UMKM Berani Inovasi, JNE Siap Kolaborasi

JNE terus berupaya memberikan pelayanan terbaik kepada pelaku UMKM dan masyarakat luas agar terbentuk ekosistem yang dapat menghasilkan kolaborasi berkesinambungan.

Kota Malang, Bhirawa
Pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) harus berani melakukan inovasi agar dapat tetap bertahan bahkan berkembang di masa pandemi ini. Peringatan ini disampaikan pakar ekonomi kreatif dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya (UB) Dias Satria, PhD saat dimintai pendapatnya terkait keberadaan UMKM di masa pandemi, Minggu (27/12).

“Dalam kenormalan yang baru ini tentu dituntut inovasi mulai dari proses produksi hingga model distribusi agar mampu menjawab kebutuhan masyarakat,” jelas Dias.

Pakar ekonomi UB ini menilai teknologi digital diyakini akan banyak membantu menyelamatkan UMKM menghadapi perubahan gaya hidup akibat pandemi. Teknologi digital akan banyak membantu dalam banyak hal, mulai dari point of sales hingga marketing.

“Era ini menuntut pelaku UMKM untuk dinamis mengikuti perkembangan zaman. Begitu pula dengan para pelaku usaha lain untuk selalu update pengetahuan mengenai bisnis karena selera pasar pun akan selalu berubah,” kata Dias yang juga seorang pelaku UMKM ini.

Sebagai pelaku UMKM, jelas Dias hal lain yang juga menjadi prioritasnya, yaitu menjalin kerja sama yang baik dengan pihak pendukung usaha yang memberikan manfaat mau pun benefit. Salah satunya adalah JNE yang sangat menunjang pengiriman produk kopi miliknya.

“Pengiriman JNE memiliki sistem yang baik, simple, harga yang kompetitif, dan no drama,” ujarnya.

Lebih lanjut menurut Dias, saat ini memang masih banyak pengelola kuliner seperti kopi yang belum memanfaatkan ekonomi digital. Menurut jagoan dalam mengelola kopi ini, mereka perlu dibina dan dibimbing.

“Termasuk lewat JNE. Itu bisa mengurangi gab. Sebab bisnis – bisnis yang kecil bisa terfasilitasi dengan baik. Sehingga mereka bisa berkembang dengan bagus,” kata Dias lagi.

Dikonfirmasi terkait harapan pelaku UMKM, Kepala Cabang JNE Malang Windhu Abiworo mengatakan JNE Malang siap melakukan kolaborasi dengan para pelaku UMKM yang berani melakukan inovasi.

“JNE Malang saat ini memiliki program Rumah UMKM bekerja sama dengan beberapa dinas pemerintahan untuk pemberian materi, pelatihan, coaching clinic berupa branding, packaging, dan digital marketing. Ini untuk mendukung pelaku UMKM agar semakin berkembang di era ekonomi digital,” kata Windhu.

Ia melanjutkan, JNE Malang juga menghadirkan Warehousing Management System yang mampu menangani proses pickup, racking, packing, labeling AWB, ready to shipper, sehingga memudahkan berbagai proses distribusi. Selain itu, para pelaku UMKM juga diajak untuk berani go international dengan program ekspor lebih mudah ke seluruh dunia.

“Dengan adanya gateway internasional di Kota Surabaya, proses pengiriman barang keluar negeri semakin mudah dengan produk layanan International Courier dan International Sea and Air Cargo,” jelasnya.

Menurutnya, Malang memiliki potensi yang luar biasa. Sebab Malang terkenal sebagai kota pendidikan dan wisata. Sehingga dinobatkan sebagai kota pariwisata.

“Sebagai kota pariwisata didukung berbagai fasilitas. Di antaranya pusat hiburan, kuliner, seni budaya dan pernak – pernik khas Malang. Semua itu menjadi peluang usaha bagi UMKM,” kata dia.

Karena itu, JNE terus berupaya untuk membantu pelaku UMKM agar berkembang. Ia sangat mendukung potensi itu mendapat perhatian khusus. Terutama yang berkaitan dengan ekonomi kreatif di era yang serba teknologi digital.

Kerja Bersama, Bahagia Bersama
Presiden Direktur JNE, Mohamad Feriadi, dalam sebuah kesempatan mengatakan JNE memiliki komitmen untuk terus berinovasi guna selalu memenuhi kebutuhan pelanggan di era digital. Selain itu, ia mengatakan JNE terus berupaya untuk memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat luas agar terbentuk ekosistem yang dapat menghasilkan kolaborasi berkesinambungan.

Menurut Feriadi, JNE didirikan dengan tujuan utama agar membawa manfaat bagi seluruh masyarakat, baik internal maupun eksternal perusahaan. Oleh karena itu, berbagai sektor dikembangkan agar selalu memberikan value added dalam setiap layanan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan di era digital.

“Kami di JNE selalu peduli terhadap UMKM juga dengan segenap jajaran mitra JNE. Kegiatan kami selalu melibatkan mereka, sesuai dengan tagline kami, Connecting Happiness. Sejak kami berdiri hinga sekarang kami berusaha membawa kebahagiaan yang bisa dirasakan bersama,” ujarnya.

Retno Hapsari (34 tahun), pemilik brand Almira Collection, mengaku sangat terbantu bisnis onlinenya berkat dukungan JNE dengan segenap program dan fasilitasi yang diberikan. Beberapa kali Retno menyunggingkan senyuman saat mengingat perjuangan membangun bisnis dari nol hingga besar seperti sekarang.

“Pada tahun 2015 saya cuma seorang reseller dari sebuah toko pakaian. Kemudian pada tahun 2017 saya mendapatkan momentum untuk memulai usaha dan membuat brand sendiri. Alhamdulillah, sejak tahun itu usaha saya terus berkembang, berkembang, dan berkembang,” kata ibu dua anak ini kepada Bhirawa, Minggu (27/12) .

Perempuan lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Airlangga (Unair) yang bermukim di Dinoyo Malang ini mengatakan dirinya memasarkan produk Almira Collection secara online di beberapa platform media sosial dan e-commerce. Pemasaran online telah membawa usahanya kepada pasar yang sangat luas. Ia mengatakan permintaan produk datang hingga dari pembeli yang berdomisili di luar Kota Surabaya.

Tentu saja, ia tidak bisa sembarang memilih perusahaan jasa logistik karena pelanggan menuntut kepastian dari sisi waktu pengiriman dan kualitas barang. Ia mengatakan dirinya bisa mendapatkan komplain dari pelanggan apabila pengiriman produk Almira Collection mengalami keterlambatan.

“Sejak memulai usaha pada tahun 2015 saya hanya menggunakan jasa ekspedisi JNE. Menurut saya, JNE banyak memberikan kemudahan dan kepastian,” sebutnya.

Pengakuan senada juga disampaikan Andre Dewanto (41 tahun) yang merupakan pemilik usaha pakaian batik di Sawojajar Malang. Ia mengatakan sangat mengandalkan layanan JNE untuk mengirim produk ke pelanggan yang tersebar di seluruh Indonesia. Ia menjelaskan sudah memakai jasa JNE sejak memulai usaha berbasis online pada tahun 2008 silam.

“Saya menggunakan jasa JNE sejak pertama kali jualan online pada tahun 2008. Hingga sekarang saya masih setia memakai jasa JNE,” jelas Andre.

Lebih lanjut Andre mengakui jika JNE memiliki peran besar dalam membantu para pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) untuk menjalani bisnis online. Salah satu dukungan yang diberikan JNE kepada para pelaku UKM adalah komitmen untuk memberikan kualitas layanan dan solusi yang baik.

“Orang yang bisnis online itu banyak mengandalkan pengiriman melalui JNE karena para pelaku UKM ini puas dengan solusi dan layanan yang diberikan,” kata Andre lagi.

Dikonfirmasi terpisah, Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jatim Bidang SDM dan Ketenagakerjaan Nurul Indah Susanti mengapresiasi apa yang dilakukan JNE dalam ikut serta mengembangkan UMKM di Jawa Timur. Menurut Nurul, para pelaku UKM membutuhkan solusi pengiriman barang dan logistik yang bisa diandalkan karena faktor kepastian waktu pengiriman barang sangat penting di era e-commerce seperti saat ini. Ia mengatakan kepastian pengiriman berupa kemudahan untuk melacak kiriman barang dan ketepatan waktu penerimaan barang sesuai dengan estimasi pengiriman.

“Di era e-commerce ini para pelaku UKM sangat membutuhkan solusi pengiriman barang. Jangan sampai ada customer membeli tapi barang tidak sampai atau terlambat. Kalau sampai ini terjadi nanti yang dimarahi itu pemilik brand atau si pelaku UKM. Jadi, kualitas brand image pelaku UKM ini sangat bergantung kepada kinerja perusahaan logistik,” kata Nurul seusai menggelar pertemuan dengan jajaran pengusaha, di Kantor Kadin Jatim Selasa (29/12).

Ia menyarankan kepada JNE untuk terus meningkatkan mutu layanan (quality of service) kepada para pelaku UKM mengingat pertumbuhan bisnis online yang semakin pesat. Ia mengatakan kunci untuk meningkatkan mutu layanan adalah mendorong aspek customer experience dan customer service kepada para pelaku UKM.

“Memang saya akui untuk meningkatkan quality of service itu tidak mudah. Perlu diingat karakter e-commerce itu sangat demanding. Jadi, level of quality di bisnis online itu pertama adalah produk dan kedua adalah pengiriman. Delivery itu artinya ketepatan waktu, barang tidak rusak, dan lain-lain. Nah, nyawa delivery itu ada di perusahaan logistik,” paparnya.

Lebih lanjut Nurul menambahkan Pandemi Covid-19 telah memberikan dampak yang cukup dalam pada sektor industri di Jawa Timur. Agar kinerja bisa kembali dipacu, Kadin Jawa Timur mengajak semua pihak untuk bersinergi dan berkolaborasi.

“Kolaborasi itu harus dilakukan untuk memperkuat hubungan demi membangkitkan kembali sektor industri di Jatim yang terpuruk akibat pandemic,” jelas

Nurul. Recovery industri tegas Nurul, harus segera dilakukan karena industri adalah salah satu sektor yang menjadi penyumbang terbesar terhadap kinerja ekonomi Jatim. Lebih lanjut ia menegaskan, ada tiga sektor yang memberikan sumbangan cukup besar terhadap ekonomi Jatim, bahkan nasional. Ketiga sektor tersebut adalah industri pengolahan, perdagangan dan pertanian.

Kontribusi sektor industri pengolahan Jatim terhadap industri pengolahan nasional mencapai sebesar 22,8 persen, perdagangan sebesar 20,49 persen dan pertanian sebesar 13,04 persen. Namun kinerja tiga sektor tersebut selama pandemi justru mengalami penurunan cukup besar.

Industri pengolahan yang biasanya rata-rata tumbuh sebesar 6 persen hingga 8 persen justru terkontraksi sebesar minus 2,1 persen. Dan sektor perdagangan yang biasanya tumbuh sebesar 6 persen menjadi turun sebesar -4,9 persen akibat pandemi Covid-19.

“Untuk itulah kita harus bangkit, bersinergi demi memulihkan sektor industri sehingga ekonomi Jatim dan nasional bisa kembali mencatatkan kinerja positif,” kata Nurul berharap. (wahyu kuncoro/bhirawa)

#jne 

#jne30tahun  

#connectinghappiness  

#30tahunbahagiabersama

Tags: