Tampilan Feminim di Balik Olah Raga Ekstrem

Dwi Riskiana

Dwi Riskiana
Siapa sangka di balik penampilan feminim dan paras cantik yang tergambar dalam diri Dwi Riskiana, tak membatasi dirinya untuk menekuni olah raga ekstrem.
Mahasiswa semester enam Akuntansi Universitas Muhammadiyah Surabaya sudah cukup lama menekuni olah raga yang mengandalkan kekuatan seperti tapak suci dan silat. Terbukti, tahun ini perempuan berparas cantik tersebut sukses berprestasi di cabang olah raga Tapak Suci dan pesilat terbaik dalam Kejurnas Perguruan Tinggi.
“Saya mulai belajar tapak suci dari tahun 2016, pas awal masuk kuliah. Saya merasa tertarik saat lihat demo UKM Tapak Suci saat ospek. Saya ngeliat mereka hebat, bisa mainin rantai,golok dan banyak lagi senjata,” ujar perempuan berusia 22 tahun ini.
Kemudian, Ia pun mencoba kemampuannya dalam Tapak Suci untuk pertama kalinya. Dwi masuk dalam kategori seni tunggal bersenjata dengan senjata nya menggunakan kipas karambit dan rantai.
“Ada beberapa senjata yang sering bikin terluka. Dulu pas awal pegang rantai, latihannya pernah kena kaki dan karena ujung rantainya tajam jadinya berdarah,”kenang dia.
Dengan kejadian itu, tak lantas membuat dia kapok. Karena dukungan dari sang pelatih bahwa cedera menjadi hal yang wajar bagi atlet, dia pun mengubah pemikiran nya untuk bersahabat dengan senjata yang dia gunakan.
“Dan ada yang lucu pas latihan di Solo kemarin. Siangnya mau tanding, latihan pagi pas muter rantai, rantainya kena kepala. Aku pun merasa latihan aja kayak gini gimana mau tanding nanti kalau dalam hati udah pesimis. Tapi hasilnya alhamdulilah,”urainya.
Diceritakan Riski, di awal ia mengikuti ektrakulikuler olah raga ekstrem seperti tapak suci dan silat ia menghabiskan waktunya untuk latihan. Karena ia menilai harus banyak latihan untuk olah raga yang baru pertama kali dikenalnya tersebut.
“Dulu pas awal saya mulai latihan ekstra dari jam 05.30 sampai jam 07.00 pagi. Kemudian kuliah sampai jam 12 siang. Latihan lagi siangnya sama malam,”kata dia.
Riski pun sempat takut memegang senjata karena tubuhnya yang cenderung kecil dibandingkan panjang senjata.
Namun pada akhirnya dia berhasil menaklukkan ketakutannya dan rutin mengikuti kejuaraan. Bahkan kini, ia memiliki fisik yang lebih prima dibandingkan saat awal kuliah. [ina]

Tags: