Romantisme Nama Jalan

Foto Ilustrasi

Alamat nama jalan, bukan sekadar pemberian kemudahan meng-ingatkawasan, melainkan dapat menjadi pelajaran sejarah. Pemerintah daerah kabupaten dan kota, biasa menandai nama jalan berdasar sejarah. Termasukdiberi nama sesuai sumberdaya alam paling kesohor. Juga nama tokoh yang sangat berjasa. Sejak ber-abad-abad silam, nama kawasan memiliki keterkaitan dengan alam maupun tokoh legenda.
Di Amerika Serikat (AS) terdapat kawasan megapolitan bernama Washington. Nama kota ini, di-nisbat-kan kepada tokoh pendiri sekaligus pemimpin pertama bangsa multi-ras AS, George Washington. Kota Washington, dikukuhkan menjadi ibukota negara AS. Sedangkan di Rusia, terdapat kota Lenin-graad, alias kota Lenin, pendiri pemerintahan Rusia moderen. Di kota Lenin, terdapat istana pemimpin tertinggi negara Rusia, menandakan sebagai kawasan pusat urusan pemerintah.
Begitu pula di Indonesia, ibukota negara, (Jakarta) berasal dari nama pangeran Jayakarta. Pangeran “sang penakluk” dari kerajaan Cirebon itu, berhasil mengusir (penjajah) Portugis, hanya dalam beberapa hari. Pelabuhan Sunda Kelapa, kembali dikuasai pribumi. Kelak, Pangeran Jayakarta, tercatat sebagai pahlawan nasional, sekaligus sebagai pahlawan nasional paling tua (pertama).
Nama ibukota (Jakarta) pernah dicoba diubah oleh penjajah Belanda, dengan istilah Batavia. Setelah beberapa dekade, kembali menjadi Jakarta, setelah rezim penjajah memperoleh protes.Nama pangeran (Jayakarta) juga diabadikan sebagai alamat jalan di Jakarta, kawasan menuju pelabuhan. Beberapa pangeran (dan raja, sekaligus pahlawan nasional) juga dijadikan nama jalan di Jakarta. Antaralain, Diponegoro, Hayamwuruk, dan Mangkunegoro.
Beberapa nama pahlawan nasional, dijadikan nama jalan. Yang paling terkenal, adalah Panglima Sudirman (kadang disebut Sudirman). Seluruh daerah kabupaten dan kota di Indonesia, memiliki jalan Sudirman. Nama jalan panglima (militer) pertama di Indonesia itu, umumnya berupa jalan protokol (jalan nasional dan jalan propinsi). Nama pahlawan lainnya yang terkenal sebagai nama jalan, adalah A. Yani. Di Kalimantan Selatan, jalan A Yani, memanjang beberapa kilometer, sampai lintas kota. Begitu pula di Surabaya, dan Semarang.
Memberi nama kawasan (jalan), juga berkait dengan sumberdaya alam populer lokal. Sangat khas. Misalnya di Jakarta, terdapat Bintaro (sejenis pohon). Kawasan bernama Bintaro, hanya ada di Jakarta. Begitu pula di Surabaya, terdapat kawasan Wonokromo (bermakna hutan yang terkenal). Di Bandung terdapatCibaduyut. Tetapi yang aneh di Bandung, tiada jalan Hayamwuruk (raja Jawa yang paling kesohor).
Padahal di Jakarta, jalan Hayamwuruk, tergolong protokol, terdekat area istana negara. Begitu pula di Surabaya, tidak terdapat nama jalan Siliwangi (raja Sunda yang paling kondang). Ternyata, terdapat sejarah kelam masa lalu. Perseteruan dua raja terbesar di Nusantara, dalam kisah “Pasundan-Bubat,” tahun 1357. Itu bagai trauma lama yang “dilestarikan.” Walau lukanya sudah sembuh benar.
Padahal awalnya peristiwa 661 tahun silam, seharusnya berupa love story (kisah cinta), antara raja Majapahit, dengan (calon) permaisuri Dyah Pitaloka, putri raja Pasundan. Harus diakui, terjadi insiden salah paham. Sampai menyebabkan perang Bubat. Namun hanya sekitar satu generas (tahun 1380-an), “insiden Bubat,” sudah dilupakan. Bahkan pada awal abad ke-15 (dekade tahun 1400-an), sudah banyak akulturasi budaya Jawa-Sunda, dirajut melalui perkawinan di kalangan rakyat (dan pedagang).
Romantisme masa kini pertautan Jawa-Sunda, coba dirakit lebih erat oleh gubernur kedua propinsi. Acara bertema “Harmoni Budaya Sunda-Jawa,” diantaranya, sepakat menggunakan nama jalan Prabu Siliwangi, dan jalan Pasundan, di Surabaya. Di Bandung, juga akan ada jalan Hayamwuruk, dan jalan Majapahit.Juta-an rumahtangga Jawa dengan Sunda, boleh jadi, akan suka foto selfie di jalan hasil harmonisasi budaya.

——— 000 ———

Rate this article!
Romantisme Nama Jalan,5 / 5 ( 1votes )
Tags: