Skenario Perjalanan Manusia

Ir-H-Sigit-Setyawan-MTOleh:
Ir H Sigit Setyawan MT
Kepala Dinas PU Bina Marga Sidoarjo
Perjalanan manusia pada hakikatnya sudah diskenario oleh Allah SWT. Kapan dia lahir, lahir di mana dan lahir dari seorang ibu yang mana sudah ditentukan. Hidupnya bagaimana dan akan menjadi apa juga sudah ditentukan, bahkan kapan dia mati sudah ada ketentuannya. Ibarat seperti seorang pilot yang menyampaikan pesan kepada penumpang sebelum pesawat mulai terbang,
“Assalamualaikum, saya pilot pesawat ini akan menerbangkan Anda menuju Madinah dengan ketinggian jelajah 35 ribu kaki dalam waktu sepuluh jam lebih dua puluh menit. Diperkirakan akan sampai di bandara Madinah pada pukul 04.00 waktu Madinah. Demi kenyamanan Anda gunakan sabuk pengaman selama Anda duduk. Selama perjalanan tidak diperkenankan merokok, tidak diperkenankan menggunakan telepon genggam dan alat elektronik lainnya saat pesawat lepas landas dan saat mendarat. Semoga perjalanan Anda nyaman. Terima kasih telah terbang bersama kami. Wassalamualaikum”.
Hidup manusia sudah ditentukan waktunya. Kapan berangkat dan kapan sampai di tujuan akhir. Tinggal manusia yang menentukan berapa banyak bekal/bagasi yang dibawa dan apa yang dilakukan selama perjalanan. Bila membawa bagasi terlalu banyak, bisa jadi akan repot mengurusi bagasi dan lupa dengan tujuan perjalanan. Yang perlu dipikirkan adalah apa yang perlu disiapkan yang akan bermanfaat sesampai di tujuan. Bukankan waktu perjalanan lamanya hanya sebagian kecil bila dibandingkan lamanya waktu di tempat tujuan.
Dalam Surat Al Jumu’ah ayat 10 disebutkan, “Setelah didirikan salat (Jumat) maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah sebagian dari karunia Allah. Dan berbanyaklah berzikir kepada Allah agar kamu beruntung”. Dalam surat yang lain, dijelaskan, “Dan kepada penduduk Madyan, (Kami telah mengutus) saudara mereka Syuaib, dia berkata, ‘Wahai kaumku! Sembahlah Allah, harapkanlah (pahala) hari akhir, dan jangan kamu berkeliaran di bumi berbuat kerusakan.” (QS Al Ankabut/29:36).
Ada beberapa kata kunci dari dua ayat tersebut, Dirikan salat, bertebaranlah di muka bumi, carilah karunia Allah, jangan berbuat kerusakan, berbanyaklah berdzikir kepada Allah, dan harapkanlah pahala hari akhir. Bulan Ramadan sudah datang, bulan yang ditunggu-tunggu para mukminin.
Sudah selayaknya para mukminin bergembira menyambut bulan yang penuh berkah tersebut. Jika dikaitkan berkah bulan Ramadan dengan beberapa kata kunci dua ayat tadi sangat relevan. Betapa tidak, pahala yang dijanjikan dalam bulan Ramadan dengan berbagai rangkaian kegiatannya sangat relevan dengan seruan yang dimaknakan dua ayat tersebut.
Dirikan salat, jika di luar bulan Ramadan hanya mendirikan salat wajib saja maka saat Ramadan para mukminin mendirikan salat selain salat wajib juga mendirikan salat tarawih dan salat sunah lainnya. Pada bulan Ramadan untuk melakukan kewajiban dunia (bertebaran di muka bumi) tidak ada alasan mengurangi kualitas dan kuantitas aktivitasnya, bukankah seorang mukmin yang berpuasa tidurnya berpahala ibarat sedang beribadah, apalagi jika melakukan aktivitas sebagai kewajiban dunianya.
Ramadan merupakan saat yang tepat untuk mencari karunia Allah dan tidak berbuat kerusakan karena sepanjang bulan Ramadan waktunya bernilai ibadah. Betapa tidak, saat siang hariĀ  berpuasa berarti semua aktivitas bernilai ibadah, saat malam hari sebagian waktunya untuk mendirikan salat tarawih dan sebagian malam lainnya merupakan waktu yang sangat mustajabah untuk memanjatkan permohonan kepada Allah.
Seruan lainnya di bulan Ramadan adalah perbanyaklah berzikir kepada Allah. Apabila dicermati, pada dasarnya inti dari salat adalah doa, sedangkan inti dari doa adalah zikir, maka sangat relevan bila di bulan Ramadan disampaikan seruan ini.
Hakikat kehidupan manusia sebenarnya adalah apa yang akan dijalani di tempat tujuan saat kehidupan dunia sudah berakhir, maka dari itu akhir kehidupan dunia disebut akhirat. Tugas manusia di dunia ini hanyalah sebagai khalifah yang hanya sesaat waktunya bila dibandingkan lamanya waktu kehidupan di akhirat. Harta yang akan bermanfaat di akhirat hakikatnya adalah harta yang dibelanjakan di jalan Allah, bukanlah ‘bagasi’ yang dibawa selama hidup di dunia yang kadangkala malah merepotkan. Tugas sebagai khalifah ini akan dimintai pertanggungjawaban saat sudah berada di akhirat. Karena itu bulan Ramadan ini saatnya berlomba-lomba dalam beribadah sebagai bekal hidup di akhirat, beribadah dalam semua aspek kehidupan.*

Rate this article!
Tags: