Sampah Perkotaan Situbondo Menumpuk, Sehari Tembus 30-40 Ton

Salah satu tempat penampungan sampah di kawasan perkotaan Situbondo masih menumpuk Jumat (28/1). [sawawi/bhirawa]

Situbondo, Bhirawa
Hingga kini sebagian masyarakat Kota Situbondo belum paham sistem pemanfaatan sampah yang ideal dan menghasilkan. Sehingga, masyarakat cenderung membuang sampah secara sembarangan. Dalam catatan yang ada, sampah di wilayah perkotaan, mencapai 40 ton dalam sehari. Dengan perincian jika musim kemarau, jumlah sampah tembus 30 ton dan ketika musim penghujan bisa tembus 40 ton.

H Usman, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Situbondo, melalui Kasi Peningkatan Kapasitas Persampahan Nur Islamiah mengatakan, angka sampah yang ada di wilayah kota dan kecamatan seperti di Kecamatan Besuki dan Kecamatan Asembagus tercatat cukup banyak. Sehingga, pembersihan harus dilakukan setiap hari.

”Jika sampai ada keterlambatan dari petugas selama satu hari saja, maka sampah pasti berserakan. Itu sangat merusak kenyamanan lingkungan. Sehingga tidak jarang mendapatkan komplain dari masyarakat,” ujar Nur Islamiah.

Nur Islamiah menjelaskan, khusus untuk sampah di wilayah kota Situbondo dalam satu hari kurang lebih mencapai 30 ton. Tetapi saat memasuki musim penghujan, jumlah sampah bisa sampai 40 ton. Sementara itu, proses pembersihan sampah secara tepat waktu merupakan tugas penting bagi pemerintah.

”Sekaligus memberikan edukasi secara menyeluruh kepada masyarakat. Agar bisa mengurangi sampah yang terbuang setiap hari. Selain itu, kami juga menghimbau kepada warga masyarakat agar tak sembarangan membuang sampah,” pinta Nur Islamiah.

Bagi sejumlah orang, mereka bisa mengusahakan memiliki bank sampah di rumahnya. Fungsinya sekaligus untuk mengumpulkan penghasilan dari sampah. Sebab, ketika masyarakat sadar dengan pemanfaatan sampah, maka jumlah sampah akan berkurang serta mendapatkan penghasilan tambahan. ”Saya sendiri, juga mempunyai bank sampah di rumah. Di kantor pun kami mengumpulkan sampah setiap hari,” jelas Nur Islamiah.

Nur Islamiah memaparkan, adanya bank sampah dirinya bisa menghasilkan uang tambahan Rp500 ribu per bulan. Itu penghasilan tambahan dari mengumpulkan sampah dengan cara santai karena tidak repot untuk mencari.

”Saya hanya mengambil sampah bekas gelas atau botol air yang ditemui. Baik itu di kantor maupun di rumah. Ini akan menjadi simpanan yang tidak perlu modal. Untuk sampah tanpa dipilah minimal laku Rp1.500 per kg. Namun jika sampah dipilah dan dibersihkan dulu, gelas air bekas bisa laku Rp8 ribu per kg,” jelas Nur Islamiah. [awi.fen]

Tags: