SMK Mini Dimulai dari 15 Daerah

Sebanyak 40 ponpes di 15 daerah Jatim akan memulai lebih dulu membuka SMK Mini dengan kompetensi masing-masing.

Sebanyak 40 ponpes di 15 daerah Jatim akan memulai lebih dulu membuka SMK Mini dengan kompetensi masing-masing.

Dindik Jatim, Bhirawa
Program Gubernur Jatim untuk pemberdayaan masyarakat pesantren dalam bentuk pendidikan kejuruan akan segera terwujud. Sebagai langkah awal, sebanyak 40 ponpes di 15 daerah Jatim akan memulai lebih dulu membuka SMK Mini dengan kompetensi masing-masing.
Ke-15 daerah tersebut antara lain Kota Probolinggo, Bondowoso, Banyuwangi, Situbondo, Jember Pasuruan, Jombang, Blitar. Selain itu Madiun, Ponorogo, Tuban, dan kabupaten di Madura juga akan menjadi sasaran. “Ini masih langkah awal saja. Jika tahun ini berdiri 80 SMK Mini, pada 2015 mendatang akan dibuka 120 SMK Mini, pada 2016 dibuka kembali 120, dan pada 2017 sebanyak 80 SMK Mini,” tutur Kepala Dinas Pendidikan (Dindik) Jatim Dr Harun MSi, Kamis (10/7).
Dengan dimulainya 80 SMK Mini tahun ini, ditargetkan pada akhir 2014 ada 16 ribu santri dan masyarakat sekitar ponpes yang terserap lapangan kerja maupun berwirausaha. Asalkan, bantuan yang diberikan provinsi ini dijalankan secara optimal. Asumsi penyerapan tenaga kerja tersebut karena setiap SMK Mini akan menampung 200 peserta didik. “Anggaran Rp 250 juta disiapkan untuk satu SMK Mini. Daya tampungnya sekitar 200 orang. Artinya, total akan ada 16.000 orang yang dapat memanfaatkan 80 SMK Mini,” kata Harun.
Harun menjelaskan, santri atau masyarakat sekitar ponpes yang masuk SMK Mini mendapat pelatihan selama enam bulan dari para guru yang sudah terlatih. Guru ini bisa berasal dari perguruan tinggi di daerah asal ponpes, dunia usaha dan insdustri, hingga SMK rujukan di dekat ponpes. “Guru ini berjumlah 200 orang. Mereka sudah dimagangkan ke dunia usaha dan industri dengan tujuan transformasi skill, pengetahuan serta peningkatan kompetensi selama 21 hari,” ujarnya.
Kabid Pendidikan Menengah Kejuruan (Dikmenjur) dan Perguruan Tinggi (Perti) Hudiyono menambahkan, saat ini verifikasi kompetensi dan sasaran ponpes telah dilakukan. Sehingga, kegiatan dalam SMK Mini ini diperkirakan sudah dapat berjalan pada Agustus mendatang.
Untuk mendapatkan hasil optimal, Dindik akan melakukan pendampingan dan guru dimagangkan ke dunia usaha dan industri terlebih dahulu. Dia mencontohkan, jika SMK Mini memiliki kompetensi mengolah hasil ikan, guru tersebut dimagangkan ke pabrik pengolah hasil ikan. “Usai dimagangkan, guru ini diharapkan dapat mengajarkan ilmu yang didapat kepada santri atau masyarakat sekitar ponpes yang ikut SMK Mini,” katanya.
Dalam pembelajaran di SMK Mini, Hudiyono menegaskan dominasi praktik akan lebih besar dibandingkan teori. Ini dapat dilihat dari persentase anggaran yang digunakan untuk kebutuhan produksi dalam SMK Mini sebesar 70 persen. Selebihnya, 10 persen untuk manajemen, 10 persen untuk benchmarking dan 10 persen lagi untuk tindak lanjut.
“Masing-masing kompetensi yang akan dilatih dalam SMK Mini ini akan disertifikasi langsung oleh Badan Standar Sertifikasi Nasional,” pungkas Hudiyono. [tam]

Rate this article!
Tags: