Status Bromo Naik, Warga Tetap Bercocok Tanam

Rawan longsor BPBD pasang rambu jalur evakuasi di kawasan Bromo

Pasuruan, Bhirawa
Gunung Bromo dinaikkan statusnya menjadi waspada level II, lantaran saat ini Bromo mengeluarkan abu. Terkait dengan status tersebut, ternyata tidak berpengaruh bagi warga Brang Kulon di lereng Gunung Bromo wilayah Pasuruan. Saat ini warga Tengger tetap melakukan aktifitas seperti biasanya, yakni bercocok tanam hingga lainnya.
“Tidak ada abu disini, kami tetap bercocok tanam. Aktivitas setiap hari tetap kami lakukan,” kata Hadi, warga Wonokitri, Kecamatan Tosari, Kabupaten Pasuruan, Rabu (20/2).
Menurutnya, jika ada semburan Gunung Bromo tentu akan menjadi rejeki tersendiri bagi warga di kawasan Tosari.
“Seperti tahun 2010 lalu, semburan bromo jadi rejeki karena tanah disini semakin gembur. Jika demikian, hasil bercocok tanam kami hasilnya melimpah. Segala hama hingga lainnya akan hilang dengan sendirinya,” urai Hadi.
Sejumlah aktivitas Jeep Bromo tetap melakukan aktifitasnya. Mereka tetap melayani para wisatawan ke puncak penanjakan hingga lautan pasir Gunung Bromo.
Tokoh masyarakat Suku Tengger di Tosari, Trisno Sudigdo menyampaikan perubahan status Gunung Bromo merupakan hal biasa. Ia juga menyatakan bahwa perubahan itu keberkahan tersendiri bagi warga Tengger khususnya.
“Bagi warga Tengger, perubahan status Gunung Bromo sudah biasa. Karena, Gunung Bromo memang termasuk dari salah satu gunung di Indonesia yang telah aktif,” tegas Trisno Sudigdo.
Sekadar diketahui, aktivitas Gunung Bromo terdapat peningkatan. Bahkan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mengeluarkan kode Volcano Observatory Notice for Aviation (VONA) dengan warna oranye.
Kode VONA oranye artinya ketinggian abu di bawah 5.000 meter di atas permukaan laut. Asap tebal membubung setinggi 700 meter dari puncak kawah Bromo, sejak Senin (18/2/2019). Kolom asap itu, juga membawa material abu vulkanik. Sehingga mengakibatkan hujan abu tipis di sekitar Gunung Bromo.
Pengamat PVMBG di Pos Pengamatan Gunungapi (PPGA) Bromo, Wahyu Andrian Kusuma mengatakan, aktivitas kegempaan gunung dengan ketinggian 2.329 mdpl itu, terekam terjadi terus menerus. Tremor Menerus (Microtremor) terekam dengan amplitudo 0.5-1 mm, dominan 1 mm.
Kepala BPBD Kabupaten Pasuruan, Bhakti Jati Permana menyampaikan status Gunung Bromo ke waspada level II tidak berdampak pada warga di lereng Bromo, kawasan Tosari, Kabupaten Pasuruan.
“Kami pastikan tidak ada hujan abu, petugas kami sudah mengecek dilapangan. Kemarin juga saya di Tosari dan tidak ada apa-apa. Warga tetap beraktifitas seperti biasanya,” tegas Bhakti Jati Permana
Karenanya, ia menghimbau kepada warga atau para wisatawan supaya tidak mendekati area Gunung Bromo dengan jarak 1 kilometer. Tujuannya, agar tidak terjadi dengan hal-hal yang tidak diinginkan.
“Tidak boleh mendekat, jaraknya 1 kilometer drri area lokasi. Semuanya ini demi keselatan kita semua,” terang Bhakti Jati Permana.
Sementara itu Ada 15 titik rawan longsor di Kabupaten Probolinggo. Kini BPBD setempat telah membagikan terpal dan mengimbau para petani agar menggarap lahan dengan sistem terasering. Selain itu aktivitas gunung Bromo mengalami peningkatan sejak Selasa 19/2 hingga saat ini. Asap kawah bertekanan lemah berwarna putih dan coklat terpantau hingga 700 meter dari atas puncak kawah. Bau belerang ringan tercium dan sempat terjadi hujan abu tipis.
Meski begitu, status gunung Bromo tak dinaikkan. Masih waspada level II. Masyarakat dan pengunjung diimbau tidak masuk dan tetap menjahui radius larangan 1 kilometer. Petugas Pos Pengamatan Gunung Bromo, Wahyu Andrian Kusuma, Rabu 20/2 membenarkan adanya peningkatan aktivitas, meski tidak signifikan. “Aktivitas gunung Bromo tetap waspada Level II,” ujarnya.
hanya saja diungkapkan Wahyu, gunung Bromo mengeluarkan abu bertekanan lemah hingga sedang teramati berwarna putih dan coklat. Dengan intensitas tipis, sedang, hingga tebal dan tinggi sampai 700 m di atas puncak kawah. “Tercium bau belerang ringan dri PPGA (pos pengamatan gunung api) Bromo. Ditambah turun hujan abu tipis di PPGA Bromo,” terangnya.
Dengan kondisi itu dikatakan Wahyu, masyarakat dan pengunjung dihimbau untuk lebih waspada. Termasuk tidak mendekati jarak larangan radius 1 kilometer. “Tremor menerus (Microtremor) terekam dengan amplitudo 0.5-1 mm dan dominan 1 mm,” katanya.
Kepala Seksi Wilayah I TNBTS (taman nasional bromo tengger semeru), Sarmin saat dikonfirmasi mengatakan, tidak ada kenaikan aktivitas siginfikan pada Gunung Bromo. Sesuai laporan dari dari pos vulkanologi, status tetap waspada level II. Meski ada peningkatan aktivitas, tapi tidak mempengaruhi aktivitas masyarakat dan pengunjung di Bromo. “Pengunjung tetap bisa berkunjung seperti biasanya. Hanya saja, kami tetap himbau untuk tidak masuk radius 1 kilometer dari kawah bromo. [hil/wap]

Tags: