Santriwati 14 Tahun Jadi Camaba Termuda Unair

MA Amanatul Ummah di Surabaya mampu meloloskan siswi terbaiknya sebagai calon mahasiswa baru Unair termuda dalam SNMPTN 2016.

MA Amanatul Ummah di Surabaya mampu meloloskan siswi terbaiknya sebagai calon mahasiswa baru Unair termuda dalam SNMPTN 2016.

Universitas Airlangga, Bhirawa
Pengumuman Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) 2016 pada 10 Mei lalu menyisakan sejumlah cerita unik. Salah satunya dari Universitas Airlangga (Unair) yang telah meloloskan dua calon mahasiswa baru (Camaba) termuda di usia 14 tahun dan 15 tahun.
Keduanya diterima melalui jalur prestasi dengan berbagai pertimbangan khusus. Rektor Universitas Airlangga Prof M Nasih menyebutkan, dua camaba itu adalah  Syarifah Salsabila kelahiran 30 Juli 2001 lulusan MA Amanatul Ummah Surabaya yang diterima di Program Studi Biologi. Satu lagi diterima dari SMAN 3 Semarang yakni Rania Tasya Ifadha kelahiran 17 Februari 2001 diterima di Fakultas Kedokteran (FK).
“Yang luar biasa ini adalah Rania dari SMAN 3 Semarang. Sebelumnya,sekolah tersebut dikabarkan tidak ada yang lolos SNMPTN, sampai Gubernur Jateng minta SNMPTN-nya diulang,” tutur Nasih saat ditemui di Kampus C Unair, Senin (16/5).
Nasih menuturkan, pertimbangan khusus bagi dua camaba termuda itu diperoleh dari indeksi sekolah dan indeks siswa dalam sekolah.  Indeks siswa dalam sekolah diperkuat dengan keberadaan dua camaba yang tercatat sebagai siswa program akselerasi. “Kalau berbicara rangking siswa dalam sekolah, kelas akselerasi pasti lebih tinggi dibanding kelas reguler,” tutur dia.
Di samping itu, lanjut dia, siswa program akselerasi pasti punya IQ di atas rata-rata.
Sementara terkait ukuran indeks sekolah, dijelaskan Nasih meliputi beberapa hal. Di antaranya diukur berdasar nilai tes SBMPTN (Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri) tiga tahun terakhir. Ditambah indeks integritas sekolah dilihat dari hasil Ujian Nasional (UN), rata-rata UN sekolah dan kinerja serta prestasi lulusan sekolah tersebut selama kuliah. “Kalau rapor masuk dalam indeks siswa dalam sekolah. Jadi percuma saja kalau ada sekolah yang ngatrol-ngatrol nilai itu,” tegasnya.
Selain mahasiswa termuda, Nasih juga melihat hal unik lain dalam SNMPTN 2016 ini. Yaitu jumlah camaba yang diterima didominasi oleh perempuan. Jumlahnya pun cukup besar, yakni 78,65 persen dari total pagu yang disediakan untuk SNMPTN sebanyak 2.098. “Kalau dilihat dari sisi gender, ternyata siswa yang berprestasi di sekolah sekarang didominasi perempuan,” tandasnya.
Sementara itu, Menik Sugiarti ibu dari Syarifah Salsabila mengungkapkan kegembiraannya setelah mendengar anaknya diterima melalui jalur prestasi. Usia yang masih muda itu dibenarkannya lantaran telah mengikuti program akselerasi sejak SMP. Hal itu yang membuat Syarifah lulus sekolah lebih cepat. “Syarifah itu masuk SMP usianya baru 11 tahun, terus lulus SMA usianya masih 14 tahun,” tutur Menik.
Sampai saat ini, lanjut Menik, Syarifah masih mengikuti kegiatan di pesantren sebagai santriwati. “Sejak SMP Syarifah memang sudah nyantri. Kita sih terus kasih motivasi saja supaya dia bisa jadi yang terbaik,” kata Menik.
Kegembiraan juga tampak dari Hasanudin, ayah Rania Tasya Ifadha. Dia mengapresiasi pihak universitas yang telah memilih anaknya sebagai salah satu camaba termuda. Hasanudin pun memastikan anaknya tidak akan menyiakan kesempatan yang sudah diberikan pihak PTN. “Masuk kedokteran itu sudah cita-cita anak saya sejak kecil. Jadi meski biayanya tinggi, kita tetap dukung,” tutur dia.
Sebagai siswa kelas akselerasi, Hasanudin mengakui keunggulan yang dimiliki anaknya. Sejak kecil, Rania memiliki daya ingat yang kuat,  bahkan IQ-nya mencapai 130. “Masuk program akselerasi itu banyak sekali tesnya. Mulai tes psikologi sampai tes IQ juga. Bersyukur sejak SMP, Rania bisa lolos di program akselerasi,” pungkasnya. [tam]

Tags: