Saatnya Cetak Petani Milenial

Target pemerintah untuk menjadikan Indonesia lumbung pangan dunia bisa jadi isapan jempol semata, bilamana sektor pertanian tidak lagi dilirik sebagai sektor yang menjanjikan bagi generasi milienial. Satu-satunya cara untuk mewujudkan target tersebut adalah mencetak petani atau regenerasi petani dengan cara mengajak generasi milenial untuk aktif terjun dalam sektor pertanian.

Kenyataan itu sangat penting adanya, mengingat mewujudkan ketersediaan pangan untuk hidup dan kehidupan bangsa dan negeri ini. Oleh sebab itulah, pertanian tidak boleh berhenti dalam menyediakan stok pangan bangsa. Pertanian harus selalu bergerak maju, mandiri, dan modern agar tercapai produktivitas komoditas pertanian unggulan dan berproduksi tinggi. Berangkat dari kenyataan itupula tidak heran jika pertanian dan pangan memiliki hubungannya yang saling mengisi serta tidak lekang menjadi perhatian sekaligus sorotan publik. Kunci dari keberhasilan pembangunan pertanian adalah SDM Pertanian. Namun, persoalannya adalah SDM pelaku pertanian yang rupanya makin lama makin menurun.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah petani per 2019 mencapai 33,4 juta orang. Dari jumlah ini, populasi petani muda yang berusia 20 – 39 tahun hanya 8 persen setara 2,7 juta orang. Kuantitas petani muda berpotensi mengalami tren penurunan mengingat pada 2017 ke 2018, jumlahnya berkurang hingga 415.789 orang.

Itu artinya, minat generasi muda terhadap pertanian di negeri ini kurang adanya. Realitas tersebut, tentu tidak bisa dibiarkan. Sebab, bagaimana pun juga Indonesia membutuhkan lebih banyak lagi petani milenial. Sehingga, sudah menjadi suatu keharusan jika fakta itupun menjadi tantangan pemerintah, terutama Kementerian Pertanian untuk menggerakkan generasi milenial agar mau melirik sektor pertanian dengan berbagai program.

Saatnya kini pemerintah mengoptimalkan program regenerasi petani dengan mencetak petani milenial yang berjiwa wirausaha pertanian dan berdaya saing. Salah satu, upayanya adalah mencetak, memproses, dan menjadikan pemuda perdesaan menjadi petani milenial melalui Balai Pelatihan Pertanian (BPP), sekaligus perlu dihadirkannya dukungan dan sinergitas berbagai elemen.

Gumoyo Mumpuni Ningsih
Pengajar Universitas Muhammadiyah Malang

Rate this article!
Tags: