Tinggalkan Profesi Guru Demi Memberdayakan Kaum Hawa

Pekerja saat merajut benang emas pada jarum pentul, Selasa (16/6).

Pekerja saat merajut benang emas pada jarum pentul, Selasa (16/6).

Kilau Seni Kaligrafi dari Benang Emas dan Jarum Pentul
Kota Surabaya, Bhirawa
Seni lukis kaligrafi salah satu bentuk ekspresi seni yang bernafaskan Islam. Seni inilah yang mendapat tempat tersendiri dalam kesenian Islam karena bertujuan memperindah lafal-lafal Allah. Mungkin masyarakat sudah tidak asing dengan seni Kaligrafi. Tetapi, dengan berbahan dasar benang emas dan jarum pentul ternyata bisa menghasilkan karya yang tak kalah indah.
Rumah yang beralamat di Jalan Bulak Rukem II No 17 kemarin siang terlihat puluhan gadis belia serius dalam merajut benang emas pada jarum pentul. Tangan-tangan terampil gadis bergerak di antara jarum pentul yang sudah ditancapkan menggunakan benang emas. Dengan cekatan, jari-jari mereka menelusuri pola-pola jarum yang membentuk lukisan pohon disertai bunga. Di dalam daun tersebut tertulis ayat suci AlQuran yang dihiasi dengan lilitan-lilitan benang emas.
” Awanya kita bikin pola untuk menentukan jalannya jarum. Setelah itu ditancapkan jarum pentul sebelum proses pembenangan bordir. Jadi ini murni handmade (buatan tangan), tanpa mesin,” kata Lila Lestari (35) seorang pengusaha Kaligrafi benang jarum ketika ditemui Bhirawa, Selasa (16/6) kemarin.
Ibu satu anak ini memilih meninggalkan profesinya sebagai guru SD Muhammadiyah Kreatif 20 dan fokus pada usaha seni kaligrafinya sejak 2006 silam. Bersama suaminya, Mustafa Hadi, usaha tersebut telah mempekerjakan 60 karyawan, mayoritas berusia muda. Kebanyakan para perempuan yang bertempat tinggal di sekitar rumahnya.
” Pekerja di sini ada 25 orang dan di rumah satunya ada 35 orang. Kami memang memberdayakan warga kampung khususnya perempuan agar memiliki keterampilan yang bisa menghasilkan uang untuk bisa membiayai hidup mereka dan keluarga,” terang perempuan asli Surabaya ini.
Teknik yang digunakan Lila memang tergolong langka. Namanya, teknik sulam benang jarum. Sebelumnya, Lila dan keluarga menggunakan bahan baku mika untuk membuat kaligrafi. Namun, karena harga mika cukup mahal, Lila mencari kreasi baru seperti yang dikerjakannya saat ini.
” Dulu usaha orangtua Kaligrafi dari bahan mika. Tambah tahun harga mika cukup mahal. Mulai muncul ide menggunakan bahan benang dan jarum dari pameran yang ada di Jakarta beberapa tahun lalu. Kami pilih jarum pentul karena mengkilap, lalu kami aplikasikan ke Kaligrafi sejak 1996 sampai sekarang,” jelas Lila.
Meski orderan sudah merambah seluruh Indonesia bahkan sampai ke negara tetangga yakni Malaysia dan Singapura, Lila berkomitmen masih mengedepankan karya-karya olahan tangan murni. ” Pemesan tidak harus datang ke sini (rumah), tinggal komunikasi lewat telepon karena kami sistemnya grosir. Nah di bulan Ramadan ini permintaan meningkat hingga dua kali lipat,” tambah perempuan berjilbab ini.
Salah satu pekerja, Titik (19) mengakui tingkat kesulitan dalam membuat Kaligrafi dengan benang dan jarum ini cukup tinggi. kesulitannya, kata dia, terletak pada tebal dan tipisnya benang yang dikaitkan. “Kalau jarak jarum pentulnya terlalu dempet bisa mempengaruhi cahaya dan kilau dari benang yang dikaitkan dengan jarumnya,” kata Titik yang sudah bekerja hampir enam tahun ini.
Selain itu, Titik menjelaskan setiap pekerja harus memiliki kuku dengan tujuan jika ada jarak jarum pentul yang berdempetan mudah untuk dicabut. ” Jadi harus punya kuku untuk mengambil jarum yang dempet,” ujar Titik, warga Bulak Banteng. [geh]

Tags: