Stok 200 Ribu Ton Beras Tersedia di Bulog Provinsi Jawa Timur

Staf Ahli Kemendag RI Bidang Iklim Usaha Suhanto saat melepas Operasi Pasar (OP). [achmad suprayogi/bhirawa]

Sidoarjo, Bhirawa
Ketersediaan beras atau stok beras di Bulog Jatim untuk OP (Operasional Pasar) sampai Maret 2018 mendatang masih cukup. Bulog Jatim masih mampu menyuplai beras medium hingga tujuh bulan ke depan.
”Sekarang masih ada stok 200 ribu ton yang siap disalurkan ke berbagai pasar dan pedagang di Jatim,” kata Kepala Bulog Jatim, M Hasyim.
Itulah penegasan Hasyim saat melepas OP Bulog Jatim di Gudang Bulog Subdivre Surabaya Utara di Buduran, Kab Sidoarjo usai mendampingi Staf Ahli Kementerian Perdagangan RI Bidang Iklim Usaha, Suhanto, Selasa (9/1) kemarin.
Menurutnya, OP ini digelar di 13 Subdivre Bulog Jatim ini, tujuannya untuk mengembalikan harga beras medium ke HET (Harga Eceran Tertinggi), yakni Rp9.450. Tapi beras yang dijual dari OP ini di bawah HET sedikit, yaitu Rp9.350.
Sementara itu, Suhanto meminta seluruh pedagang beras di Jatim untuk menjual beras medium dari Bulog. Jika para pedagang beras itu membandel, bakal ditindak tegas dengan mencabut izin usaha. Permintaan ini menyusul dilakukan Operasi Pasar (OP) Bulog untuk menstabilkan harga beras berkualitas medium lantaran sejak tiga bulan terakhir mengalami kenaikan hingga tembus seharga Rp12 ribu per kilogram di pasaran.
”Jadi, ini sudah program. Kalau ada pedagang beras yang tidak mau menjual beras medium Bulog atau masih menjual beras itu di atas HET, pasti bakal kami tindak tegas. Makanya, OP ini dilakukan serentak secara nasional dan bakal diawasi oleh Satgas Pangan dan pihak Kepolisian,” tegas Suhanton.
Menurut Suhanto, tindakan tegas itu berupa pencabutan izin usaha pedagang itu. Pihaknya telah berkoordinasi dengan Pemprov Jatim untuk mencabut SIUP pedagang beras yang melanggarnya. ”Apalagi program OP ini akan digelar hingga akhir Maret 2018 mendatang,” imbuhnya.
Sedangkan Asisten 2 Bidang Ekonomi dan Pembangunan Pemprov Jatim, Fattah Jasin mengungkapkan, kenaikan beras selama tiga bulan terakhir memicu kenaikan inflasi. Menurutnya, inflasi di Jatim sendiri lebih tinggi angkanya dari inflasi nasional. Yakni inflasi Jatim saat ini 4,04% sementara nasional sendiri hanya 3,8%.
Inflasi ini terjadi karena kenaikan harga beras medium ini agak janggal. Karena Jatim merupakan salah satu lumbung padi nasional. Apalagi, produksi beras di Jatim mencapai 8 juta ton per tahun. Setelah diselidiki, ternyata perubahan pola produksi beras di masyarakat Jatim berubah. Para pengusaha beras di Jatim cenderung lebih banyak memproduksi beras kualitas premium. ”Akibatnya, beras medium mengalami penurunan jumlah produksi dan memicu kenaikan harga di pasar. Dengan adanya OP diharapkan harga stabil dan inflasi menurun,” harapnya. [ach]

Tags: