(Rencana) Impor Beras

Tengkulak (pedagang besar) beras tidak dapat berspekulasi menaikkan harga beras, karena hasil panen tahun (2021) ini meningkat. Berdasar luas areal sawah, perkiraan panen raya akan meningkat sebesar 26,84% menghasilkan gabah sebanyak 14,54 juta ton. Walau beberapa sentra padi terendam banjir dampak cuaca, menyebabkan mutu padi rendah. Pemerintah wajib menjaga stabilitas harga beras yang biasa anjlok pada musim panen raya, dengan menyerap sebanyak-banyaknya beras rakyat.

Bulog mesti siaga menyiapkan gudang penampung. Pemerintah juga perlu “mengawal” panen raya, menjamin ke-ekonomi-an harga beras. Sekaligus sebagai apresiasi pertanian yang sukses menyediakan pangan pada masa pandemi. Sedangkan Badan Pangan Dunia, FAO (Food and Agriculture Organization) merilis penyusutan hasil pertanian di berbagai negara. Termasuk di Vietnam (yang biasa ekspor beras ke Indonesia), kini berbalik impor beras untuk menjaga stok pangan.

Beras (dan gandum) di seluruh dunia menjadi perburuan stok pangan. Petani sedang menikmati harga ke-ekonomi-an cukup memadai tinggi. Saat ini HPP (Harga Pembelian Pemerintah) hasil panen telah dinaikkan. Berdasar Permendag Nomor 24 Tahun 2020, harga GKP (Gabah Kering Panen) di petani sebesar Rp 4.200 per-kilogram. Sedangkan harga GKG (Gabah Kering Giling), di penggilingan sebesar Rp 5.050 per-kilogram, dan di gudang Bulog Rp 5.300 per-kilogram.

Maka tidak sepatutnya harga gabah anjlok. Tetapi realitanya harga padi selalu merosot. Di Lamongan (Jawa Timur) harga gabah di tingkat petani saat ini turun sebesar 16,6% menjadi Rp 3.500,- per-kilogram. Harga bisa lebih merosot bersamaan puncak panen raya, pada bulan April. Merosotnya harga gabah juga dipicu isu rencana pemerintah akan impor beras. Wacana beras asing di-inisiasi Kementerian Koordinator Perekonomian, sebagai antisipasi stok cadangan pangan.

Sesungguhnya tidak tepat menggulirkan isu impor beras pada saat panen raya. Pemerintah menganggap stok cadangan di Bulog “belum aman.” Karena hanya berisi sekitar 900-an ribu ton, termasuk yang telah lapuk (berubah warna, dan tumbuh ulat, dan jamur). Idealnya minimal 1,5 juta ton beras dalam keadaan baik. Konon stok juga untuk mendukung PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat). Kawasan yang di-PPKM-kan, wajib disuplai bantuan sosial (Bansos) bahan pangan, terutama beras.

Pada masa pandemi pemerintah seyogianya mengendalikan harga beras di pasar tradisional. HET (Herga Eceran Tertinggi) beras kategori medium ditetapkan seharga Rp 9.4500 hingga Rp 10.250,- per-kilogram. Tetap realitanya harga beras di pasar selalu lebih tinggi. Berdasar data Pusat Informasi Harga Pasar Strategis (PIHPS) Nasional, harga beras saat ini mencapai Rp 11.800,- per-kilogram.

Konsumsi beras nasional per-kapita sebanyak 92,9 kg (kilogram) per-tahun. Maka untuk 271 juta jiwa penduduk Indonesia dibutuhkan 25,176 juta ton. Biasanya pula, ditambah panen kedua (sekitar Juli-Agustus), tetapi tidak banyak. Sehingga kebutuhan konsumsi beras dalam negeri masih kurang. Walau ditambah surplus tahun lalu (sebanyak 7 juta ton). Tetapi data per-beras-an nasional masih sering berbeda pada Lembaga dan Kementerian.

Termasuk perhitungan setelah diselip akan menghasilkan beras setara 57% jumlah gabah. Begitu pula setiap kawasan tidak sama subur, dan tidak sama dalam terapan teknologi pertanian. Sehingga perhitungan panen tidak dapat di-gebyah uyah (di-samarata-kan). Misalnya, areal sawah di food estate di kabupaten Pulang Pisau (Kalimantan Tengah) hanya sekitar 5,5 ton per-hektar. Sedangkan di Jawa Timur sudah mencapai 7 ton lebih. Kekurangan produksi, niscaya memicu spekulasi impor. Namun dengan areal yang telah memadai, pemerintah hanya butuh sentuhan teknologi pertanian yang lebih modern.

——— 000 ———

Rate this article!
(Rencana) Impor Beras,5 / 5 ( 1votes )
Tags: