Siswa SMAMITA Ciptakan Kontrol Infus dengan Infrared

Akbar Krisna Wandana dan Amanda Reza Andriani sedang mempraktikkan karya temuannya.

Sidoarjo, Bhirawa
Akibat sering mengetahui para petugas medis terlambat mengganti botol infus yang akan habis cairannya, siswa SMA Muhammadiyah 1 Taman (SMAMITA) mempunyai ide menciptakan alat kontrol infus dengan menggunakan infrared. Kinerjanya, bila botol infus isinya tinggal sedikit, sinyal infrared langsung mengirimkan sinyal suara.
Berkat penemuan yang dikerjakan oleh Arsyita Intan Amalia, Akbar Krisna Wandana dan Amanda Reza Andriani yang ketiganya siswa kelas X IPA 1 ini telah berhasil meraih juara ketiga dalam Kompetisi Karya Ilmiah yang dilaksanakan Departemen Teknik Instrumentasi Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya.
Amanda Reza Amalia menjelaskan tentang kerja alatnya yang berupa kontrol atau monitoring infus ini. Alat monitoring berbasis mikrokontroler Atmega8 ini cara kerjanya LCD monitor dan LCD Display akan memberikan respon visual ketika cairan infus mencapai batas limit 50 ml-100 ml.
“Kemudian langsung merespon audio berupa ISD 1820 yang disambungkan pada speaker,” jelasnya.
Jadi setiap tetes cairnya infus terus terdeteksi oleh infrared yang sudah dipasang. Carian infus yang isinya 500 mili liter itu saat digunakan akan meneteskan sebanyak 7.500 tetes. Jika tetesan tersebut sudah mencapai pada 5.970 tetes infrared langsung bekerja, mengirimkan sinyal ke LCD monito atau display langsung menuju audio ISD 1820 yang disambungkan ke speaker tersebut. “Makanya alat ini diberinama Monitoring Infus Berbasis Mikrokontoler Atmega 8 dan Sensor infrared,” jelas Amanda (28/3).
Melihat hasil karya siswanya, Bachtiar Adi Saputro sebagai guru pendamping mengatakan kalau pihak akan terus membantu dan mendukung apa yang telah dilakukan oleh para siswanya. Kedepan, kita akan terus memperbaikan kelemahan dan kekurangannya, jika nantinya sudah sempurna akan kita ikutkan lomba-lomba tingkat nasional. “Selain itu, kami juga akan mengusulkan anak-anak yang berprestasi ini semoga bisa mendapatkan beasiswa dari sekolah,” jelas Bachtiar Adi Saputro. Sedangkan mengenai hak paten produk siswa ini akan kami bicarakan lebih lanjut, kami integrasikan dengan pihak-pihak terkait. Termasuk dengan pihak rumah sakit, agar hasil temuan ini bisa benar-benar teruji dengan baik. “Bila nantinya dipatenkan, tidak akan mengecawakan penggunanya,” pungkasnya. [ach]

Tags: