Sulap Barang Sortiran Rumah Tangga, Omzet hingga Ratusan Juta

Sejumlah pekerja saat memperbaiki sekaligus melengkapi sebuah peralatan rumah tangga di KWP Taman Dayu, Kecamatan Pandaan Kabupaten Pasuruan, Selasa (20/10).

Sejumlah pekerja saat memperbaiki sekaligus melengkapi sebuah peralatan rumah tangga di KWP Taman Dayu, Kecamatan Pandaan Kabupaten Pasuruan, Selasa (20/10).

Kampung Wisata Panci Taman Dayu
Pasuruan, Bhirawa
Sebagian masyarakat menyatakan sampah merupakan kata yang tak enak untuk didengar. Namun, ungkapan itu tak berlaku bagi Amin Marzuki (45), warga Dusun Sukorejo, Desa Karangjati, Kecamatan Pandaan, Kabupaten Pasuruan.
Mengolah sampah bagi Amin, ternyata membawa berkah tersendiri. Bahkan, sampah yang diolahnya dari dua pabrik rumah tangga ternama di Indonesia menjadikan sumber penghasilan hidupnya hingga beromzet ratusan juta setiap bulannya.
Saat Bhirawa berkunjung ke Kampung Wisata Panci (KWP) Taman Dayu, Selasa (20/10), puluhan pekerja terlihat sibuk beraktivitas. Ada yang memperbaiki panci, menambal rantang, membuat tutup teko, mengecat panci serta ada pula yang melayani para pembeli.
Beberapa saat kemudian, Agung Budi Santoso (23), anak dari Amin Marzuki menemui Bhirawa, lantaran pemilik dan penggagas Wisata Panci sedang keluar kota. Dengan detil, putera sulungnya itu menceritakan usaha sang ayah. Pertama kali yang memperkenalkan bisnis panci dan peralatan rumah tangga adalah paman ayahnya pada 1986 silam.
“Berkat jasa paman ayahlah yang membuat keluarga kami menjadi berkembang seperti ini. Pada 1986, paman memberi jalan untuk membeli peralaran dari dua pabrik besar. Dari pabrik itu, barang-barang tak dipakai (barang sortir) yang memiliki kekurangan diperbaiki sama ayah,” ujar Agung Budi Santoso di lokasi KWP Taman Dayu, Kecamatan Pandaan, Kabupaten Pasuruan.
Menurutnya, barang yang memiliki kekurangan itu adalah barang yang terdapat bocel pada bagian panci, rantang yang tak memiliki gagang, tutup teko yang penyok hingga yang lainnya.
“Di situlah, ayah membeli barang yang dianggap kurang sempurna dari dua pabrikan ternama kemudian disempurnakan,” jelas Agung Budi Santoso.
Pada 1997, ayahnya mencoba memasarkan panci-panci serta peralatan dapur lainnya di rumahnya sendiri. Hasilnyapun memuaskan, hingga akhirnya, pengelola Taman Dayu tertarik untuk ikut membantu promosi.
“Ternyata, banyak pembeli yang datang langsung ke toko. Dan Alhamdulillah, saking banyaknya membuat pengelola Taman Dayu juga ikut membantu mempromosikan serta sekaligus membuat branding Objek Wisata Panci,” jelasnya lagi.
Usaha Amin Marzuki makin berkembang sejak 2000. Berawal dari satu toko kemudian beranak pinak menjadi delapan toko yang diberi nama UD Agung Fajar. Bahkan, warga sekitar ketiban rejeki atas keberhasilannya. Sebanyak 60 warga sekitar ikut bekerja pada usahanya.
Berbicara barang yang dijual kemudian berkembang, Agung menuturkan dari yang hanya jenis BS, selanjutnya naik kelas lagi menjadi barang KW 1 dan KW 2.
“KW 1 dan KW 2 merupakan barang asli dari dua pabrik. Tapi, barang itu tetap ada cacat dan tak terlalu signifikan. Saya contohkan, ada lukisan bunga yang salah ataupun potongan yang tidak rata,” katanya.
Sedangkan semua barang yang dijual di KWP Taman Dayu adalah barang yang bermerek terkenal di Indonesia. Harganyapun jauh lebih murah ketimbang barang aslinya.
“Barang kami ini merupakan barang sortiran. Tapi, perlu diketahui bahan untuk menambahi kekurangan barang aslinya juga bagus kualitasnya,” tegas Agung Budi Santoso.
Ditambahkan lagi, puncak pengunjung ke KWP Taman Dayu biasanya pada Sabtu, Minggu dan hari libur nasional.  “Alhamdulillah, puncak kunjungan pembeli biasanya terjadi pada Sabtu dan paling ramai Minggu. Masyarakat dari berbagai daerah datang ke sini, ada pula warga luar negeri juga datang ke sini. Sedangkan omzet dari usaha ayah saya berkisar antara Rp 250-300 juta per bulannya,” tambahnya. [Hilmi Husain]

Tags: