Tak Punya Tempat, Logistik Pemilu Ditumpuk Seperti Sampah

Logistik Pemilu berupa kotak, bilik serta surat suara ditumpuk di halaman KPU Nganjuk, Rabu (14/10).

Logistik Pemilu berupa kotak, bilik serta surat suara ditumpuk di halaman KPU Nganjuk, Rabu (14/10).

KPU Surabaya Tak Punya Target Pemasangan APK
Nganjuk, Bhirawa
Seperti sampah yang dibuang, logistik Pemilu terancam rusak bahkan hilang akibat penyimpanan yang asal-asalan. Bagaimana tidak, ribuan kotak suara berbahan aluminium itu dibiarkan menumpuk di halaman Kantor KPUD Jl Widas Kelurahan Begadung.
Logistik Pemilu selama ini disimpan di Gedung Balai Budaya, namun karena tahun ini Gedung Balai Budaya yang berada di Jl Diponegoro akan direnovasi, maka terpaksa seluruh logistik harus dipindahkan. Ironisnya, KPUD Nganjuk tidak memiliki gudang yang cukup untuk menyimpan seluruh logistik Pemilu. Akibatnya, logistik Pemilu yang berupa kotak suara dan bilik suara itu ditumpuk di halaman terbuka.
Komisioner KPUD Nganjuk Bidang Teknik Data dan Hubungan Partisipasi Masyarakat Yudha Harnanto menyampaikan setelah memindahkan barang-barang logistik Pemilu, pihaknya justru merasa khawatir adanya problem baru. Pasalnya, logistik Pemilu sangat rentan terhadap cuaca. Apalagi saat ini sudah mendekati musim hujan, sehingga barang-barang mudah bertambah rusak. Yudha sendiri mengakui, barang-barang logistik Pemilu berupa surat suara sudah tidak berguna lagi setelah semua data dimasukkan dalam file dan disimpan dalam komputer.
Dia juga menyayangkan surat perintah mengosongkan Gedung Balai Budaya dan memindahkan segera semua barang logistik tidak disertai alternatif  lokasi atau gedung yang bisa digunakan untuk menyimpan surat-surat penting dan kotak suara dalam jumlah besar tersebut. Sehingga, pihaknya terpaksa memindahkan barang-barang logistik Pemilu ke halaman sekitar kantor KPUD Nganjuk. “Tidak ada alternatif lokasi lain untuk menyelamatkan barang-barang logistik, kecuali halaman sekitar kantor KPU di Begadung,” tegas Yudha.
Namun, KPU tidak begitu saja menyimpan di sembarang tempat, sebelum turun surat dari Sekretaris Jendera KPU pusat untuk membakar atau melelang.
Diakui Yudha, barang-barang logistik Pemilu sebagian besar berupa kertas dalam jumlah banyak. Di musim kemarau seperti tahun ini, benda-benda tersebut mudah terbakar bila kena percikan api sedikit saja. Apalagi lokasinya, berdekatan dengan jalan umum dan kantin sekolah.
“Sedangkan untuk kotak dan bilik suara, bila terkena hujan dan panas dalam jangka waktu lama, pasti akan rusak,” terang Yudha.
Selain itu, KPU secepatnya akan mengambil barang-barang logistik yang masih berada dalam kotak suara sebelum kemudian melipatnya. Kemudian kotak suara dan bilik suara yang sudah dilipat akan disimpan di kantor KPU lama yang kini dibiarkan kosong itu. Itupun menunggu izin dari Bupati Nganjuk. “Kami masih berkoordinasi dengan pemkab agar diizinkan pinjam kantor (KPU, red) lama untuk menyimpan lipatan kotak suara,” pungkasnya.

Baru 3 Kecamatan
Setelah sebelumnya sesumbar terkait pemasangan Alat Peraga Kampanye (APK) kedua paslon akan tuntas 16 Oktober besok, KPU Kota Surabaya kini membelot. Sebagai penyelenggara pemilu berintegritas, KPU Surabaya kini tidak berani menarget kapan pemasangan APK di setiap kecamatan dan kelurahan selesai.
Meski masa kampanye sudah berlangsung selama hampir tiga pekan, APK untuk kedua paslon tak kunjung usai dipasang. KPU Kota Surabaya juga telah menyerahkan pemasangan APK ke pihak rekanan. Hal ini jelas merugikan kedua paslon terkait pengenalannya kepada warga Kota Surabaya. Namun, penyelenggara pemilu mengklaim tidak ada target selesainya pemasangan APK.
Dari total 31 kecamatan se-Surabaya, sampai Rabu (14/10) kemarin, APK untuk kedua paslon baru terpasang di tiga kecamatan. Antara lain, 20 umbul-umbul kedua paslon terpasang di Kecamatan Kenjeran, Bulak, dan Tambaksari. Selain itu, spanduk di setiap kelurahan ada dua item per paslon.
“Sampai sore hari ini (Rabu kemarin, red) pemasangan APK masih 3 kecamatan yakni Kecamatan Kenjeran, Bulak, Tambaksari. Jumlah APK itu banyak, coba bayangkan untuk umbul-umbul itu per kecamatan ada 20 item, dikalikan dengan 31 kecamatan yang ada di Surabaya,” kata Komisioner KPU Surabaya Divisi Perencanaan, Keuangan, Logistik, dan Urusan Rumah Tangga Miftakhul Ghufron saat dikonfirmasi Bhirawa kemarin.
Gufron menyatakan tidak mempunyai target sampai kapan pemasangan APK di seluruh sudut Kota Surabaya selesai. Namun, pihaknya tetap berusaha untuk menyelesaikan semuanya. “Target secepatnyalah. Besok (Kamis hari ini, red) diusahakan sudah terpasang di 5 kecamatan, namun belum tahu kecamatannya mana saja. Karena belum koordinasi sama rekanan,” tandasnya.
Dia memastikan bahan APK sudah jadi secara keseluruhan dan siap didistribusikan ke setiap kecamatan. “Mulai besok (hari ini, red) bahan APK juga sudah di drop di masing-masing kecamatan,” tambahnya.
Ketua Tim Pemenangan Rasiyo – Lucy, yakni Agung Nugroho menyayangkan kinerja KPU Kota Surabaya yang lamban dalam pemasangan APK. Selain itu juga adanya batasan terkait pemasangan APK.
“Sampai sekarang kami menyayangkan, kenapa APK ini dibatasi jumlahnya. Bayangkan, setingkat Kota Surabaya itu hanya ada 5 baliho saja. Selain itu, umbul-umbul hanya terpasang di tiap kecamatan maupun kelurahan. Ini jelas berseberangan dengan target KPU yakni mengurangi angka golput,” papar Agung.
Mantan Komisioner KPU Jatim ini menilai dengan adanya aturan yang telah diatur melalui PKPU jelas masyarakat yang dirugikan. “Ini masih tingkat kota, kalau di kabupaten apa ya mungkin hanya ada 5 baliho saja? Di daerah lain yang ada di pulau itu gimana nasibnya. Artinya, aturan itu sangat merugikan warga,” tandasnya.  [ris,geh]

Tags: