Sukses Kurban dan Haji

Foto: ilustrasi

Hari ini batas akhir (tasyriq ketiga) penyembelihan hewan kurban di Indonesia. Perkantoran, sekolah dan kampus, masih menyelenggarakan aksi kurban. Bersyukur proses penyembelihan hewan kurban berjalan lebih baik (secara kualitatif) dibanding tahun sebelumnya. Walau secara kuantitas mengalami penurunan jumlah hewan kurban, karena situasi ekonomi. Tetapi Idul Ad-ha tahun ini (1438 Hijriyah) lebih “berkah.”
Penurunan jumlah hewan kurban, juga terjadi di masjid ke-negara-an Istiqlal, hanya terdapat 27 ekor sapid dan 26 ekor kambing. Biasanya, panitia kurban menerima sekitar 40-an sapi, termasuk dari Presiden dan Wakil Presiden, serta berbagai Kementerian. Walau secara kuantitas berkurang, tetapi tahun ini terjadi peningkatan kualitas, ditandai dengan berat badan hewan kurban yang diserahkan oleh presiden dan Wapres.
Sapi kurban milik presiden Jokowi, tercatat memiliki bobot 1,5 ton. Sedangkan milik Wakil Prsiden Jusuf Kalla seberat 1,3 ton. Keduanya, sapi lokal dari Tuban (Jawa Timur). Ini mem-bangga-kan, karena hewan kurban memiliki bobot lima kali (500%) dibanding sapi biasa. Tidak mudah beternak menghasilkan sapi hingga lebih dari 1 ton. Diperlukan pemilihan bibit lokal yang unggul, serta perawatan seksama, terutama pakan dan pemeriksaan kesehatan.
Prestasi peternak kabupaten Tuban, patut diteladani. Di Indonesia, lebih dari  5 juta rumahtangga petani yang sekaligus mengusahakan ternak sapi potong. Rata-rata memiliki dua atau tiga ekor sapi. Total populasi hewan ternak yang diusahakan rakyat sebanyak 13 juta ekor sapi. Andai 1 juta saja peternak bisa menghasilkan satu ekor sapi seberat 1 ton. Maka Indonesia tidak perlu impor daging.
Berdasar data Kementerian Pertanian, kebutuhan daging sapi nasional sebanyak 490 ribu ton. Sedangkan produksi populasi sebanyak 2,5 juta ekor sapi, setara dengan 441 ribu ton. Masih kurang 49 ribu ton daging, atau setara dengan 278 ribu ekor sapi. Dengan sapi asal Tuban (seberat rata-rata 1 ton saja), akan dihasilkan daging sebanyak 588 kilogram daging per-ekor. Dibutuhkan hanya sekitar 834 ribu ekor sapi Tuban untuk mencukupi kebutuhan nasional.
Intensifikasi peternakan patut dilakukan, dengan metode “Tuban.” Dengan potensi populasi nasional sebanyak 2,5 juta ekor, Indonesia bisa menjadi importir sapi. Itulah “berkah” kurban pada Idul Ad-ha tahun (1438 Hijriyah) ini. Berkah lain juga diperoleh, antaralain perbaikan proses potong hewan kurban. Hampir di seluruh tempat pemotongan (masjid dan mushala) telah melakukan penyembelihan dengan cara yang baik dan benar.
Tahun ini tidak lagi digunakan cara banting gorok. Melainkan dengan cara dibaringkan lebih seksama, dan penyembelihan dilakukan tertutup (tidak terlihat hewan kurban lainnya). Dengan situasi tenang itu, hewan tidak tegang (stress, meronta) saat disembelih. Proses yang lebih baik bisa mempengaruhi rasa (daging lebih cepat empuk) dan aroma daging tidak anyir. Kualitas daging lolal yang lebih baik, bisa berpotensi memasuki kebutuhan hotel dan restoran internasional.
Sukses Idul Ad-ha tahun ini, juga dialami jamaah haji Indonesia. Antaralain prosesi lempar jumroh yang lebih mudah dan nyaman. Jamaah calon haji tidak perlu repot beburu kerikil di kawasan kota Mina. Pemerintah Arab Saudi telah menyediakan kerikil lempar dalam kemasan kantong berisi 100 butir. Berlebih untuk tiga kali jumroh (ula, wustho dan aqobah, hanya membutuhkan 21 butir). Kawasan Jumroh (Jamarot) di Mina, merupakan lokasi paling rawan insiden, sering menimbulkan korban jiwa.
Pekan ini, jamaah haji Indonesia bersiap-siap akan pulang ke tanah air, membawa cerita sukses berhaji. Pada tataran haji internasional, jamaah Indonesia dikenal sebagai teladan muslim se-dunia.

                                                                                                          ———   000   ———

Rate this article!
Sukses Kurban dan Haji,5 / 5 ( 1votes )
Tags: