Program Sekolah Literasi Berhasil Diterapkan di SD/MI Tanggulangin

Fitria Wulandari saat memamparkan meteri pendampingan dengan para guru pesertanya. [achmad suprayogi]

Sidoarjo, Bhirawa
Program pendampingan literasi sekolah yang digagas oleh Kemenerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI berhasil diterapkan di SDN Kedungbanteng dan MI Kedungbanteng Tanggulangin Sidoarjo. Program tersebut dijalankan, karena penerapan GLS (Gerakan Literasi Sekolah) kurang berjalan secara maksimal.
Adapun proses pendampingannya, dilakukan langsung oleh dosen Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) melalui program Abdimas (Pengabdian Masyarakat) Umsida, terhadap kedua sekolah tersebut.
Saat ditemui (28/7) kemarin, Fitria Wulandari selaku Ketua Pendampingan mengatakan kalau kegiatannya telah berjalan, diawali dari melakukan pelatihan di MI Muhammadiyah 2 Kedungbanteng Tanggulangin, (11/3) lalu.
“Pesertanya berjumlah 25 orang, terdiri dari kepala sekolah dan guru MI Muhammadiyah 2 Kedungbanteng dan SDN Kedungbanteng,” katanya.
Pelatihannya, memaparkan materi tentang GLS dasar yang digagas oleh Kemendikbud, yaitu pada tahap pembiasaan, pengembangan dan pembelajaran. “Pesertanya terlihat antusias membuat program yang dilaksanakan di sekolah. Selain itu, peserta juga menceritakan kekurangan dan halangan-halangan dalam menerapkan GLS di sekolah,” katanya.
Selanjutnya, melakukan kegiatan pendampingan bertujuan untuk mengetahui bagaimana penerapan program sekolah literasi yang telah disusun. Kegiatan pendampingan ini dengan mengunjungi sekolah mitra, yaitu di MI Muhammadiyah 2 KedungBanteng Tanggulangin yang dilaksanakan pada Selasa (07/4). Sementara itu, kegiatan pendampingan di SDN Kedungbanteng, Tanggulangin dilaksanakan pada Selasa (14/4).
Ia katakan, kalau Program Sekolah Literasi ini sangat perlu diperhatikan, mengingat masih banyak sekolah yang menerapkan GLS tetapi tidak memiliki program kerja literasinya. “Sehingga GLS nya di sekolah-sekolah kurang berjalan dengan baik alias kurang maksimal,” jelasnya.
Untuk melaksanakan program ini, pihak sekolah berusaha menciptakan lingkungan sekolah menjadi lingkungan literat. Dengan memanfaatkan sarana prasarana yang dimiliki sekolah. Seperti yang dilakukan oleh Kepala Sekolah SDN Kedungbanteng yang tertarik mengembangkan fasilitas sekolah untuk membuat sudut baca di luar kelas.
“Kegiatan ini saya sangat tertarik, untuk membuat pengembangan fasilitas sekolah, untuk membuat sudut baca di luar kelas, agar siswa ketika istirahat bisa membaca buku di luar kelas,” ungkap Bu Ira Kasek SDN Kedungbanteng.
Di akhir kegiatan, pesrta mengisi kuisioner melalui goggle form yang berisi pendapat peserta tentang kegiatan pelatihan dan pendampingan. “Dengan diadakan pelatihan dan pendampingan ini, diharapkan sekolah dapat menerapkan dan mengembangkan program sekolah literasi yang telah disusunnya secara sistematik, fleksibel dan berkelanjutan,” tambah Fitria Wulandari. [ach]

Tags: