Puluhan Ormas Kabupaten Situbondo Peduli Pengidap HIV AIDS

Yoyok Mulyadi saat memaparkan peran LPM Merak bagi upaya pencegahan dan pendampingan penderita HIV/AIDS di Kabupaten Situbondo. [Sawawi/bhirawa]

Situbondo, Bhirawa
Angka pengidap penyakit mematikan HIV/AIDS di Kabupaten Situbondo cukup tinggi. Untuk menekan angka itu, tidak melulu menjadi perhatian Pemkab Situbondo melalui Dinas Kesehatan Situbondo. Melainkan juga harus ada campur tangan atau keterlibatan dari pihak lain. Ini yang dilakukan LPM Merak (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat-Merangkul Rakyat Kecil) Kabupaten dan beberapa organisasi masyarakat Situbondo dalam mengatasi tumbuhnya angka penderita HIV/AIDS.
Wakil Bupati Situbondo Yoyok Mulyadi yang juga menjabat Pembina LPM Merak menuturkan, kondisi ini harus mendapat perhatian serius berbagai elemen masyarakat mulai tokoh agama (toga), tokoh masyarakat (tomas) di Situbondo.
Sebab, urainya, sejak 2010 hingga 2019, tercatat ada 1.530 warga terpapar HIV-AIDS dan sebagian dari mereka sudah meninggal dunia. “Kami bersama puluhan organisasi di Kabupaten Situbono menggelar acara kumpul-kumpul, sekaligus menyatakan komintmen untuk ikut melakukan pendampingan terhadap ODHA atau Orang Dengan HIV-AIDS,” ucap Yoyok Mulyadi.
Kata Yoyok Mulyadi, acara kumpul-kumpul yang di prakarsai LPM Merak ini juga melibatkan sejumlah organisasi kepemudaan, organisasi sosial keagamaan serta organisasi profesi. Semua bersepakat, lanjutnya, untuk menanamkan rasa peduli bagi para pengidap penyakit HIV/ADIS di Kabupaten Situbondo.
Masih kata Yoyok Mulyadi, dirinya sangat prihatin penularan virus HIV-AIDS di Situbondo. “Apalagi sebagian dari penderita merupakan korban, karena mereka sendiri hanya tertular. Bahkan ada seorang ibu rumah tangga yang hampir meninggal karena tertular HIV-AIDS dari suaminya,” aku Yoyok Mulyadi.
Untuk itu Yoyok Mulyadi terus mengajak semua elemen untuk peduli terhadap ODHA, dengan cara membantu memberi pendampingan bagi penderita baik secara medis dan psikis. Menurut mantan Kadis PUPR Kabupaten Situbondo itu, tidak boleh ada perlakuan diskriminasi terhadap ODHA. “Itu karena HIV/ADIS hanya merupakan penyakit biasa dan bisa menular melalui hubungan khusus,” ucap Yoyok Mulyadi.
Sementara itu, programer HIV-AIDS Dinkes Situbondo, Heryawan menuturkan, saat ini jumlah penderita HIV-AIDS yang sudah meninggal dunia di Situbondo angkanya sudah menurun. Itu terjadi, aku Heryawan, karena sistem pengobatan imunitas penderita sudah cukup bagus. “Kini para penderita HIV/AIDS bisa mendapatkan obat ARV dengan mudah dan bahkan gratis di enam Puskesmas di Kabupaten Situbondo,” tegas Heryawan.
Heryawan menambahkan, tahun 2019 ini Dinkes Situbondo berhasil menemukan 247 penderita baru. Jumlah itu, beber Heryawan, terdiri dari 60 persen HIV dan 40 persen sisanya mengidap AIDS. Dari jumlah tersebut, papar Heryawan lagi, ada pengidap yang sudah meninggal dunia yakni sebanyak 10 orang dan sisanya memiliki catatan pengobatan kekebalan tubuh yang semakin bagus.
“Proses penularan penyakit TBC sebenarnya jauh lebih berbahaya dibandingkan dengan pengidap HIV/ADIS. Sebab penularan HIV/AIDS hanya melalui hubungan khusus misalnya melalui hubungan seks bebas maupun melalui jarum suntik. Sedangkan penyakit TBC bisa menular melaui kontak langsung saat berkomunikasi dengan para penderita,” pungkas Heryawan.[awi]

Tags: