Ramadan-Lebaran, Pemprov Pastikan Stok Sembako Aman

Foto: ilustrasi

Foto: ilustrasi

Pemprov, Bhirawa
Pemprov Jatim memastikan stok komoditas kebutuhan pokok atau sembako di Jatim selama Ramadan dan Lebaran 2015 aman. Oleh karena itu, Pemprov Jatim meminta masyarakat untuk tidak panic buying dan selalui mewaspadai adanya oknum pedagang nakal yang ingin menaikkan harga jelang Ramadan.
“Biasanya ada beberapa pedagang yang menaikkan harga sendiri menjelang Ramadan hanya karena ingin mengambil keuntungan. Karena mereka melihat Ramadan pasti banyak orang yang memborong barang-barang komoditas,” kata Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Jatim Warno Harisasono, Kamis (28/5).
Untuk mengantisipasi pedagang nakal tersebut, lanjut Warno, Pemprov Jatim telah menyiapkan strategi menggelar operasi pasar dengan bantuan subsidi angkut mulai 16 Juni mendatang. Operasi pasar akan dilakukan di 78 pasar di Jatim yang meliputi empat komoditas utama yakni beras, gula, minyak goreng dan tepung serta komoditas situasional yang mengalami lonjakan.
Menurut dia, hasil pertanian Jatim ini selain dikonsumsi dalam provinsi juga dikirim ke luar pulau dan DKI Jakarta. “Nah ini yang menyebabkan pedagang di luar itu menaikkan harga barang. Kenaikan harga di luar memicu kenaikan harga di Jatim. Tapi itu bisa diredam dengan keberadaan stok yang cukup,” ujar dia.
Untuk kegiatan operasi pasar, kata dia, sudah disiapkan anggaran sebesar Rp 7 milyar dari dana hibah Pemprov Jatim yang bertujuan untuk pengendalian harga-harga di pasar. Sasaran operasi pasar di antaranya Bulog, PT Kebon Agung, PT Bogasari, BUMD PT JNU. Operasi pasar juga dilakukan di daerah-daerah padat penduduk.
“Rencananya subsidi angkut ini akan digelar satu bulan. Tapi berdasarkan perintah Pak Gubernur (Gubernur Jatim Dr H Soekarwo, red) tidak satu bulan, tapi sampai harga kebutuhan pokok normal lagi. Untuk anggarannya juga begitu. Kalau Rp 7 miliar itu tidak cukup akan ditambah lagi,” ungkapnya.
Dalam pelaksanaan subsidi angkut ini, Pemprov Jatim akan bekerjasama dengan Disperindag kabupaten/kota dan pasar untuk mengawasi jangan sampai ada aksi borong. Oleh karena itu, nanti akan dilakukan pembatasan dalam setiap pembelian barang tersebut. “Untuk proses pengawasan dilakukan Disperindag kabupaten/kota dan paguyuban pasar,” katanya.
Saat ini, lanjut Warno, Disperindag Jatim juga gencarkan proses pemantauan harga kebutuhan pokok di 130 pasar tradisional di Jatim. “Kita terus tingkatkan pantauan, saat ini tiap hari kita memantau 130 pasar yang tersebar di Jatim,” katanya.
Pantauan di 130 pasar, dilakukan dengan teknik tertentu yaitu di masing-masing masar mengambil sampel di tiga pedagang yaitu pedagang yang paling laris, pedagang sedang dan pedagang yang paling tak laku. Dari tiga pedagang ini akan diakumulasikan yang kemudian memunculkan harga rata-rata dari 19 komoditas yang dipantau.
Berdasarkan pantauan pada 27 Mei 2015, kata dia, setidaknya hanya daging ayam ras dan telur yang mengalami kenaikan harga dibandingkan hari sebelumnya. Daging ayam ras mengalami kenaikan lima persen atau saat ini harganya mencapai Rp 26.900 per kilogram. Sedangkan telur  mengalami kenaikan 9 persen menjadi Rp18 ribu per kilogram.
Kenaikan, dua komoditi ini, katanya, lebih disebabkan adanya permintaan di luar Jatim yang lebih besar dibandingkan hari biasanya sehingga harga di dalam Jatimpun ikut meningkat. “Telur misalnya, saat ini ada proses pengiriman besar-besaran ke luar Jatim untuk pasokan jelang puasa sehingga harga telurpun juga ikut meningkat karena pasarnya meningkat,” ujarnya.
Hasil pantauan Disperindag juga menunjukkan jika beberapa kebutuhan pokok saat ini harganya masih relatif tinggi namun bukan disebabkan puasa melainkan lebih pada musim panen yang belum tiba. Dia mencontohkan, harga cabe baik keriting dan merah, maupun harga bawang merah saat ini meningkat dibandingkan bulan sebelumnya karena tak kunjung masuk musim panen.

Permintaan Daging Naik
Pemprov  Jatim melalui Dinas Peternakan Jatim juga memprediksikan kenaikan permintaan daging akan terjadi di awal Ramadan dan mencapai puncak saat jelang Lebaran. Kenaikan harga bisa mencapai sekitar 20-30 persen dari harga normal.
Saat ini, harga daging sapi di pasar masih di kisaran Rp 90-95 ribu per kilogram. Saat awal Ramadan dan jelang Lebaran  harga diperkirakan masih di kisaran Rp 100-110 ribu per kg.  Kenaikan harga tidak akan terlalu tinggi karena stok sapi di Jatim masih cukup banyak.
Kepala Dinas Peternakan Jatim Ir Maskur MM mengatakan, per harinya dalam hari normal di luar  Ramadan dan Lebaran Jatim memotong sapi sebanyak 1.200 ekor untuk kebutuhan konsumsi  masyarakat. Jumlah itu meningkat bisa mencapai 1.500 ekor per hari saat memasuki Ramadan dan Lebaran.
“Saat bukan puasa dan Lebaran permintaan selalu naik. Di awal puasa masyarakat banyak yang masak daging sapi dan terutama jelang Lebaran. Walaupun permintaan meningkat hingga 30 persen tapi harga di Jatim nantinya masih relatif stabil,” kata Maskur, Kamis (28/5).
Dijelaskannya, dalam setahun kebutuhan sapi Jatim hanya 451ribu ekor. Jumlah itu hingga kini masih terserap 30 persen. Artinya untuk Lebaran hingga Hari Raya Kurban Oktober mendatang masih tersisa stok sapi sekitar 70 persen dari total kebutuhan setahun. Sapi tersebut berkisar bobot hidup 300-400 kg dan karkas 200 kg.
Menurut dia, kenaikan harga cukup wajar mengingat pada momentum keagamaan tertentu misalnya Ramadan hingga Lebaran, dan Natal kebutuhan meningkat dan harga bisa naik. Meski begitu, ia memastikan jika setelah momentum tersebut selesai, maka kenaikan harga sejumlah komoditas tersebut akan kembali normal.
“Harga komoditas bahan pokok seperti daging sapi ini memang boleh naik, asal besaran peningkatannya kurang dari 10 persen. Kalau di atas 10 persen, itu bisa dikatakan cari untung dan merugikan konsumen,” kata Maskur.
Upaya untuk menstabilkan harga daging sapi juga telah dipersiapkan. Dinas Peternakan Jatim akan menggelar operasi pasar untuk mengontrol lonjakan harga daging jika terjadi lonjakan harga yang cukup tinggi. Konsepnya, tim dari Pemprov Jatim akan turun langsung ke beberapa pasar untuk memantau harga daging. “Jika terjadi lonjakan yang sangat berarti, operasi pasar akan dilakukan,” tandasnya. [iib,rac]

Tags: