Ramadan Momentum untuk Banyak Menunaikan Ibadah

Oleh:
Abdul Azis Fatkhurrohman
Mahasiswa Tafsir Hadist UIN Walisongo Semarang

Bulan Ramadan merupakan bulan yang ditunggu-tunggu oleh umat Islam di berbagai belahan dunia. Dengan kedatangannya masyarakat pun merayakan dengan berbagai varian. Dari anak kecil sampai orang dewasa, mereka semua terlibat dalam penyambutan bulan Ramadan. Tidak hanya itu, perayaan menyambut datangnya bulan Ramadan ini tersebar tidak hanya di satu wilayah, akan tetapi hampir semua wilayah yang ada di Indonesia.
Datangnya bulan Ramadan menandakan diwajibkannya ibadah puasa bagi umat muslim di seluruh dunia. Tidak hanya orang yang memang sudah berkewajiban, anak – anak pun yang sudah beranjak dewasa mereka juga mulai belajar untuk menjalankan ibadah wajib ini. Biasanya bagi mereka hanya puasa selama setengah hari lalu dilanjutkan lagi sampai adzan magrib berkumandang.
Ibadah puasa saat Ramadan merupakan salah satu rukun Islam. Sebagai seorang muslim tentunya wajib untuk melaksanakannya. Alquran yang menjadi pedoman umat muslim juga menjelaskan mengenai ibadah puasa di bulan Ramadan. Dalam Surat Al Baqarah ayat 183 diterangkan, ” Hai orang – orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang – orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”.
Bulan Ramadan dijadikan momentum oleh kebanyakan orang untuk banyak – banyak menunaikan ibadah. Hampir keseluruhan tempat ibadah menjadi ramai. Dipenuhi dengan jamaah – jamaah yang berdatangan. Dari ibadah wajib salat lima waktu, juga ibadah sunah yang hanya dikerjakan di bulan Ramadan yaitu saalat Tarawih.
Di sisi lain yang juga tidak bisa dikesampingkan nilai aspek sosial yang lain. Seperti dalam momentum Ramadan tentunya  tersedianya takjil atau hidangan – hidangan berbuka di masjid mau pun di tempat – tempat lainnya. Biasanya ada juga yang sukarela membagi – bagikannya di pemberhentian jalan raya. Anak – anak yang tercangkup dalam organisasi tertentu misalnya, menjadikan kesempatan ini untuk berbagi kepada sesama.
Nilai sosial timbul akan adanya hal tersebut. Menjadikan Islam sebagai framing besar dapat menjadikan umatnya, yang menyeimbangkan antara nilai – nilai hablum minallah dan juga hablum minannas. Menjadi seimbang ketika keduanya diniatkan sekaligus diimplementasikan dalam perbuatan.
Dalam kenyataannya pun seseorang tidak bisa memberatkan salah satunya. Antara fitrah manusia sebagai makhluk sosial yang menuntut hidup dalam kebersamaan untuk saling tolong menolong,  memang tidak bisa dipisahkan. Muslim yang baik yang tidak hanya menuntut kehidupan individu dengan pencipta, karena itu merupakan kebutuhan pribadi.
Tapi juga yang tidak kalah penting untuk selalu mengedepankan hal – hal yang bermanfaat uuntuk orang lain sebagai wujud nilai sosial dari ibadahnya. Sebagaimana dijelaskan dalam Hadits Rosulullah SAW, “Sebaik – baik manusia ialah yang baik dalam akhlaknya dan bermanfaat bagi manusia lainnya” **

Tags: