Tingkat Kesembuhan Pasien Capai 21 Persen

Pusat Beri Keleluasaan Provinsi Umumkan Kesembuhan Pasien Lebih Awal
Pemprov, Bhirawa
Jumlah pasien yang berhasil sembuh setelah dinyatakan positif Covid-19 terus bertambah. Di Jatim, kemajuan pasien yang sembuh telah mencapai 21 persen atau sebanyak 22 orang hingga, Kamis (1/4).
Perkembangan baik tersebut tidak hanya dialami pasien yang dinyatakan positif, sejumlah Pasien Dalam Penagawasan (PDP) juga telah dinyatakan sembuh. Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa menuturkan, ada tambahan lima pasien sembuh dari Kabupaten Magetan yabg dirawat dibRSUD dr Soedono, Madiun.
Jumlah itu menambah catatan pasien yang sembuh di Jatim menjadi 22 orang. Sedangkan untuk angka kematian bertambah satu menjadi sembilan orang totalnya. “Tingkat kesembuhan pasien covid-19 di Jatim mencapai 21 persen dan tingkat kematian 8,7 persen,” tutur Gubernur Khofifah di sela konfrensi pers di Gedung Negara Grahadi kemarin.
Selain angka kesembuhan, Khofifah juga menyebut jumlah existing pasien dengan status PDP berkurang cukup banyak. Dari total kasus 536 PDP, existing sampai saat ini hanya 353 orang PDP. Begitu juga total kasus Orang Dalam Pemantauan (ODP) yang mencapai 7.328 orang hingga saat ini yang dalam pengawasan 5.919. “Kira-kira posisi kita seperti itu. Jadi ada PDP yang sudah sembuh atau PDP yang akhirnya meninggal. Begitu juga ODP yang akhirnya statusnya turun tidak lagi dalam pengawasan,” ungkap Khofifah.
Sementara hingga kemarin, jumlah pasien yang dinyatakan positif covid-19 di Jatim mencapai 103 orang atau naik 10 orang dari hari sebelumnya. Terkait tingginga angka ODP, Khofifah menegaskan hal itu merupakan komitmen tim tracing yang sangat detail dalam menelusuri potensi orang-orang yang perlu mendapatkan pemantauan. “Kami ingin memberi apresiasi kepada seluruh tanaga kesehatan yang telah memberikan pelayanan terbaik sehingga memberi harapan bagi semua warga Jatim. Kita semua harus tetap semangat,” ungkap Khofifah.
Sementara itu, Ketua Gugus Tugas Kuratif Covid-19 dr Joni Wahyu Hadi menambahkan, dalam penetapan data pasien yang sembuh terdapat perbedaan antara Jatim dengan pusat. Hal itu disebabkan karena update jumlah pasien yang dinyatakan sembuh lebih dulu didapatkan di provini. “Kami sudah komunikasi kalau ada pasien dengan konversi negatif dua kali kita laporkan. Laporan masuk ke mereka dan di deklair sembuh. Ternyata hasil negatif bisa tahu lebih dahulu karena kita memiliki lab di ITD,” tutur Joni.
Jika pasien yang negatif menunggu pengumuman dari Jakarta, maka konsekuensinya dia harus menambah masa isolasi. “Diisolasi itu bosan dan stress, jadi kalau tambah dua hari saja orang yang sudah sembuh orang akan marah lagi. Akhirnya kami konsultasi dan boleh diumumkan,” pungkas dr Joni. [tam]

Tags: