Puasa Melawan Terorisme

Oleh:
Susanto MPd
Pemerhati Sosial, Budaya, Politik dan Masyarakat. Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMAN 3 Bojonegoro

Puasa Ramadan memberikan gambaran secara tegas bahwa Allah memanggil umatnya untuk berpuasa dan wajib hukumnya dikhususkan hanya untuk yang beriman. Puasa tidak hanya menahan lapar dan haus semata. Namun, yang terpenting dapat menahan nafsu yang merugikan diri sendiri dan orang lain. Tentunya harus mencegah perbuatan yang munkar dan selalu mengerjakan yang makruf untuk mendekatkan diri dan menjalankan perintahNya.
Dengan demikian diharapkan menjadi insan yang bertakwa. Pertanyaan susulan apakah dengan puasa Ramadan dapat menjadikan moralitas kita lebih baik? Haruskah puasa dijadikan momentum untuk melawan terorisme?
Puasa Ramadan tahun ini, ada beberapa hal yang patut diresapi bersama. Pertama, puasa harus bisa diterjemahkan dalam perilaku yang santun, beradab, jujur, amanah dan tidak merugikan orang banyak. Jujur saja kalau saya cermati kondisi sekarang ini di media cetak maupun elektronik, budaya tidak jujur semacam korupsi kian nyaris sempurna dan sangat terenyuh hati saya (mungkin juga para pembaca yang budiman) melihat kondisi ini.
Mulai menyalakan sampai akan mematikan TV, berita-berita masalah ketidakjujuran masih sangat dominan. Dan yang tak kalah menghebohkan orang dengan mudah atas nama jihad membunuh orang lain melalui bom bunuh diri seperti yang terjadi di Kampung Melayu Jakarta dengan membawa korban dan menebar rasa takut.
Memang kalau kita sadari betul bagaimana pun juga fenomena yang terjadi akhir-akhir ini (misalnya: korupsi dan juga bom bunuh diri)  merupakan salah satu penyebab keterpurukan bangsa ini dalam krisis yang berkepanjangan. Korupsi di kalangan masyarakat kita tersebut merupakan masalah klasik yang tak kunjung usai dalam kehidupan.  Dalam konteks yang demikian ini pula, bulan suci ini dapat dijadikan momen untuk menata dan merajut kembali moralitas individu lebih baik bukan saling sikut, fitnah, dan juga mengorbankan idealisme yang beretika.
Kedua, mempertinggi kepekaan empati sosial. Kehidupan tentunya akan bersentuhan dengan perilaku orang banyak. Dalam situasi yang demikian, rasa sosial kepada sesama harus menjadi sesuatu  harga mati. Jangan terjebak pada perilaku individualis. Momen puasa adalah salah satu cara yang tepat untuk menata kembali empati sosial.
Ramadan adalah bulan solidaritas kepada sesama untuk selalu berbagi kepada siapa saja khusus para dhuafa dan orang-orang miskin yang butuh uluran kita. Kita harus bisa merasakan sekaligus merefleksi saat kita sedang lapar dalam berpuasa. Ini harus menjadi kajian bahwa beginilah rasanya menahan lapar. Bisa menjadi perbandingan bagaimana kalau orang lain yang tidak berkecukupan dalam merasakan kelaparan. Untuk itu yang terpenting transformasi ikut rasa dan jiwa tidak egois pada sesama untuk bisa dikendalikan pada saat Ramadan kali ini.
Ketiga, sangatlah relevan sekali bila puasa Ramadan kali ini sebagai media mawas diri untuk menatap hari esok yang lebih baik dan bermartabat. Artinya, puasa tahun ini dapat dijadikan tolak ukur dan parameter kita untuk selalu mengevaluasi perilaku-perilaku yang tidak bermanfaat pada hari-hari yang telah kita lalui dan juga menata kembali komitmen diri sendiri dan juga kepada orang lain, masyarakat, bangsa dan negara pada masa yang akan datang.
Nah, puasa Ramadan kali ini dapat dijadikan momentum untuk menata sikap yang anti kekerasan dan melawan terorisme. Sebab bagaimanapun keimanan dan ketakwaan sesorang sangatlah relevan dengan apa yang dikerjakan untuk memberikan manfaat bagi lingkungan dan sesamanya.*

Rate this article!
Puasa Melawan Terorisme,5 / 5 ( 1votes )
Tags: