Tefa, SMK Mini hingga Double Track Tampilkan Produk Unggulan

Produk olahan kopi jadi unggulan SMKN 1 Slahung Ponorogo dalam memanfaatkan teaching factory.

Unggul di Industri Kopi, SMK ‘Kopi’ Slahung akan Kembangkan Pengolahan Kopi
Surabaya, Bhirawa
Berbagai Program Unggulan Dinas Pendidikan Jawa Timur dipamerkan dalam kegiatan Jatim Fair 2019, 8 hingga 13 Oktober 2019 di Grand City. Salah satunya yakni terkait pengembangan Sumber Daya Manusia melalui program SMK teaching factory, SMK Mini, dan SMA Double Track.
Sembilan lembaga SMK dan SMA di Jawa Timur pun berlomba – lomba menampilkan produk unggulan untuk memikat para pengunjung. Alhasil, tidak sedikit hasil produk yang dibuat para siswa untuk mendapatkan perhatian dari masyarakat. Pasalnya, kemampuan para siswa sudah laiknya seperti seorang pekerja yang professional.
Siswa dari SMKN 1 Slahung, Ponorogo, misalnya, yang terlihat ‘jago’ dalam menyajikan secangkir kopi. Mulai pengolahan kopi seperti penyeduhan hingga menyicipi kopi mereka tampilkan laiknya barista professional.
Kepala SMKN 1 Slahung, Ponorogo, Nurdianto mengungkapkan, jurusan tata boga dengan peminatan minuman non alkohol yaitu kopi memang menjadi unggulan di sekolah. Pasalnya, pihaknya menilai jika industri kopi berkembang sangat cepat. Dengan membuka pengembangan pembelajaran itu diharapkan mampu mencetak profesi di industri kopi. Karena, selain bekerja di industri juga bisa untuk berwirausaha. Mengingat tidak hanya olahan minuman dari kopi yang ditawarkan melainkan juga kue kering yang berbahan dasar kopi.
“Peminatan kopi ini memang menjadi satu implementasi Tefa (Teaching Factory) di sekolah kami. Beberapa event nasional tentang kopi pun kita juga sering diundang dan berpartisipasi,” ujar dia.
Kendati baru tiga tahun peminatan jurusan kopi dibuka, Nurdianto mengakui jika kemampuan siswa sudah mumpuni. Hal itu tidak lepas dari penyelarasan kurikulum peminatan kopi dengan Dunia Usaha Dunia Industri (DUDI). Mulai dari pengenalan jenis kopi, cara menggoreng kopi, cara menyeduh kopi hingga menyicipi kopi. Maka dari itu, tidak sedikit pula industri kopi yang melirik lulusan SMKN 1 Slahung, Ponorogo untuk direkrut menjadi barista atau roasting di kafe miliknya.
“Hampir seluruh industri kopi (kafe) di Ponorogo dan Madiun sudah menarik lulusan kami,” paparnya.
Nurdioanto juga menambahkan, untuk pengolahan kopinya, pihaknya menggunakan kopi lokal Ponorogo, sekitar Mataraman, Trenggalek, Pacitan dan Kintamani. Dipilihnya kopi – kopi lokal ini, selain untuk meningkatkan potensial kopi juga karena rasa nya yang khas di masing-masing daerah. Meskipun begitu, menurut dia enak dan tidaknya kopi tergantung pada saat pengolahan kopi.
“Hasil seduh kopi ini tergantung dari cara pengolahannya. Kopi yang bagus pun kalau pengolahannya salah ini jadi tidak enak. Jadi rencananya untuk pengembangannya nanti dari sisi pengolahan kopi,” jelas dia.
Tahun lalu pun, SMKN 1 Slahung, Ponorogo juga sukses menyelenggarakan festival kopi nasional yang dihadiri berbagai kalangan penikmat kopi, industri kopi hingga ahli kopi.
Sementara itu, salah satu siswa jurusan kopi Bella Safitri (18) mengungkapkan, jika dirinya tertarik untuk menggeluti bidang industri kopi. Ia menilai jika industri tersebut memiliki peluang kerja yang cukup banyak. Di samping itu, tidak sedikit pula pengalaman dan materi tentang kopi yang di dapatkan.
“Sebenarnya kalau dibilang susah ya susah. Tapi ya harus belajar memang setiap hari untuk jadi barista. Apalagi di sekolah juga ada kafe untuk masyarakat umum dan warga sekitar itu juga bisa jadi kesempatan untuk belajar sambil berwirausaha,” katanya.

Manfaatkan Produk Adiwiyata Jadi Unggulan Double Track
Selain SMKN 1 Slahung, Ponorogo, yang unggul dengan produk olahan kopinya, produk SMAN 4 Bangkalan juga tak kalah inovatif. Sekolah yang tergabung dalam Program Double Track ini menawarkan olahan yang berbahan dasar rempah – rempah yaitu serai.
Menurut Koordinator pameran SMAN 4 Bangkalan, Moh Fauzi ada dua produk unggulan yang ditampilkan dalam Jatim Fair kali ini. yaitu sirup serai dan es dung dung rasa serai. Kedua produk ini diakui sebagai hasil gabungan Program Double Track, Adiwiyata dan mata pelajaran kimia.
“Jadi kami mempunyai lahan yang luas untuk Adiwiyata. Ada buah, sayur dan berbagai macam rempah yang kami tanam. Kalau untuk rasa buah – buahan ini kan sudah biasa. Tapi gimana rasanya ini dari olahan serai. Dan rasanya enak juga menyehatkan juga,” urainya.
Kendati begitu, pihaknya masih berniat untuk melakukan pemasaran terlalu luas. Lingkupnya hanya dari pameran ke pameran. ”Kalau kerjasama untuk penjualan kita masih belum. Hanya bekerjasama dengan ITS. Tapi kita biasanya jual lewat pameran. Untuk sirupnya kami jual perbotol ukuran 250 ML Rp5 ribu. Tapi kalau es dung dung ini kita icip – icip kan. Karena olahan es puter ini masuk di penelitian mapel kimia saya,” pungkas dia.
Sementara itu, salah seorang pengunjung Savitri yang berkesempatan mencicipi es dung dung mengatakan jika es tersebut enak dan sedikit hangat di tenggorokkan.
“Enak kok rasanya. Rasa pedesnya sih tidak ada, Cuma seikit hangat di tenggorokan,” katanya saat mengunjungi Stand Dinas Pendidikan Jatim. [ina]

Tags: