SMAN 1 Panji Gagas Inovasi Bajar dan Pokjar Ditengah Pandemi Covid-19

Oni Pambagyo Triantoro SPd MP, Kepala SMAN 1 Panji Kabupaten Situbondo bersama guru menunjukkan simbol program inovasi bajar dan pokjar. [sawawi]

Menyenangkan Siswa, Dapat Mengatasi Persoalan Ketersediaan Paket Data Internet
Kabupaten Situbondo, Bhirawa
Ditengah pandemi Covid-19 yang tak kunjung selesai, membuat dunia pendidikan ikut kelimpungan untuk mengatasi munculnya sederet permasalahan. Satu masalah misalnya banyak siswa dan para orang tua mengeluh ketersediaan paket data akibat dari pemberlakukan pembelajaran daring (dalam jaringan).
Salah satu sekolah yang ada di Kabupaten Situbondo, SMAN 1 Panji sangat merasakan dampak kebijakan pembelajaran daring ini. Orang tua dituntut menyediakan kelengkapan sarana prasarana putranya juga diminta menyiapkan paket data internet.
Kepala SMAN 1 Panji Kabupaten Situbondo, Oni Pambagyo Triantoro mengatakan, sudah punya gagasan inovatif untuk mengatasi beban orang tua di masa pandemi Covid-19. Ia bersama guru menggagas penggunaan inovasi terbaru bernama Bajar (balai belajar) dan Pokjar (kelompok belajar).
Bajar ini, kata Oni Pambagyo Triantoro, merupakan sebuah bentuk kerjasama penyelenggaraan pendidikan dengan pemerintahan desa. “Sedangkan Pokjar merupakan solusi mengatasi keruwetan mata pelajaran matematika yang dialami siswa. Dengan program pokjar ini, sejumlah siswa bisa mengikuti pembelajaran berkelompok secara bergantian namun sesuai dengan protokol kesehatan,” ujar Oni.
Mantan Kepala SMAN 1 Besuki itu menegaskan, saat ini SMAN 1 Panji masih menerapkan sistem pembelajaran daring karena Situbondo masih masuk katagori zona oranye.
Kondisi tersebut belum memungkinkan bagi SMAN 1 Panji untuk melaksanakan sistem pembelajaran tatap muka. “Kami lalu membuat sistem pembelajaran yang simpel, bagus dan menyenangkan bagi siswa dan mudah dilakukan oleh guru. Namanya Quipper School (satu standup yang dibangun untuk pendidikan dirumah). Isi konten ini adalah pembelajaran yang memuat kurikulum 13 baik IPA IPS dan bahkan bahasa,” urainya.
Saat ini, sambung Oni, konten itu sudah tersedia dalam bentuk modul teks dan video serta untuk guru sudah bisa menyiapkan kontennya sendiri sehingga bisa diakses disetiap pembelajaran dan bisa diakhiri dengan tugas berupa soal soal yang sudah disiapkan sekitar 10 soal. Diharapkan Oni, para siswa bisa mengetahui ketercapaian kompetensinya.
Dari hasil mencoba soal baik modul teks dan video, ada siswa yang mendapatkan nilai 100 dan ada siswa yang mencoba sampai bisa. “Jadi aplikasi ini menggerakakan tangan untuk semangat belajar. Namun memang disadari karena pembelajaran jarak jauh sifatnya daring maka harus membutuhakn ketersediaan paket data. Ini memang menjadi keluhan nasional dan juga keluhan orang tua. Untuk itu diperlukan ada inovasi bernama bajar,” kupas Oni.
Bajar ini, sambung Oni, merupakan sebuah inovasi menjalin kemitraan dengan kepala desa, dimana ada siswa SMAN 1 Panji yang menjadi warga di desa tersebut. Dengan bajar ini, terang Oni, siswa dapat memanfaatkan fasiltas yang ada di balai desa, baik itu balai desa sebagai tempat belajar maupun sebagai jaringan internet.
“Bajar ini sebagai solusi untuk mengatasi persoalan paket data yang dikeluhkan para orang tua. Ketika pembelajaran daring, siswa yang berada di balai desa tetap memakai seragam sekolah. Mereka bisa menggunakan koneksi jaringan internet di balai desa,” tandas Oni.
Program bajar ini ditanggapi positif pihak desa, setelah pihaknya mengirimkan surat kemitraan baru baru ini. Bahkan, gagasan itu diterima oleh Desa Cermee Bondowoso, Desa Tenggir, Desa Gebangan dan Desa Kesambirampak.
“Ini sebuah kemitraan dan saling menguntungkan karena fasilitas yang ada di balai desa bisa digunakan dengan baik oleh warganya sendiri. Ini sebuah sinergi dengan membantu paket pembelajaran dari sekolah karena saat ini masih berada dalam pandemi Covid 19,” jelas Oni.
Mantan guru SMAN 1 Situbondo itu menambahkan, dengan adanya program Bajar ini alokasi dana desa yang ada bisa dimanfaatkan secara optimal oleh warga yang noatene masih pelajar.
Mereka, juga bisa menggunakan balai desa dan menggunakan jaringan internet yang ada di setipa Desa. Program Bajar ini, terang Oni, disambut sukacita oleh Desa dengan meminta jadwal siswa belajar di balai desa.
“Inovasi yang kami lakukan ini dalam rangka untuk membuka bootle neck. Sebab jika kami tidak bergerak percuma ada PJJ. Ini karena siswa tidak memiliki akses internet sehingga harus dicarikan solusinya agar mampu mengakses internet,” ujar Oni.
Program kedua, tutur Oni, SMAN 1 Panji menggagas Pokjar yang diprioritaskan bagi mata pelajaran matematika karena tidak bisa dijelaskan melalui sistem daring.
Pokjar ini ditentukan sendiri oleh kelompok kelas dan kemudian ditentukan titik titik rumah yang akan dijadikan tempat belajar secara berkelompok.
“Jika nanti ada siswa yang menemui kesulitan mereka menyampaikan kepada guru yang bersangkutan sehingga bisa dikunjungi sesuai dengan jadwal yang ada. Program ini sudah berjalan sejak pekan kemarin dan mendapat respon yang luar biasa dari orang tua karena guru bisa hadir ditengah siswa dalam kelompok kecil,” katanya.
“Para siswa juga mendapatkan penjelasan ketika ada mapel matematika menemui kesulitan. Ini merupakan salah satu upaya SMAN 1 Panji mencari solusi dari permasalahan belajar daring yang diamanatkan oleh pemerintah,” tambahnya.
Agar dalam Pokjar tidak dihantui penularan Covid-19, ia sudah menginstruksikan pelaksanaan pokjar sesuai dengan protokol kesehatan. Diantaranya siswa tetap menjaga jarak, memakai masker dan mencuci tangan.
Dalam teknis Pojkar, sambung Oni, setiap guru tidak harus hadir di setiap lokasi karena sudah disediakan video. Para siswa, ujarnya, cukup mengajukan kepada wali kelas dengan dilanjutkan kepada guru dan mengadakan perjanjian sesuai dengan jadwal yang sudah diatur.
“Ini murni ide dari guru di SMAN 1 Panji karena ketersediaan paket data sudah menjadi keluhan nasional dan provinsi. Ini merupakan solusi kami ketika ada kendala, hambatan dan tantangan, maka kami harus mencari jalan keluar yakni dengan bersinergi. Ini juga menjadi solusi bagi desa karena dengan program Bajar desa akan menjadi hidup dan produktif,” ungkap Oni.
Ketua Komite SMAN 1 Panji, Sutibyo, mengaku sangat mendukung dengan gagasan dan inovasi Bajar dan Pojkar yang diinisiasi guru serta kasek SMAN 1 Panji. Menurut Yoyok-panggilan akrab Sutibyo, dua inovasi dalam sistem pembelajaran daring itu bisa diketuk tularkan kepada sekolah lain karena selain murah, mudah juga efektif dalam meraih sebuah kesuksesan pembelajaran jarak jauh.
“Ini sangat bagus sekali. Patut untuk diikuti karena modelnya sangat simpel,” pungkas pria yang juga Kepala SD Islam Terpadu Nurul Anshar Panji Kabupaten Situbondo itu. [sawawi]

Tags: