sisi produksi, distribusi, maupun konsumsi (pemanfaatan), sangat erat kaitannya dengan habitat tempat produksi, serta menyangkut dimensi sosial, ekonomi,kesehatan dan kebijakan/politik rakyat.

Oleh karenanya, pangan merupakan urusan yang sangat strategis dan kompleks, melibatkan banyak pihak, multidimensi dan multisektoral, yang keberadaannya ikut menentukan masa depan bangsa dan negara.

Upaya terbaru adalah mengembangkan kawasan food estate di sejumlah daerah yang akan menjadi kawasan pertanian yang dikelola mulai hulu hingga hilir, mulai tanam hingga penjualan, yang dilakukan secara sinergi dan berkelanjutan.

Pengembangan tersebut masih dalam proses implementasi program (baru) dan evaluasi, artinya belum tentu smuanya berhasil dengan maksimal. Bahkan ada yang memanfaatkan lahan gambut, yang masih perlu pemilihan dan penyesuaian tanaman yang tepat.

Sesuai hasil pertemuan Paris WBG/World Bank Group antara lain : i) peningkatan dukungan untuk transisi secara adil, terhadap tindakan ambisius di sektor-sektor yang menyumbang lebih dari 90 persen emisi GRK (gas rumah kaca) global, sambil menekankan perlunya meningkatkan dukungan untuk adaptasi dan alam, dan mengukur dampak, ii) keharusan fokus pada transisi hijau di seluruh ekonomi dan beralih dari input ke dampak, bertransisi ke karbon rendah dan jalur pembangunan yang tangguh, dan untuk melakukannya sambil mendukung pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja serta mendukung sumber daya produktif.

Menariknya tanaman hias ini merupakan semua jenis tanaman yang memiliki multifungsi, dapat dikelola tidak jauh dari rumah, halaman keluarga dapat dimanfaatkan utk menanaminya, bahkan membuat ekosistem menjadi sejuk (penyumbang udara segar, oksigen yang dibutuhkan manusia), indah dan asri. Tidak hanya membantu menyediakan pangan bagi keluarga dan sekitarnya, bisa diperluas dengan berkelompok melalui PKK, komunitas membetuk KRPL (Kawasan Rumah Pangan Lestari : Dusun, Desa, kecamatan) dan P2L (Pekarangan pangan lestari). Yang dahulu digalakkan sebagai program pemanfaatn pekarangan mendukung UPGK (Upaya perbaikan gizi keluarga) juga, guna mengatasi masalah pangan gizi negri kita, seperti stunting akibat KKP (kurang kalori protein), serta ketergantungan perisa sintetis pada berbagai makanan bahkan obat-obatan sirup (butuh bahan pelarut EG/Etilen glikol dan DEG/Dietilen Glikol) yang sedang marak ternyata membahayakan ginjal Balita.

Tantangannya adalah bagaimana mengubah dan mengembangkan kebiasaan masyarakat Indonesia agar terbiasa memanfaatkan produk florikultura (bunga) dalam konsumsi pangan kehidupan sehari-hari. Sebenarnya jika ditinjau lebih dalam, target dari ketahanan pangan itu adalah kondisi kesehatan masyarakat, hal ini dipengaruhi oleh ketersediaan, distribusi yang baik, serta pangan dan gizi keluarga yang dikonsumsi individu.

Oleh karena itu masyarakat luas, perlu mengenal dan mempertajam pemahaman tentang fungsi pangan, yaitu sebagai penyedia zat gizi (karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral , air), dan zat non gizi (bioaktif) yang secara keseluruhan dapat memberi manfaat bagi kesehatan tubuh, baik sebagai penyedia energi, perbaikan sel, pertumbuhan bahkan meningkatkan imunitas tubuh. Alam ini menyediakan sumber pangan dari beragam asal atau sumber, dari daratan maupun air/lautan.

Ada yang berasal dari hewan (hewani) dan tanaman (nabati), pangan nabati ini sesungguhnya sumbernya cukup luas, baik dari tanaman pangan, perikanan, perkebunan dan hortikultura. Potensi keunggulan dan daya guna tanaman bunga ini mendukung program ketahanan pangan Indonesia berkelanjutan 2025, strategi umumnya diantaranya : (1) mengembangkan kapasitas nasional dalam peningkatan produksi pangan secara mandiri dan berkelanjutan; (2) mempromosikan diversifikasi pangan berbasis sumber daya pangan lokal untuk mencapai pola konsumsi pangan B2SA(Beragam Bergizi Seimbang dan Aman).

Tanaman hias/bunga sebagai bagian dari tanaman hortikultura sangat jarang diperhitungkan dalam evaluasi cadangan pangan daerah hingga negara. Padahal potensi tanaman bunga/hias, yang selama ini, sudah cukup banyak terbukti dapat dan sudah dikonsumsi meluas oleh masyarakat, sebagian digunakan sebagai tanaman herbal.

Ada yang berupa minuman sari, atau teh yang dicelup, dijadikan taburan kue/cake dan lain-lain, bahkan sudah cukup banyak hasil penelitian ilmiah terkait khasiat dan fungsi menyehatkan, sehingga dapat menjadi sumber komponen yang dimanfaatkan tidak hanya untuk produk herbal, kosmetik (non pangan), tetapi juga berpotensi menjadi sumber olahan pangan yang menyehatkan penduduk. Tinggal menentukan tanaman bebungaan/hias mana yang dipilih untuk dikonsumsi, yaitu yang disesuaikan kandungan, manfaatnya, terjangkau harga dan mudah diperoleh.

Tanaman hias sering diidentikkan dengan keindahan, namun tanaman hias juga berpotensi sebagai sumber pangan. Bahan pangan yang berasal dari tanaman hias dapat diperoleh dari bunga, buah, biji, daun, batang, akar dan rimpangnya. Selain sebagai sumber karbohidrat, protein dan lemak, juga mengandung vitamin dan senyawa essensial lainnya. Pada kesempatan ini, masa pendemi ini juga lebih membantu kita untuk mengingatkan manfaat dari kekayaan rempah-rempah kita, yang sebenarnya mempunyai komponen bioaktif yang serupa dengan beberapa tanaman hias, antara lain bunga Rosella, mawar, lidah buaya, teratai, bunga turi, kecombrang, telang,sedap malam, kana/tasbih, dan lainnya.

———- *** ———–

Tags: