Selisih Rp3.000, Operasi Pasar Gula Sepi Peminat

2- Operasi Pasar(Sidak Komisi B ke Pasar Wonokromo)
DPRD Jatim, Bhirawa
Operasi pasar (OP) komoditas gula yang dilaksanakan sejak 27 Mei lalu, belum membuahkan hasil positif penurunan harga bahan pemanis ini.  Dalam Sidak Komisi B ke OP gula di Pasar Wonokromo kemarin menunjukkan masyarakat kurang berminat terutama disebabkan harga yang tidak terlampau jauh.
Dari pantauan Komisi B di Pasar Wonokromo, Rabu (1/7). Terlihat antrean pembeli di truk operasi pasar tersebut memang hanya sedikit. Sementara pembeli dalam pasar tetap banyak meski harga bahan pokok tetap tinggi.
Salah satu yang jadi indikator adalah harga gula. Di beberapa toko yang disidak harga gula masih berada di kisaran Rp15.000. “Percuma operasi pasar ini. Harga tetap tinggi karena memang kurang efektif,” kata Pramono, pemilik Toko Saerah.
Ia menilai, yang penting itu peningkatan kualitas dan produksi. Semua barang harganya naik. “Barang ini sebenarnya ada, tapi masih tertahan di pelabuhan,” kata Pramono.
Dengan selisih harga sekira Rp3000, faktanya masyarakat masih banyak yang memilih belanja di dalam pasar dari pada.  harus antre di truk operasi pasar.
Wakil Ketua Komisi B HM Ka’bil mengakui operasi pasar ini kurang efektif. “Peminat operasi pasar ini memang kurang. Di dalam pasar masih banyak. Selisih Rp3000, tapi warga lebih memilih belanja ke pasar,” kata Ka’bil..
Ditegaskan, dengan fakta ini, berarti operasi pasar belum mampu menstabilkan harga. Operasi pasar ini di tiap kota hanya satu titik, hanya Surabaya yang empat titik, itu memang kurang berdampak. Seharunya operasi pasar harus diadakan di setiap pasar kecamatan.
“Perilaku pasar saat ini sudah berbeda. Di pasar banyak pilihan, selisih harga ternyata tidak masalah. Daya beli masyarakat masih kuat,” tegasnya.
Fakta di pasar ini sekaligus membuat janji Gubernur Jatim Soekarwo, yang mengatakan harga gula akan turun lima hari sejak operasi pasar diluncurkan, tidak terbukti. Pada 27 Juni lalu Pemprov bersama instansi mulai menggelar operasi pasar.
Soekarwo yakin dalam lima hari harga gula yang kini melonjak bisa kembali normal.  “Nanti di hari kelima,  harga akan kembali normal. Nanti kalau tidak turun, pasti tidak laku dan merugi,” kata pria yang akrab dipanggil Pakde Karwo itu kepada masyarakat yang mengantre di operasi pasar di Wonokromo.
Anggota Komisi B Chusainudin menilai janji tersebut memang sulit terealisasi dalam waktu lima hari. “Ini memang sangat sulit tercapai dalam hitungan hari. Seharusnya antisipasi itu dilakukan jauh-jauh hari karena ini terjadi setiap tahun,” kritik Chusainudin.
Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Gula Indonesia (APGI) Pieko Njoto Setiadi mengakui salah satu penyebab tingginya harga gula ini karena panen terlambat. Sehingga hanya beberapa pabrik yang produksi.
“Saat ini permintaan gula petani sudah di atas Rp13 ribu. Sistem lelang itu seharusnya tidak dilakukan karena prosesnya lama. Tapi seharusnya menggunakan penunjukkan langsung dengan  harga di bawah Rp13 ribu. Begitu ada gula langsung didistribusikan ke pasar,” papar dia. [cty]

Tags: