SDM 15 Surabaya Manfaatkan Permainan Tradisional dalam Pembelajaran

Ratusan siswa SD Muhammadiyah 15 Surabaya bermain berbagai permainan tradisional, Selasa (17/10) kemarin. [Gegeh Bagus Setiadi]

Surabaya, Bhirawa
Permainan tradisional yang syarat dengan nilai pendidikan, kreativitas, kerja sama, strategi, toleransi, dan olah tubuh mulai ditinggalkan. Sementara pada sisi lain, kemajuan teknologi telah menghadirkan beragam permainan yang bisa dimainkan lewat gadget. Lewat permainan yang difasilitai gadget, anak menjadi sibuk sendiri dan melupakan interaksi dengan lingkungannya.  Bila dibiarkan, hal tersebut akan berdampak buruk bagi perkembangan anak.
Sebelum hal buruk terjadi, Sekolah SD Muhammadiyah 15 Surabaya mengenalkan permainan tradisional dalam proses pembelajaran di sekolahnya.  Dengan didampingi 75 guru, sebanyak 750 siswa-siswi  mempraktikkan teori permainan seperti bakiak, congklak, kelereng, lompat tali dan juga permainan tradisional lainnya di lapangan sekolahnya yang terletak di Jalan Raya Mastrip No 174, Surabaya, Selasa (17/10) kemarin.
Ketua Panitia Zaenol Ghazali mengatakan tujuan diadakan sistem pembelajaran ini agar para murid bisa memelihara, melestarikan dan membiasakan permainan tradisional asal Indonesia dalam kehidupan sehari-hari.
“Di Indonesia terdapat beragam budaya, bahasa, dan agama. Tidak hanya itu, Indonesia juga adalah Negara dengan alam yang menakjubkan beserta rempah-rempah maupun fauna dan flora. Anak-anak harus bangga punya banyak permainan tradisional, yang belum tentu Negara lain memiliki,” tutur Zaenol Ghazali.
Ia mengungkapkan, gelaran untuk memperingati hari inspiratif dengan ACI (Aku Cinta Indonesia) sehingga anak-anak memakai baju inspiratif sesuai cita-citanya. Selain mengenakan baju-baku profesi, para siswa juga diajak dalam permainan tradisional.
“Diharapakan jika para siswa sudah besar nanti bisa menjadi kenangan indah dan dapat mengajarkannya kepada keturunannya kelak. Sehingga permainan tradisional ini tidak akan hilang begitu saja,” urainya.
Salah satu peserta lomba bakiak, Kireina Nafisa Anam,  mengaku bahwa dirinya mengenal permainan tradisional bakiak ini ketika masih keIas 3. Namun siswi kelas lima itu juga tidak berani memainkan karena takut terjatuh.
“Ketika naik kelas 4 saya sudah berani mencoba. Nah, Alhamdulillah saat ini ada lomba bakiak, saya ditunjuk temen-temen untuk mewakili kelas 5 dan punya semangat juara,” tutur Kireina sambil menata bakiaknya yang siap bertanding.
Dalam kompetisi itu dirinya  bersama kedua teman kompak dalam permainan bakiak tandem. “Satu tim bersama Intan Romadhoni Izza Ariyanti dan Syifana Aulicia Aris, sempat terjatuh tapi tetap semangat dan akhirnya kelompok kami yang menang,” tandas Nafisa sapaan akrabnya. [geh]

Tags: