Subsidi Wisata Domestik

Foto Ilustrasi

Pemerintah sedang mematangkan rencana pemberian subsidi ke-wisata-an dalam negeri, akibat melemahnya kinerja pariwisata. Kunjungin turis manca negara berkurang signifikan, seiring mewabahnya virus novel-corona Wuhan, China. Negara-negara di seluruh dunia membatasi perjalanan kelompok wisata, terutama ke China. Begitu pula negara RRT menutup perjalanan ke-wisata-an ke seluruh dunia. Termasuk moratorium (sementara) kunjungan wisata ke Indonesia.
Seluruh kunjungan kelompok wisata dari China ke Indonesia telah dibatalkan. Banyak agen perjalanan merugi, karena terlanjur membayar panjar (uang muka) berbagai akomodasi. Antara lain, hotel, transportasi lokal, dan lokasi obyek wisata. Selama dua tahun terakhir, turis Tiongkok menjadi penyokong terbesar kedua (setelah Malaysia) devisa turisme di Indonesia, dengan sebanyak 2 juta wisatawan. Tujuan favorit selain Bali, adalah pulau Bintan (kepulauan Riau), dan Sulawesi Utara).
Moratorium perjalanan wisata China diperkirakan setidaknya sampai awal musim panas (bulan April – Mei). Diharapkan, pada musim panas, wabah virus novel-corona akan berakhir. Karena virus corona tidak bisa hidup pada suhu udara di atas 23 derajat Celsius. Pada saat bersamaan, musim hujan di Indonesia memasuki penurunan. Mulai berganti pra-musim kemarau. Matahari akan bersinar terang selama 9 jam (mulai pagi hingga menjelang sore).
Berjemur pada terik matahari, merupakan “ritual” turis seluruh dunia yang berkunjung ke Indonesia. Konon, sinar matahari menjadi energi menambah imunitas (kekebalan tubuh). Sinar alpha, beta, dan gama yang dipancarkan matahari akan menembus tubuh sampai ke tulang. Menjadi terapi alamiah mengusir segala penyakit. Jika menerpa kulit turis China, sinar matahari bagai terapi “memoles” pelitur. Kulit yang semula putih pucat akan berubah memiliki warna kuning langsat.
Tidak mudah menarik kunjungan turis. Tidak cukup dengan obyek wisata yang indah. Melainkan juga diperlukan berbagai kesiapan sarana penunjang. Terutama berebut turis China, yang lebih dekat (dan lebih murah) berkunjung ke Thailand. Selain disebabkan kemiripan akar budaya (dengan banyaknya vihara di Thailand). Ditinggal turis China, obyek wisata di seluruh dunia akan sepi. Termasuk tujuan wisata paling populer di Indonesia.
Potensi kelompok wisata China bisa mencapai 100 juta visa (orang). Bagai magnet negara-negara berebut turis China. Dengan pertumbuhan ekonomi terdepan di dunia, kelompok turis China semakin berkembang. Pada tataran lokal di China, ke-pariwisata-an juga berkembang pesat. Devisa yang diperoleh Indonesia dari turis China mencapai US$ 4 milyar se-tahun (pada tahun 2019). Maka perlu menggali berbagai cara, agar devisa hasil turisme bisa tergantikan.
Potensi kehilangan devisa sektor pariwisata menjadi topik bahasan pada rapat terbatas, dan rapat paripurna kabinet. Bukan sekadar devisa negara yang menyusut, melainkan efek berantai. Termasuk penyusutan penghasilan sektor UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah). Misalnya, produk cinderamata di tiap lokasi wisata (antara lain produk pakaian, dan kerajinan). Serta potensi mampatnya usaha kuliner, dan meredupnya pentas seni rakyat.
Maka wajar pemerintah menggagas pemberian insentif ke-wisataan. Perlu ancang-ancang manakala moratorium ke-wisata-an China berlaku lama. Bisa jadi, akan berupa diskon harga tiket pesawat, dan harga kamar penginapan. Pada tataran domestik, juga perlu menurunkan harga tiket keretaapi. Insentif wisata domestik akan menjadi pengharapan.
Tetapi periode bulan Pebruari hingga Maret, memang biasa menjadi jeda wisata, bersamaan puncak musim hujan. Banyak kawasan wahana wisata di pantai, maupun pegunungan, ditutup. Banjir, longsor dan badai bisa menyergap tiba-tiba. Sehingga seyogianya pemerintah lebih fokus menambah angkutan lebaran, dan menyamankan libur akhir sekolah dengan tarif penginapan murah.
——— 000 ——–

Rate this article!
Subsidi Wisata Domestik,5 / 5 ( 1votes )
Tags: